Rumah sakit cerdas di masa depan akan bergantung pada locationing (penentuan lokasi) dan otomatisasi untuk menjawab tantangan peningkatan kebutuhan, tanpa mengorbankan kualitas perawatan pasien. Memahami pola penggunaan akan membantu dalam memprediksi apa yang dibutuhkan pada skenario di masa depan dan membantu menghasilkan penagihan yang lebih akurat dan tepat waktu.
Saat Internet of Things (IoT) makin canggih, teknologi, seperti radio frequency identification (RFID) dan real-time location systems (RTLS), juga semakin mudah diakses. Jika mau, semua rumah sakit sebetulnya saat ini sudah bisa melacak pergerakan staf, pasien dan peralatan mereka, termasuk ketersediaan kamar dan pasokan, dan ternyata mereka memang mau (menerapkan).
Sekitar 40 persen dari eksekutif yang disurvei mengatakan bahwa saat ini mereka menggunakan teknologi locationing di banyak area rumah sakit. Selain itu, lebih dari 75 persen pembuat keputusan yang disurvei mengatakan berencana untuk mengimplementasikan teknologi locationing untuk mengawasi semua hal, mulai dari pasien dan spesimen mereka, hingga ketaatan para staf terhadap peraturan di tahun depan.
Ketika diintegrasikan dengan solusi mobility dan teknologi cerdas lainnya, rumah sakit bisa mencapai ekosistem informasi yang optimal, misalnya dalam meningkatkan pengaturan ruang operasi dan ruang gawat darurat, mengotomatisasi alur pasien sehingga bisa segera mengalokasi sumber daya bagi mereka yang kebutuhannya lebih mendesak, dan membuat para staf bisa lebih fokus pada pasien.
Visibilitas yang lebih besar juga membuat penanganan inventaris dan pengelolaan rantai pasokan menjadi lebih baik, untuk mencegah kekurangan stok atau kadaluarsa, yang banyak dialami oleh rumah sakit.
Tujuan Mobility Menjadi Lebih Besar
Dokter membutuhkan perangkat yang kuat untuk berbagi dan menerima kecerdasan di rumah sakit, serta untuk berkomunikasi dengan para perawat di seluruh fasilitas rumah sakit atau di lapangan dalam ambulans.
Menurut penelitian Zebra, 55 persen dokter yang disurvei mengatakan, menghubungkan sistem rumah sakit supaya terjadi komunikasi yang lebih baik antar para pekerja, adalah tantangan utama di rumah sakit mereka.
Jawabannya, bagi kebanyakan organisasi penyedia layanan kesehatan ini, adalah mobility yang ditingkatkan. Sebanyak 80 persen dokter yang disurvei setuju bahwa kualitas perawatan pasien bisa ditingkatkan jika ada akses ke tool kolaborasi dan aplikasi layanan kesehatan.
Hasilnya, prioritas rumah sakit dalam hal solusi mobility telah berubah seiring perkembangan mereka dalam empat tahun terakhir. Tahun 2017, para pemimpin di institusi layanan kesehatan lebih fokus berinvestasi untuk perawat pendamping pasien (bedside nurses), teknisi lab, apoteker, dan mereka yang sering mengakses electronic health records (EHR) dan melakukan koordinasi perawatan untuk pasien rumah sakit.
Saat ini, prioritasnya, setidaknya di rumah sakit, adalah memberikan tool yang dibutuhkan perawat dalam memberikan perawatan yang penting di ruang gawat darurat, ruang operasi, dan unit perawatan intensif, sehingga para perawat dapat melakukan tugas-tugas yang mendesak dan mengelola lonjakan pasien dengan lebih baik.
Namun, pemimpin rumah sakit tahu bahwa setiap staf harus bisa dihubungi, responsif, dan bisa melaporkan status tugas mereka, jika rumah sakit mengelola rantai pasokan, mengatur logistik pergantian kamar, memastikan penagihan yang akurat, dan banyak lagi, dengan lebih baik.