Find Us On Social Media :

Mutu SDM Jadi Tantangan Inovasi Artificial Intelligence di Indonesia

By Adam Rizal, Sabtu, 18 Februari 2023 | 16:00 WIB

Ilustrasi Artificial Intelligence

Artificial intelligence adalah bidang ilmu teknologi yang pengembangannya membutuhkan sumber daya yang besar. Tidak hanya dari segi biaya, namun juga tenaga ahli manusia, dan tingkat kerumitan teknologi di baliknya.

Dari survey dan riset EDBI dan Kearney, ditemukan bahwa tantangan terbesar bagi Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara untuk mengembangkan teknologi AI adalah kurangnya tenaga ahli manusia yang bisa menguasai teknologi AI, serta kalaupun ada, sulit bagi mereka untuk berminat bekerja di negara sendiri.

Kecemasan terkait pengembangan kecerdasan buatan juga muncul seiring dengan semakin berkembangnya teknologi AI. Terutama karena artificial intelligence terbukti dapat meniru cara berpikir manusia dan mengerjakan banyak pekerjaan manusia. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam pro kontra mengenai kecerdasan buatan.

Dilansir dari blog Niagahoster, meski kecerdasan buatan sudah semakin marak digunakan, namun teknologi AI tidak akan sepenuhnya bisa menggantikan peran seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pekerjaan dan menghasilkan sesuatu secara lebih efektif dan efisien.

ChatGPT

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sedang menjadi sorotan di Indonesia. Salah satunya karena kemunculan tools berbasis AI, yaitu Chat Generative Pre-trained Transformer (ChatGPT). ChatGPT adalah artificial intelligence berbasis teks yang dirilis oleh OpenAI pada November 2022.

OpenAI menjelaskan, ChatGPT berinteraksi seperti percakapan biasa. Format dialog yang digunakan mengizinkan ChatGPT menjawab pertanyaan, mengakui kesalahan dan meminta maaf, membenarkan ide yang dianggap tidak tepat, dan menolak permintaan yang tidak pantas.

Dilansir dari Forbes, ChatGPT dapat digunakan untuk membantu menciptakan konten marketing bagi bisnis dan sebagai automated customer service yang lebih interaktif serta dapat memberikan jawaban lebih baik dari chatbot biasa.

Sebagai contohnya, Niagahoster sudah mencoba menuliskan pesan di ChatGPT untuk membuat kerangka website sesuai kebutuhan dan menanyakan mengenai tema yang cocok dengan website yang tengah dikembangkan. ChatGPT pun bisa memberikan jawaban panjang yang meskipun cukup sederhana namun bisa memudahkan untuk membuat website.

Membuka Peluang Kerjasama Global

Penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Namun memang terbatas untuk penggunaan tertentu, seperti perusahaan minyak dan gas, serta penerbangan dan logistik. Pasalnya, teknologi pada zaman tersebut masih amat mahal harganya.

Berdasarkan riset EDBI dan Kearney, kecerdasan buatan diprediksi akan terus berkembang di Asia Tenggara dan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar USD 366 miliar pada tahun 2030. Indonesia juga disebutkan memiliki publikasi ilmiah terkait AI yang terhitung cukup banyak dan merupakan salah satu yang terbanyak di Asia Tenggara.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G Plate, mengatakan munculnya teknologi seperti mobil tanpa pengemudi, bantuan robot canggih, dan teknologi berbasis AI saat ini, menunjukkan teknologi sudah semakin menguasai kehidupan.

“Kreativitas dari para pelaku usaha Indonesia dalam mengadopsi perkembangan teknologi saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan zaman dan harapannya masyarakat dunia dapat mengetahui berbagai perkembangan teknologi yang telah diadopsi oleh pelaku usaha Indonesia, sehingga dapat membuka peluang kerjasama di masa depan,” ujarnya.