Hari Belanja Nasional atau Harbolnas ternyata masih menjadi daya tarik tersendiri. Sebanyak 95% responden mengaku memanfaatkan momen ini untuk belanja, dengan Shopee sebagai e-commerce paling banyak digunakan.
Fakta itu terkuak dari riset Snapcart Indonesia terhadap 1000 responden dengan rentang usia 20-35 tahun. Riset dilakukan selama tiga bulan dengan responden yang tersebar di berbagai area di Indonesia.
“Setiap tahunnya Harbolnas menjadi sarana para pemain e-commerce unjuk gigi dalam memberikan penawaran terbaik dan menghadirkan inovasi serta program baru guna meningkatkan daya saing. Survei Snapcart Indonesia melihat 95% responden mengaku telah memanfaatkan momentum 12.12 untuk berbelanja,” ungkap Astrid Wiliandry, Direktur Snapcart Indonesia.
Ada beberapa alasan utama mengapa responden menggunakan momentum Harbolnas untuk melakukan pembelian. Alasan terbesar adalah Harbolnas membuat belanja lebih hemat (71%) serta menawarkan program yang menguntungkan (56%). Alasan lain adalah mendapatkan barang yang menarik (50%) serta memenuhi kebutuhan akhir tahun (27%).
Untuk berbelanja di Harbolnas, responden paling banyak memilih Shopee, disusul Tokopedia dan Lazada. Jika ditilik lebih lanjut, Shopee unggul di semua indikator, mulai dari harga terjangkau, ongkos kirim lebih murah, sampai menyediakan metode pembayaran cicilan (paylater). Tokopedia di urutan kedua dan bersaing ketat di indikator ongkos kirim dan kelengkapan produk.
Inilah temuan menarik dari riset Snapcart Indonesia terkait Harbolnas
Trend Baru Belanja Online
Temuan menarik lain dari riset Snapcart ini adalah konsumen Indonesia relatif menyambut baik cara baru berbelanja, seperti Live Shopping dan Short Video. Sebanyak 37% mengaku memilih Shopee Live sebagai fitur paling disukai, disusul Tiktok (30%), Shopee Video (23%), dan Tokopedia Play (7%).
Alasan terbesar responden mengakses fitur belanja interaktif tersebut adalah mengisi waktu luang dan tertarik dengan promo yang ditawarkan (masing-masing 16%). Sementara alasan lain adalah dapat mengetahui sebuah produk lebih dalam (15%), dapat berinteraksi dan bersosialisasi (15%), serta dapat berbelanja lebih murah (11%).
Dari riset ini, Astrid melihat ada beberapa trend terkait cara konsumen berbelanja online di tahun 2023. “Saat ini daya tarik masyarakat saat berbelanja tidak hanya bergantung pada promo. Aspek lain seperti pilihan produk serta fitur-fitur pendukung kemudahan berbelanja online juga menjadi kunci utama daya tarik e-commerce saat ini,” tambah Astrid.
Kesuksesan fitur belanja baru seperti live shopping juga menunjukkan terbukanya ruang untuk berinovasi bagi pelaku e-commerce. “Dapat dilihat inovasi fitur ini dapat menciptakan sebuah trend dan mengubah perilaku belanja online masyarakat,” tambah Astrid.