Find Us On Social Media :

GlobalData: Pertumbuhan AI Signifikan, Silo Geopolitik Jadi Ancaman

By Liana Threestayanti, Selasa, 7 Maret 2023 | 13:00 WIB

Pasar artificial intelligence global diprediksi tumbuh signifikan pada CAGR 21,4%, menurut prediksi GlobalData.

Pasar artificial intelligence (AI) global diprediksi tumbuh signifikan pada compound annual growth rate (CAGR) 21,4% dari US$81,3 miliar pada 2022 menjadi US$383,3 miliar pada 2030, menurut prediksi GlobalData.

Perusahaan di bidang data dan analytics ini juga mengamati, pertumbuhan artificial intelligence dalam beberapa tahun ke depan ini akan didorong oleh peningkatan signifikan pada beberapa hal, seperti ledakan volume data sensor, ditambah peningkatan kecanggihan model deep learning, munculnya generative AI, dan ketersediaan chip yang dibuat khusus untuk proses AI.

Menurut Josep Bori, Research Director, GlobalData Thematic Intelligence, meski saat ini sedang hype, artificial general intelligence (AGI), atau kemampuan mesin untuk melakukan apa saja yang dikerjakan manusia dan memiliki kesadaran masih membutuhkan waktu beberapa dekade lagi. 

“Namun, AI ‘yang cukup baik’ sudah ada di sini sekarang, mampu berinteraksi dengan manusia, bergerak, dan membuat keputusan. Misalnya, model GPT-3 dan ChatGPT dari Open AI yang dapat menulis prosa yang orisinal dan mengobrol dengan kefasihan seperti manusia, algoritma DeepMind yang dapat mengalahkan pemain catur manusia, dan robot Atlas dari Boston Dynamics dapat melakukan gerakan summersault (jungkir balik. Jika terus berlanjut, evolusi ini akan mengubah model ekonomi kapitalis yang berbasis tenaga kerja,” Bori menambahkan.

Tidak hanya pertumbuhan pasar, penerapan AI untuk facial recognition  juga diperkirakan GlobalData akan dihadang konflik standar dan regulasi, terutama karena keprihatinan terhadap soal etika dan politik. Dan hal ini akan menyebabkan putusnya rantai pasokan global di segmen AI, seperti yang sudah berlangsung di semikonduktor. Peraturan etika yang lebih ketat pada akhirnya akan memecah pasar AI global menjadi silo geopolitik, terisolasi satu sama lain, menurut prediksi GlobalData.

“Teknologi-teknologi AI paling advanced, seperti computer vision dan generative language model, bergantung pada chip AI yang powerful. Dengan demikian, sengketa perdagangan AS-China yang sedang berlangsung, yang menyebabkan AS melarang ekspor chip AI atau alat untuk memproduksinya ke China, akan mengganggu lanskap persaingan. China akan kehilangan dominasi pasar AI kecuali jika dapat mengamankan akses ke teknologi manufaktur chip yang canggih,” lanjut Josep Bori.

Ia juga secara khusus menyoroti peran China dalam perkembangan teknologi AI dunia. Menurut GlobalData, pertumbuhan AI di negara tirai bambu ini kemungkinan akan terhambat oleh akses terbatas ke teknologi manufaktur chip  yang canggih dan perbedaan peraturan. 

Sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara China dan AS memiliki implikasi negatif bagi kemajuan global teknologi AI. Namun, menurut GlobalData, China akan memainkan peran utama dalam AI karena kepemimpinannya dalam perangkat lunak AI dan teknologi IoT serta kemajuannya dalam pembuatan chip low-end.

“Kalau China tidak dapat mencari solusi terhadap akses ke teknologi extreme ultraviolet (EU) lithography, yang saat ini secara tidak langsung dicegah oleh sanksi AS, dan tidak dapat memproduksi chip yang lebih kuat dan lebih kecil (yaitu, pada 5 dan 3 nanometer node), China harus berjuang di AI di data center dan bidang terkait, seperti CV (computer vision, red.),” pungkasnya.