Find Us On Social Media :

Trend Micro: Risiko Siber Indonesia Turun, Ini Ancaman Paling Ditakuti

By Liana Threestayanti, Rabu, 31 Mei 2023 | 16:31 WIB

Meski ada serangan ransomware yang meresahkan, Indonesia ternyata memiliki risiko siber (cyber risk) terendah kedua di kawasan Asia Pasifik.

Meski belum lama ini terdengar adanya serangan ransomware yang meresahkan nasabah perbankan di tanah air, Indonesia ternyata memiliki risiko siber (cyber risk) terendah kedua di kawasan Asia Pasifik.

Bahkan faktanya adalah Indonesia mengalami kenaikan indeks risiko siber sepanjang tahun 2022, dari 0,09 (1H’22) ke 0,24 (2H’22), yang berarti ada penurunan risiko siber, menurut Cyber Risk Index (CRI) terbaru dari Trend Micro. Indeks tersebut menempatkan Indonesia di kategori Moderate Risk. 

Namun perusahaan di tanah air tetap waspada, menurut temuan Trend Micro. Hal itu terlihat dari jawaban para responden terhadap kemungkinan terjadinya serangan dalam dua belas bulan ke depan. 

Mereka menjawab “somewhat to very likely” (mungkin sampai sangat mungkin) terhadap kemungkinan ditimpa insiden kebobolan data pelanggan (73%), kebobolan data perusahaan (78%), dan serangan siber (85%).

Sehubungan dengan jenis data yang paling berisiko, komunikasi bisnis (email) menempati posisi teratas sepanjang tahun 2022. Sementara dari sisi risiko keamanan pada infrastruktur, di paruh kedua 2022, para responden menempatkan orang dalam (insider) sebagai titik lemah teratas. 

“Kemudian yang kedua, responden mengatakan soal kekurangan tenaga ahli. Ini cukup menarik karena berbeda dengan semester satu, di mana mereka tidak mengatakan ada kekurangan expert di bidang cyber security,” ujar Laksana Budiwiyono, Country Manager, Trend Micro Indonesia.

Ransomware, Ancaman Siber Teratas

CRI Trend Micro juga memaparkan lima jenis ancaman siber yang menurut para responden bisa menimpa perusahaan di Indonesia dalam 12 bulan ke depan. Ransomware menjadi jenis ancaman yang paling banyak disebut para responden. 

Menurut Vice President South East Asia and India Trend Micro, Nilesh Jain, meski sudah ada sejak 6-7 tahun lalu, ransomware akhir-akhir ini memang menjadi sangat populer. Nilesh menjelaskan, bahkan Indonesia adalah salah satu dari tiga negara teratas di Asia yang menjadi serangan ransomware.  

Ia menambahkan, seiring semakin maraknya transformasi digital di Indonesia, serangan ransomware pun diprediksi meningkat. 

Untuk itu, menurut Laksana Budiwiyono, kesiapan siber menjadi sangat penting untuk membantu bisnis di Indonesia meningkatkan postur sekuriti perusahaan. Dalam hal kesiapan, berdasarkan temuan CRI, ada dua hal yang menjadi fokus utama perusahaan di Indonesia, yaitu mengelola sumber daya manusia dan kemampuan teknologi dari fungsi keamanan TI perusahaan. 

Melalui acara Trend Micro Risk to Resilience 2023 World Tour yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu, Trend Micro mengedukasi para pelaku industri dan pemimpin TI agar lebih memahami dan mengkomunikasikan risiko siber dengan tepat, meningkatkan kemampuan cyber security perusahaan dan mencegah berbagai ancaman siber di masa depan.

Trend Micro juga meluncurkan solusi yang dapat membantu memberdayakan tim keamanan TI perusahaan. Salah satunya adalah Trend One, sebuah platform manajemen cyber security dan attack surface yang inovatif.

Menurut Nilesh Jain, platform ini dirancang untuk memberikan cara bagi perusahaan untuk mengintegrasikan visibilitas, analisis, dan kontrol keamanan di berbagai lapisan keamanan dan sumber data, sekaligus meningkatkan perlindungan, skalabilitas, dan performa.