Awan kelabu menutupi Apple pada awal tahun ini karena laporan keuangan yang merah. Apple melaporkan pendapatan senilai USD117,2 miliar atau Rp1.771,4 triliun pada kuartal terakhir tahun 2022, turun 5 persen dan membuat laba perusahaan turun 13 persen menjadi USD30 miliar.
CEO Apple Tim Cook mengungkapkan penurunan angka penjualan Apple disebabkan oleh sempat berhentinya pasokan produksi iPhone di China.
Sebagai informasi, Foxconn sendiri telah menghentikan proses produksi pabriknya di Zhengzhou, China sebagai basis produksi iPhone 14 Pro dan Pro Max.
Tentunya berkurangnya produksi itu membuat pasokan atau ketersediaan iPhone 14 series langka di pasar.
Dampaknya, penjualan iPhone 14 series turun USD65,8 miliar atau 8 persen dari tahun sebelumya dan penjualan computer Mac turun hingga 29 persen.
Penyebab lainnya, penguatan nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) di berbagai negara juga merugikan Apple. Apple memperingatkan investor bahwa masalah valuta asing ini akan menghambat penjualan sebesar 10 persen.
Krisis perang Ukraina dan pandemi Covid-19 juga turut melemahkan ekonomi global dan meningkatkan biaya hidup sehingga mereka enggan membeli iPhone 14 series yang harganya mahal.
Firma analisis pasar Canalys mengungkapkan jumlah smartphone yang didistribusikan turun 12 persen tahun lalu.
"Saat dunia terus menghadapi keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami tahu Apple tidak kebal terhadapnya," kata Cook.
CEO dan Analist Creative Strategies, Ben Bajarin, menilai Apple masih merasa permintaannya akan lemah.
"Tetapi mereka telah memperbaiki produksi, yang berarti bahwa jika permintaan naik secara tak terduga, mereka dapat meningkatkan untuk memenuhinya," ujarnya
Walaupun demikian, ada beberapa bidang bisnis Apple yang tampil baik, termasuk segmen layanan dan produk wearables seperti Apple Watch dan AirPods.