Pemerintah China melarang penggunaan aplikasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT milik OpenAI.
Hal itu adalah bagian dari kebijakan pemerintah China untuk mengontrol penyebaran informasi dan konten di ruang internet.
Sebelumnya, pemerintah China juga telah memblokir layanan besar seperti Google, Facebook, dan Twitter. Saat ini pemerintah China fokus membereskan aplikasi AI seperti ChatGPT karena potensi dampaknya terhadap aliran informasi yang dapat diakses oleh penduduk China.
OpenAI sendiri sejak awal tidak meluncurkan layanan ChatGPT di China, mengingat tantangan beroperasi di negara tersebut.
Namun, pengguna internet China masih mencari cara untuk mengakses layanan tersebut, seperti melalui penggunaan VPN dan metode lainnya.
Pemerintah China khawatir bahwa informasi yang dihasilkan oleh ChatGPT dapat mengandung konten yang tidak valid, terutama yang berhubungan dengan sentimen anti-pemerintah.
Selain membatasi akses, pemerintah China juga mendorong perkembangan teknologi AI di dalam negeri. Perusahaan teknologi domestik seperti Baidu dan Alibaba didorong untuk mengembangkan platform chatbot buatan sendiri, contohnya Baidu dengan proyeknya yang disebut Ernie Bot.
Dengan demikian, meskipun pemerintah China membatasi penggunaan aplikasi chat AI seperti ChatGPT, mereka juga berusaha untuk memastikan bahwa masyarakat tetap dapat memanfaatkan teknologi AI yang sedang berkembang pesat.
Pemerintah melihat teknologi AI sebagai sarana untuk mengintegrasikan masyarakat dan ekonomi dengan lebih cepat, meskipun tetap mengarahkan perkembangan teknologi sesuai dengan narasi yang diinginkan oleh pemerintah.
China juga telah berkomitmen untuk berinvestasi hingga USD 26 miliar hingga tahun 2026 dalam pengembangan teknologi AI, sehingga memposisikan negara ini sebagai pemain utama dalam kemajuan teknologi AI di tingkat global.