Karyawan-karyawan ini pun lebih mungkin mengatakan mereka kesulitan untuk menjadi inovatif atau berpikir strategis.
Dari waktu yang dihabiskan di Microsoft 365, rata-rata orang menghabiskan 57% untuk berkomunikasi dan hanya 43% untuk berkreasi.
Adapun aktivitas #1 yang paling mengganggu produktivitas adalah meeting yang tidak efisien.
2. Terdapat aliansi baru antara AI dengan karyawan
Bagi karyawan, harapan akan bantuan yang dapat meringankan pekerjaan, mengalahkan rasa takut akan kehilangan pekerjaan. Dari sisi pemimpin, manajer juga ingin memberdayakan karyawan dengan AI, bukan mengganti.
Di Indonesia, 48% karyawan mengatakan mereka khawatir AI akan menggantikan pekerjaan mereka.
Namun, jauh lebih banyak dari itu -- 75% -- mengatakan bahwa mereka akan mendelegasikan sebanyak mungkin pekerjaan kepada AI, guna mengurangi beban kerja mereka.
Sebanyak 4 dari 5 karyawan di Indonesia pun hendak menggunakan AI tidak hanya untuk pekerjaan administratif (84%), tetapi juga pekerjaan analitis (87%) dan aspek-aspek kreatif dalam pekerjaan mereka (88%).
Faktanya, pemimpin di Indonesia 3,6x lebih mungkin mengatakan bahwa AI akan membawa manfaat di tempat kerja mereka dengan meningkatkan produktivitas, alih-alih memangkas jumlah karyawan (lebih tinggi dari pemimpin bisnis global yang ada di 1,9x).
3. Setiap karyawan memerlukan keterampilan AI
Sebanyak 61% karyawan di Indonesia mengatakan mereka saat ini tidak memiliki kapabilitas yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
Dalam era di mana AI mengubah cara kerja dengan menjadikan kreativitas sebagai produktivitas baru dalam kesehariannya, setiap karyawan--bukan hanya pakar AI--akan membutuhkan kompetensi utama baru, seperti analytical judgement, emotional intelligence, creative evaluation, intellectual curiosity, dan kemampuan memberikan prompt.
Sebanyak 90% pemimpin di Indonesia (vs 82% pemimpin global) pun telah mengantisipasi bagaimana karyawan akan membutuhkan keterampilan baru di era AI ini.
“Penting untuk digarisbawahi bahwa teknologi AI adalah copilot kita, bukan autopilot. Pilot yang memiliki kontrol dan tanggung jawab penuh atas final output serta keputusan dalam pekerjaan tetaplah manusia. Kita perlu mengecek kembali, memastikan kebenaran dan fakta, serta menyelaraskan masukan copilot berdasarkan pengetahuan dan penilaian kita. Itulah sebabnya, kita perlu mempelajari keterampilan baru untuk menggunakan AI, agar dapat memanfaatkan teknologi ini secara bertanggung jawab,” papar Lucky.
Untuk memberdayakan bisnis di era AI, Microsoft memperkenalkan Program Akses Awal Microsoft 365 Copilot, dengan wave awal bagi 600 pelanggan enterprise di seluruh dunia, melalui program pratinjau berbayar khusus undangan.
Untuk membantu setiap pelanggan agar siap dengan AI, Microsoft juga memperkenalkan Semantic Index untuk Copilot, kemampuan baru yang Microsoft luncurkan ke semua pelanggan Microsoft 365 E3 dan E5.
Baca Juga: Bisnis Google dan Amazon Diprediksi Bangkrut Akibat Teknologi AI