Find Us On Social Media :

Gen AI Makin Marak, McKinsey: Masih Ada Banyak Potensi AI Lainnya

By Liana Threestayanti, Senin, 21 Agustus 2023 | 15:45 WIB

Survei McKinsey mengungkapkan harapan besar perusahaan bahwa AI generatif berdampak signifikan terhadap industri dan tenaga kerja. (ilustrasi artificial intelligence, AI)

Di tengah masifnya eksplorasi dan adopsi teknologi generative AI atau AI generatif oleh berbagai organisasi dan perusahaan, survei McKinsey mengungkapkan harapan besar perusahaan bahwa teknologi ini berdampak signifikan terhadap industri dan tenaga kerja. 

Survei global terbaru dari McKinsey yang berjudul “The State of AI in 2023: Generative AI’s Breakout Year” memperlihatkan pertumbuhan pesat tool AI generatif. Dalam waktu kurang dari setahun setelah tool-tool ini memulai debutnya, sepertiga responden mengaku sudah menggunakan AI generatif secara berkala setidaknya pada satu fungsi bisnis. Jumlah tersebut sama dengan 60% dari organisasi yang mengaku sudah menggunakan artificial intelligence (AI).  

Fungsi-fungsi bisnis yang telah menerapkan AI generatif adalah area di mana AI juga secara umum sudah diterapkan, yaitu pemasaran dan penjualan, pengembangan produk dan layanan, dan operasi layanan (service operations), seperti customer care dan back office support.

Topik mengenai artificial intelligence (AI) yang awalnya ramai dibicarakan dalam diskusi para staf teknologi, kini telah menjadi fokus para pemimpin bisnis. Survei McKinsey menemukan bahwa hampir seperempat responden dari kalangan eksekutif C-suite secara pribadi menggunakan tool AI generatif untuk bekerja. Dan lebih dari seperempat (28%) responden dari perusahaan yang menggunakan AI mengatakan bahwa AI generatif sudah tercantum dalam agenda dewan direksinya. 

Temuan menarik lainnya adalah 40% responden menyatakan organisasinya akan meningkatkan investasi untuk AI karena melihat kemajuan yang dicapai AI generatif. Namun untuk urusan mengelola risiko yang terkait AI generatif, kurang dari separuh responden yang menyatakan organisasinya melakukan mitigasi terhadap risiko tersebut, bahkan terhadap risiko yang paling dianggap relevan, yaitu ketidakakuratan. 

Seperti pada adopsi teknologi-teknologi lainnya, organisasi yang telah menyematkan kemampuan AI adalah yang pertama mengeksplorasi potensi-potensi AI generatif. Dan organisasi yang melihat nilai lebih dari AI tradisional telah melampaui organisasi lainnya dalam adopsi tool generative AI. Oleh McKinsey, organisasi atau perusahaan ini dikelompokkan sebagai AI high performer.

Para high performer ini memfokuskan AI generatif untuk menciptakan bisnis atau sumber pendapatan baru. Sementara bagi organisasi di luar kategori AI high performer, generative AI lebih ditekankan untuk memangkas biaya.

Dari sisi tantangan, para high performer melihat model dan tool sebagai kendala utama bagi mereka. Sedangkan organisasi lain menempatkan strategi sebagai tantangan terbesar.

Sebanyak 1684 responden survei McKinsey berharap disrupsi yang signifikan terhadap bisnis dari adopsi AI generatif dan memprediksi adanya perubahan yang berarti pada tenaga kerja di organisasi mereka. 

Survei yang digelar pada bulan April 2023 ini mengungkapkan bahwa responden mengantisipasi terjadinya pemangkasan tenaga kerja di area-area tertentu dan upaya-upaya reskilling besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan talenta yang terus berubah. 

Namun, meskipun saat ini semua mata seakan tertuju pada AI generatif, adopsi artificial intelligence dan dampaknya bagi organisasi diprediksi McKinsey akan tetap stabil. Ya, kendati penggunaannya di lingkungan perusahaan semakin marak, kehadiran tool AI generatif tidak serta merta mendorong adopsi AI secara keseluruhan. 

McKinsey mencatat, persentase organisasi yang mengadopsi alat AI apa pun masih tetap stabil sejak 2022, dan adopsi tetap terkonsentrasi pada sejumlah kecil fungsi bisnis.

Baca juga: Teknologi AI Generatif Terbaru ini Bikin Google Search Makin Keren

Baca juga: Mahasiswa Wajib Punya, Alat Bantu AI ini Bantu Lulus Lebih Cepat