Mayoritas dokter dan pembuat keputusan yang disurvei juga setuju bahwa kualitas perawatan pasien akan meningkat jika perawat, dokter, dan staf pendukung nonklinis memiliki akses ke perangkat mobile dan aplikasi layanan kesehatan.
Sekitar 9 dari 10 pembuat keputusan yang disurvei mengatakan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan investasi untuk solusi TI clinical mobility, dan location. Lebih dari 35 persen mengindikasikan bahwa peningkatan investasi itu akan lebih dari 10 persen.
Mereka tidak memberikan perangkat begitu saja. Perangkat yang dimiliki rumah sakit dikhususkan untuk lingkungan klinis dengan aplikasi layanan kesehatan yang makin banyak digunakan di banyak area klinis.
Dulu, beberapa rumah sakit masih mengizinkan staf mereka menggunakan perangkat pribadi saat bekerja, dan beberapa rumah sakit pada awalnya menggunakan smartphone dan tablet consumer untuk menguji aplikasi mobile dalam settingan klinis. Namun kemudian banyak yang mendapati bahwa perangkat tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan perawatan pasien akut.
Penelitian Zebra mengungkap bahwa penggunaan perangkat yang healthcare-ready lebih disukai dibandingkan perangkat consumer. Hampir setengah dari pembuat keputusan yang disurvei melaporkan bahwa mereka memberikan perangkat milik rumah sakit berkelas enterprise (enterprise-grade) untuk para stafnya.
Ini adalah berita yang menggembirakan karena perangkat seluler yang khusus dikembangkan untuk layanan kesehatan memberikan staf klinis dan nonklinis fungsi yang mereka butuhkan untuk menjalankan tugas tanpa mengorbankan keamanan siber atau privasi pasien. Perangkat-perangkat ini juga tahan terhadap pembersihan dan disinfeksi yang harus dilakukan secara konstan untuk membantu mengurangi risiko infeksi, yang merupakan perhatian khusus di kalangan dokter dan eksekutif rumah sakit.
Operasional yang Prediktif dengan AI
Bagi rumah sakit, pandemi COVID-19 adalah momentum untuk bertindak: model perawatan harus berubah. Dokter dan perawat harus bisa berkonsultasi dengan rekan-rekan lain yang terpisah secara fisik, baik di luar kamar pasien yang terinfeksi atau dalam ambulans yang sedang menuju ke ruang gawat darurat.
Mereka harus bisa memperbarui lebih banyak catatan medis, memberikan lebih banyak resep, memproses lebih banyak uji lab, dan memberikan kualitas pelayanan yang layak bagi setiap pasien tanpa kelelahan berlebihan.
Dengan demikian, pembuat keputusan yang berwawasan ke depan di rumah sakit menjajaki berbagai cara untuk membuat operasional menjadi lebih prediktif, bukan reaktif. Mereka pun beralih ke bantuan artificial intelligence (AI), prescriptive analytic, dan teknologi-teknologi canggih lainnya.
Perangkat yang didukung AI bisa memberdayakan para staf untuk memonitor dan merespons pasien dari jarak jauh melalui pemeriksaan dan pelaporan tanda-tanda vital secara teratur. Jika ada yang salah, mereka bisa mengirimkan pemberitahuan ke perangkat seluler dokter. Hal ini juga memberikan keuntungan dari sisi keamanan, karena bisa membantu membatasi jumlah staf klinis yang harus masuk ke kamar pasien yang terinfeksi.
Predictive operation akan memudahkan peningkatan pengelolaan alur kerja, dengan membantu pembuat keputusan, atau sistem otomatis, memberikan tugas yang tepat kepada orang yang tepat di waktu yang tepat.
Akhirnya, jika solusi teknologi dipilih dan diimplementasikan secara saksama, operasional rumah sakit akan menjadi lebih mudah dan intuitif. Para staf tidak lagi terpaksa bekerja di lingkungan yang kurang efisien. Dengan sistem yang lebih cerdas dan lebih terkoneksi, perawat, dokter, dan staf nonklinis di garis depan akan memiliki kecerdasan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk memberikan perawatan pasien yang konsisten, tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka.