Kementerian Pendidikan Jepang memiliki rencana ambisius untuk mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif yang dapat menciptakan hipotesis ilmiah dan medis dengan belajar dari makalah penelitian dan gambar riset.
Tujuannya adalah membantu proses penelitian dan meningkatkan keamanan data serta daya saing nasional.
Pengembangan AI ini akan difokuskan pada bidang penelitian ilmiah dan medis, dan diperkirakan akan memerlukan biaya sekitar 30 miliar yen (sekitar Rp3,2 triliun).
Pada tahun anggaran 2024, Kementerian Pendidikan Jepang berencana untuk mengumpulkan pendanaan untuk tahap pengembangan awal.
Lembaga penelitian Riken akan memainkan peran utama dalam pengembangan teknologi AI ini. Rencananya, teknologi AI tersebut akan diuji coba di laboratorium eksternal dan perusahaan pada tahun fiskal 2025.
Proyek ini diperkirakan akan berlangsung selama delapan tahun, dengan target teknologi ini dapat digunakan oleh para peneliti di seluruh negeri mulai tahun fiskal 2031.
AI generatif akan diperkuat dengan data penelitian tambahan, yang akan membantu AI mengidentifikasi zat penyebab penyakit dan merancang material yang berguna dalam bidang medis dan industri.
Riken memiliki koleksi data penelitian yang dapat mendukung pengembangan kemampuan AI generatif ini.
Teknologi AI tersebut juga akan membantu penulisan makalah dengan melakukan penelitian pada literatur masa lalu.
Di masa depan, peneliti akan dapat berinteraksi dengan AI untuk menemukan dan menguji hipotesis baru.
Saat ini, perusahaan-perusahaan AS seperti Open AI dan Google memimpin tren pengembangan AI generatif.
Di samping itu, perusahaan Jepang seperti NTT dan SoftBank sedang mengembangkan model AI yang kompatibel dengan bahasa Jepang.
Diharapkan teknologi ini akan meningkatkan produktivitas dalam berbagai bidang administrasi, termasuk pembuatan surat elektronik, dokumen, dan notula.