Find Us On Social Media :

Microsoft: Harus Holistik agar Modernisasi Aplikasi Optimal

By Wisnu Nugroho, Senin, 27 Februari 2023 | 16:05 WIB

Inilah saran Panji Wasmana (Microsoft Indonesia) bagi perusahaan yang ingin melakukan modernisasi aplikasi

Dalam beberapa tahun terakhir, modernisasi aplikasi menjadi topik yang sering dibicarakan. Hal ini tidak lepas dari transformasi digital yang bergerak begitu cepat. Kebutuhan bisnis saat ini membutuhkan aplikasi yang lincah, cepat diperbarui, dan mudah terkoneksi dengan aplikasi lain. Kebutuhan seperti itu bisa dijawab dengan aplikasi berbasis microservices.

Masalahnya, saat ini masih banyak perusahaan yang masih menggunakan monolithic application. Studi DZone di tahun 2020 menunjukkan, 47% responden mengaku masih menggunakan monolithic architecture sebagai aplikasi utama. Sisanya, sebanyak 35% sudah menggunakan microservices dan 18% menggunakan perpaduan keduanya.

Agar dapat bersaing di era digital ini, banyak perusahaan yang berminat melakukan modernisasi aplikasi dari monolithic ke microservices. Akan tetapi, tantangannya memang tidak sedikit. Selain membutuhkan biaya dan waktu, risiko kegagalan proses juga membayangi.

Lalu, bagaimana strategi yang tepat untuk melakukan modernisasi aplikasi? Kami pun berdiskusi dengan Panji Wasmana (National Technology Officer, Microsoft Indonesia) yang banyak membantu perusahaan Indonesia melakukan modernisasi aplikasi.

Modernisasi Aplikasi Butuh Pendekatan Holistik

Satu hal yang perlu dipahami, tidak semua aplikasi harus dimodernisasi. Perlu tidaknya melakukan modernisasi biasanya berangkat dari kebutuhan bisnis. “Dimulai dari inovasi seperti apa yang ingin dilakukan, baru kemudian dukungan infrastruktur digital apa yang dibutuhkan,” ungkap Panji. Motivasi lain biasanya adalah terkait compliance. “Pertanyaannya adalah apakah platform yang digunakan masih relevan dan mampu memberikan security yang baik,” tambah Panji.

Jika perusahaan memutuskan untuk melakukan modernisasi aplikasi, hal utama yang harus dilihat adalah application portfolio management. “Kita harus memotret terlebih dahulu landscape dari seluruh aplikasi yang kita gunakan, baru kemudian kita membangun prioritas,” ujar pria lulusan Computer Science IPB ini. 

“Jangan sampai sudah melakukan investasi, namun manfaat bisnisnya tidak terasa karena aplikasinya tidak dapat diintegrasikan,”

Prioritas itu sendiri disusun berdasarkan tujuan bisnis yang ingin dicapai. Contohnya, jika ingin meningkatkan pelayanan pelanggan, prioritas diarahkan pada aplikasi CRM. “Lalu kita lihat hubungan aplikasi CRM tersebut ke ERP dan sistem lain,” ungkap Panji. Pendekatan holistik ini menjadi krusial agar perusahaan mendapatkan manfaat maksimal dari modernisasi yang dilakukan. “Jangan sampai sudah melakukan investasi, namun manfaat bisnisnya tidak terasa karena aplikasinya tidak dapat diintegrasikan,” tambah Panji.

Karena prosesnya yang harus holistik, modernisasi aplikasi adalah sebuah proses yang panjang. Karena itu, penting untuk menyusun proses ke dalam fase dan roadmap yang jelas. Prosesnya pun bisa bertahap di setiap aplikasi. “Misalnya di sebuah aplikasi ada sepuluh fungsi, kita modernisasi tiga fungsi dulu di fase pertama,” tambah Panji mencontohkan. Dari langkah pertama itu, lakukan evaluasi dari sisi pemilihan teknologi maupun manfaat bisnisnya.

Microsoft sendiri memiliki metode untuk melakukan modernisasi aplikasi yang disebut dengan Cloud Adoption Framework. Kerangka ini akan membantu perusahaan melakukan Application Portfolio Management, memilih aplikasi mana yang diganti atau di-refactoring, sampai strategi modernisasi yang perlu dilakukan. “Dan di setiap drop atau MVP (Minimum Viable Product) yang dihasilkan, kita bisa menghitung ROI dari cost yang dikeluarkan dan business value yang didapat,” jelas Panji.

Meski framework yang digunakan bertema cloud, modernisasi aplikasi tidak selalu memindahkan aplikasi ke cloud. “Aplikasi itu bisa ditempatkan di on-premise, edge, private cloud, maupun public cloud,” ujar Panji. Pemilihan lokasi ini tergantung kebutuhan dan kemampuan perusahaan. “Apakah skalanya cukup jika di on-premise, apakah perlu melakukan confidential compute agar data selalu terenkripsi, dan faktor-faktor lain,” ujar Panji mencontohkan faktor-faktor yang biasanya jadi pertimbangan.

Microsoft sendiri siap menjadi one-stop solution bagi perusahaan yang membutuhkan bantuan dalam modernisasi aplikasi. “Kami dapat melakukan assessment, menggambarkan arsitektur yang ada, potensi ROI saat melakukan modernisasi, sampai advokasi langkah yang harus dilakukan,” tambah Panji. Ketika melakukan journey tersebut, perusahaan bisa meminta asistensi dari Microsoft maupun ekosistem business partner.

Intinya, modernisasi aplikasi memang sebuah perjalanan yang panjang. Namun jika proses itu bisa dilakukan, perusahaan pun semakin siap dalam bersaing di era digital.