Sejalan dengan masuknya Huawei ke dalam "Daftar A" Perubahan Iklim dari CDP belum lama ini, Huawei pun hari ini di Jakarta menegaskan komitmennya untuk membangun infrastruktur yang rendah karbon di Indonesia. Huawei menyebutkan akan melakukannya sesuai dengan konsep “more bits and less watts” (lebih banyak bit dan lebih sedikit watt) yang dianutnya. Keberlanjutan alias sustainability memang kini makin penting sejalan dengan pemanasan global yang mengancam kehidupan manusia.
Huawei mengatakan akan terus berfokus pada sejumlah hal pada lapisan dalam solusi arsitektur untuk mencapainya. Huawei akan mempercepat pengakhiran teknologi 3G dan migrasi pengguna ke teknologi 4G maupun 5G untuk menunjang green operation serta mendukung penggunaan serat optik dan solusi jaringan OXC (optical cross-connect) yang disederhanakan untuk efisiensi energi yang lebih baik.
“Dengan berpedoman pada komitmen Huawei I “Do Contribute”, kami akan senantiasa berinovasi dalam teknologi digital untuk menerapkan konsep Pembangunan Hijau dan Rendah Karbon di seluruh lini industri kami. Salah satu langkah utama kami adalah dengan menerapkan teknik MIMO [multiple input, multiple output] yang masif, yang dapat menghemat penggunaan peralatan antena hingga 70%, serta dengan penggunaan situs solar hibrida luar-ruang yang dapat menghemat CO2 sebesar 35,000 ton, atau setara dengan penanaman 19,000 pohon,” jelas Yunny Christine (Direktur Corporate Affairs Huawei Indonesia).Huawei juga mengeklaim bahwa dalam kegiatan operasional internal perusahaan dirinya senantiasa berusaha menyokong konservasi energi dan pengurangan emisi serta memanfaatkan lebih banyak energi terbarukan. Begitu pula melalui bidang usaha tenaga digitalnya, Huawei Digital Power, yang berfokus pada area-area seperti pembangkitan energi bersih, elektrifikasi transportasi, serta infrastruktur TIK ramah lingkungan.
Sampai akhir tahun 2022 lalu, Huawei pun mengeklaim telah membantu para pelanggannya menghasilkan lebih dari 695,1 miliar kWh green energy serta mengurangi konsumsi energi sebanyak 19,5 miliar kWh. Huawei menekankan hal tersebut setara dengan mencegah timbulnya emisi CO2 sebanyak hampir 340 juta ton.
“Transparansi dalam isu lingkungan adalah langkah pertama yang penting menuju masa depan tanpa emisi karbon dan alam yang positif. Di tengah kondisi lingkungan global yang makin meprihatinkan — mulai dari cuaca ekstrem hingga kerusakan alam yang belum pernah terjadi sebelumnya — perubahan yang transformasional, mendesak dan kolaboratif makin diperlukan, lebih dari sebelumnya,” ucap Dexter Galvin (Global Director of Corporations and Supply Chains CDP) sembari mengucapkan selamat atas kinerja yang dicapai Huawei.
Selain itu, Huawei juga menyebutkan menanamkan konsep ekonomi sirkular dalam manajemen daur hidup produknya, mulai dari desain produk sampai akhir masa guna produknya. Huawei berkomitmen pula untuk menggunakan material dan kemasan yang lebih ramah lingkungan serta memproduksi produk-produk yang lebih tahan lama. Huawei pun bekerjasama dengan para mitra untuk memanfaatkan teknologi dengan cara-cara inovatif dalam rangka melindungi hutan, lahan basah, lautan, dan alam secara keseluruhan.
“Pengembangan berkelanjutan merupakan langkah penting bagi strategi perusahaan Huawei secara keseluruhan. Dalam rangka mengatasi tantangan global terkait perubahan iklim, kami yakin bahwa teknologi adalah faktor utama untuk mendorong pengembangan yang berkelanjutan, guna menciptakan dunia yang berkelanjutan, yang lebih inklusif dan lebih ramah lingkungan. Ke depannya Huawei berharap dapat bekerjasama dengan para konsumen, pemasok dan mitra di seluruh dunia untuk mendukung pembangunan hijau dan berkelanjutan dalam berbagai sektor industri serta dalam membangun masyarakat rendah karbon,” pungkas Tao Jingwen (Direktur Huawei dan Direktur Corporate Sustainable Development Committee untuk Huawei).