Krisis ekonomi dari inflasi hingga keterbatasan pasokan bahan baku membuat beberapa industri tertekan dan sulit berkembang.
Krisis ekonomi itu juga menghantam pasar smartphone global termasuk pasar di Asia Tenggara.
Pengiriman smartphone di Asia Tenggara turun kuartal ketiga berturut-turut pada tahun ini. Hanya Vietnam, satu-satu negara di Asia Tenggaran yang mengalami kenaikan penjualan smartphone. Firma riset pasar Canalys mengatakan pengiriman di Vietnam naik 35 persen, sedangkan di Indonesia, Filipina, Thailand, dan Malaysia turun rata-rata dua digit.
Canalys mengungkapkan pengiriman smartphone anjlok 4 persen menjadi hanya 23,5 juta unit.
"Daya beli masyarakat hancur karena kenaikan inflasi dan suku bunga, Faktor ini membuat belanja smartphone anjlok," kata Analis riset Canalys Chiew Le Xuan.
Le Xuan mengungkapkan vendor smartphone melakukan banyak strategi defensif dengan memperkenalkan produk low-end terbaru pada kuartal tersebut.
Samsung Perkasa
Samsung kokoh berada di peringkat pertama dengan pangsa pasar 25 persen dan pengiriman 5,9 juta unit. Oppo berada di posisi kedua dengan pangsa 19 persen dan pengiriman unit 7 persen lebih sedikit menjadi 4,5 juta.
Pengiriman Vivo berada di tempat ketiga turun 9 persen menjadi 3,5 juta unit dan bagiannya turun menjadi 15 persen. Xiaomi berada di urutan keempat dengan pangsa 13 persen dengan pengiriman turun 11 persen menjadi 3,1 juta unit.
Pengiriman Realme turun 27 persen menjadi 2,1 juta unit, dengan bagiannya turun 3 poin persentase menjadi 9 persen.
Tren penurunan permintaan smartphone, sejatinya tak hanya menimpa negara-negara di Asia Tenggara, namun juga China dan India, pasar ponsel terbesar pertama dan kedua di dunia.
Pengiriman smartphone India, diketahui anjlok 11 persen YoY pada Q3 2022 mencapai lebih dari 45 juta unit, menurut data terbaru oleh penelitian Counterpoint. Begitu pun China.