Find Us On Social Media :

Ancaman Siber Marak, Investor Cyber Security Justru Menahan Diri

By Liana Threestayanti, Kamis, 26 Januari 2023 | 13:00 WIB

Di tengah ancaman cyber security yang terus meningkat, para investor justru menahan diri untuk berinvestasi di bidang ini. Apa penyebabnya? (Ilustrasi cyber security)

Di tengah ancaman cyber security yang terus meningkat, para investor justru menahan diri untuk berinvestasi melalui merger dan akuisisi di bidang ini. Apa penyebabnya?

GlobalData mengungkapkan adanya perlambatan aktivitas merger dan akuisisi di sektor cyber security di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2022. Situasi ekonomi, kondisi pasar yang mudah berubah, dan kekhawatiran terhadap resesi diduga menjadi penyebabnya. Terjadi penurunan volume kesepakatan merger dan akuisisi cyber security sebesar 12% selama tahun 2022 jika dibandingkan volume di tahun sebelumnya. 

Berdasarkan analisis terhadap Financial Deals Database dari GlobalData, 44 kesepakatan merger dan akuisisi diumumkan di Asia Pasifik. Sementara di tahun sebelumnya, ada 50 kesepakatan yang terjadi di bidang cyber security. 

Aurojyoti Bose, Lead Analyst, GlobalData, melihat tren fluktuasi aktivitas di bidang cyber security di Asia Pasifik sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. “Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2020 tapi diikuti penurunan selama dua tahun berturut-turut,” jelas Bose. 

“Peningkatan yang signifikan pada volume kesepakatan untuk tahun 2020 dapat dikaitkan dengan peralihan mendadak ke remote working dan meningkatnya ketergantungan pada infrastruktur digital, yang pada gilirannya memerlukan kebutuhan akan solusi keamanan siber,” Bose menjelaskan.

Namun kekhawatiran terhadap resesi membuat perusahaan yang ingin melakukan akuisisi bersikap lebih hati-hati dan terpaksa meninjau kembali strategi merger dan akuisisinya di tahun 2022 lalu. 

“GlobalData juga menemukan beberapa pengakuisisi serial, yang melakukan beberapa akuisisi pada tahun 2020 dan 2021, memperlambat aktivitasnya mereka pada tahun 2022,” imbuh Aurojyoti Bose. Contohnya, Tesserent Limited. Perusahaan yang berbasis di Australia ini melakukan banyak akuisisi dalam dua tahun terakhir. Total ada enam perusahaan yang diakuisisi penyedia solusi cyber security ini sepanjang tahun 2020 dan 2021. Namun tahun lalu, perusahaan ini tidak melakukan merger dan akusisi sama sekali. 

Tak hanya di Asia Pasifik, volume kesepakatan merger dan akuisisi cyber security juga mengalami penurunan secara global. Selain penurunan volume kesepakatan sebanyak 14,6%, nilai kesepakatannya pun terjun bebas 56,7% dibandingkan tahun 2021. 

Menurut catatan GlobalData, sepanjang tahun 2022, terjadi 410 merger dan akuisisi global di bidang cyber security, dengan disclosed value senilai US$48,3 miliar. Yang menonjol, seperti akuisisi Google terhadap Mandiant dengan nilai sebesar US$5,4 miliar di awal 2022. Akuisisi terhadap perusahaan yang mengungkap serangan SolarWinds ini merupakan langkah Google untuk memperkuat “otot” cyber security-nya.

“Meski secara keseluruhan aktivitas merger dan akuisisi ini menurun, penurunan ini lebih menonjol di sisi value atau nilai daripada volume. Ini menunjukkan sikap investor yang semakin hati-hati dalam melakukan investasi besar di tengah kondisi pasar yang bergejolak,” tutup Aurojyoti Bose.