Tak mau kalah dengan Google dan Bing, mesin peramban Opera mengintegrasikan fitur AI Shorten yang berbasis ChatGPT ke sidebar sehingga dapat menyuguhkan informasi singkat halaman web dan artikel.
Opera mengatakan kehadiran ChatGPT itu adalah bagian dari strategi perusahaan dalam mengintegrasikan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan seperti dilansir The Verge.
Dalam demonya, Anda dapat mengaktifkan fitur Shorten dengan memilih tombol “pendekkan” di sebelah kanan address bar.
Lalu, sebuah side bar dengan ChatGPT akan muncul di samping kiri, menghasilkan ringkasan dengan poin-poin penting dari artikel atau halaman website yang dilihat.
Integrasi ChatGPT ke dalam Opera itu masih dalam tahap uji coba dan belum dirilis untuk publik.
Belum tahu, kapan “Shorten” itu bakal diluncurkan, akan tetapi fitur tersebut dikatakan bakal tersedia di browser Opera versi desktop dan mobile dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Microsoft memperkenalkan mesin peramban Bing dan Edge sudah terintegrasi dengan ChatGPT berbasis artificial intelligence (AI).
Bing akan menawarkan akses ke chatbot AI yang memberikan jawaban beranotasi untuk pertanyaan.
Sedangkan, Edge adir dengan "kopilot" AI yang dapat meringkas halaman web atau artikel dan menghasilkan teks untuk posting media sosial.
Saat ini integrasi pada Microsoft Edge jauh lebih advance ketimbang yang dilakukan Opera karena ChatGPT pada Opera hanya berfungsi memberikan ringkasan.
Berbeda dengan ChatGPT pada Microsoft Edge mampu menghasilkan konten artikel untuk website, memberikan informasi lebih detail mengenai website yang sedang dikunjungi, serta chatbot yang memungkinkan pengguna menanyakan apa pun.
Google Bard AI
Akhirnya, Google memperkenalkan sebuah proyek artificial intelligence (AI) yaitu AI Bard yang akan menandingi ChatGPT buatan OpenAI. Tentunya, Google tidak bisa diam saja melihat sepak terjang ChatGPT yang sukses meraih 1 juta pengguna dalam lima hari.
CEO Google Sundar Pichai mengatakan Bard menggabungkan luasnya pengetahuan dunia dengan kekuatan, kecerdasan, dan kreativitas model bahasa besar. Bard menggunakan informasi dari web untuk memberikan tanggapan yang segar dan berkualitas.
"Kami sedang mengerjakan layanan AI percakapan eksperimental, didukung oleh LaMDA, yang kami beri nama Bard. Hari ini, kami mengambil langkah maju dengan membukanya untuk penguji terpercaya sebelum membuatnya tersedia lebih luas untuk umum dalam beberapa minggu mendatang," katanya.
Pada tahap awal, Google akan menggunakan model ringan (light model) LaMDA yang membutuhkan daya komputasi yang jauh lebih sedikit, memungkinkan Google untuk menjangkau lebih banyak pengguna, sehingga mendapatkan lebih banyak feedback dari pengguna.
LaMDA atau Language Model for Dialogue Applications adalah kecerdasan buatan berbasis bahasa dan percakapan atau sejenis chatbot. Sistem chatbot itu menggunakan model bahasa Google dan triliunan kata yang berasal dari internet.
Dalam pengembangannya, Google pun akan menggabungkan feedback eksternal dengan pengujian internal untuk memastikan respons Bard memenuhi standar kualitas, keamanan, dan landasan yang tinggi dalam informasi dunia nyata.
“Anda akan melihat fitur AI Bard di kolom Search yang akan menyaring informasi dan memberikan berbagai perspektif ke dalam format yang mudah dicerna, sehingga Anda dapat dengan cepat memahami gambaran besarnya," kata Pichai.
Dalam postingan di Medium, Blake Lemoine yang merupakan insinyur Google di divisi Responsible AI mengungkapkan LaMDA punya akal budi seperti makhluk hidup.
Lemoine menyatakan tugasnya adalah menguji coba apakah kecerdasan buatan itu bisa merspons pertanyaan menggunakan ujaran diskriminatif atau kebencian.
"Tim kami - termasuk ahli etika dan teknologi - telah meninjau kekhawatiran Blake sesuai Prinsip AI kami dan telah memberi tahu dia bahwa bukti tidak mendukung klaimnya," kata juru bicara Google Brian Gabriel kepada The Washington Post, dikutip dari Engadget.
Bing ChatGPT
Microsoft berencana mengintegrasikan ChatGPT ke hasil pencarian di Bing
Microsoft berencana mengintegrasikan jawaban dari ChatGPT ke dalam hasil pencarian search engine mereka, Bing. Jadi ketika pengguna melakukan pencarian di Bing, akan muncul jawaban dari ChatGPT berdasarkan pencarian tersebut.
Formatnya kurang lebih seperti fitur featured snippet yang ada di Google Search. Cuma bedanya, jawaban dari ChatGPT ini akan lebih komprehensif dibanding snippet Google Search yang cuma berisi ringkasan.
Rencana Microsoft ini tentu saja semakin mengancam dominasi Google Search. ChatGPT terbukti dapat menyediakan informasi yang lebih terstruktur dan mendalam jika dibandingkan deretan link yang disediakan Google Search. Jika kemampuan ChatGPT itu tersedia di Bing, semakin besar alasan bagi pengguna untuk menggunakan Bing dan ChatGPT dibanding Google Search.
Baca Juga: Apa itu ChatGPT dan cara menggunakannya?
Apalagi, rumor menyebut Bing akan menjadi salah satu jalan bagi pengguna untuk mengakses ChatGPT secara gratis. Saat ini, ChatGPT memang bisa digunakan tanpa biaya. Namun perlu diingat, biaya untuk menjalankan ChatGPT relatif tinggi (sekitar US$100 ribu Rp1,4 miliar per hari).
Kira-kira, jawaban ChatGPT di Bing akan mirip seperti featured snippet di Google Search. Bedanya, jawaban lebih mendalam
Karena itu, OpenAI (sebagai pembuat OpenGPT), sudah woro-woro kalau mereka berencana mengenakan biaya penggunaan ChatGPT suatu hari nanti. Hal inilah yang akan dimanfaatkan Microsoft dengan Bing. Jika pengguna tetap ingin mengakses ChatGPT secara gratis, Bing adalah salah satu caranya.
Kapan Integrasi ChatGPT di Bing?
Menurut The Information, Microsoft berencana merilis perpaduan Bing dan ChatGPT ini sebelum Maret 2023. Meski begitu, Microsoft menyebut Bing tetap akan menggunakan algoritma pencarian yang selama ini digunakan. Alasannya, ChatGPT tidak didesain untuk mencari informasi secara terus-menerus layaknya mesin pencari. Jawaban yang diberikan ChatGPT relatif mengacu pada informasi umum yang diambil pada periode tertentu; bukan secara real-time layaknya mesin pencari Bing atau Google Search.
Bukan tanpa alasan Microsoft memiliki kedekatan khusus dengan OpenAI dan ChatGPT. Pada tahun 2019, Microsoft melakukan investasi sebesar US$1 miliar atau sekitar Rp.16 triliun ke OpenAI. Sebagian dari investasi tersebut berupa kredit bagi engineer OpenAI untuk menggunakan Azure, infrastruktur cloud Microsoft. Jadi boleh dibilang, ChatGPT dibangun di atas platform Microsoft Azure.
Microsoft selama ini juga sudah mengintegrasikan teknologi OpenAI ke dalam produknya. Contohnya kemampuan automatic search query di Bing yang dibangun berdasarkan algoritma GPT. Microsoft juga sudah mengintegrasikan Dall-E 2 (algoritma untuk membuat gambar yang realistis memanfaatkan Artificial Intelligence) ke dalam Bing Image Creator.
Jadi boleh dibilang, kolaborasi Microsoft dan OpenAI saat ini menjadi ancaman serius bagi Google.