Google akan mengoptimalkan tingkat keamanan produk-produknya dalam Workspace, termasuk Gmail dan Drive, dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Google mengedepankan konsep zero trust di dalam produknya yang menutup celah-celah serangan siber dan melindungi pelanggan dengan menghilangkan prinsip kepercayaan implisit.
Konsep itu mengusung autentikasi dan otorisasi identitas yang lebih ketat. Dalam skenario zero trust ini, setiap pengguna, perangkat, dan elemen lainnya dianggap tidak dapat dipercayai secara default, tanpa memandang apakah mereka berada dalam atau luar jaringan organisasi.
Google juga akan mengintegrasikan konsep zero trust ini dengan teknologi pencegahan kehilangan data (DLP).
"Kami menggabungkan kedua aspek ini, kemudian menambahkan fungsi-fungsi AI untuk meningkatkan cara data diklasifikasikan dalam Drive. Hasilnya adalah kemampuan otomatis dan berkelanjutan untuk mengklasifikasikan dan memberi label pada data sensitif, serta menerapkan kontrol berdasarkan tingkat risiko yang sesuai," kata Jeanette Manfra (Direktur Senior Risiko dan Kepatuhan Global di Google).
Penggunaan teknologi pencegahan kehilangan data (DLP) yang sebelumnya sudah tersedia pada layanan Google Chat, Drive, dan Chrome, kini juga akan diperluas ke Gmail dengan tahap pratinjaunya akan hadir akhir tahun ini.
DLP bertujuan membantu tim keamanan untuk mengelola penyebaran informasi rahasia baik dalam maupun luar organisasi seperti dikutip TechCrunch.
Selain itu, Google juga memperkenalkan sejumlah penyempurnaan pada Enkripsi Sisi Klien (CSE).
Perubahan ini mencakup dukungan untuk aplikasi seluler, opsi pengaturan CSE sebagai konfigurasi default untuk unit organisasi tertentu, fasilitas akses tamu dalam platform Meet, kemampuan untuk memberikan komentar dalam Dokumen, serta kesempatan bagi pengguna untuk melihat, mengedit, atau mengonversi berkas Microsoft Excel.
Terdapat juga opsi bagi organisasi untuk memilih lokasi penyimpanan data mereka ketika tidak digunakan. Mereka diberikan kebebasan untuk menentukan di mana data mereka diproses, termasuk opsi untuk menyimpan salinan data Workspace mereka di negara pilihan. Pilihan awalnya mencakup Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Seluruh perubahan ini saat ini masih dalam tahap pengembangan dan dijadwalkan akan dirilis pada akhir tahun ini.
Meskipun begitu, Google belum memberikan rincian mengenai kemungkinan penyesuaian harga atau apakah pengguna Workspace perlu membayar lebih untuk fitur-fitur tambahan ini.
Baca Juga: Begini Cara Teknologi AI Google Turunkan Polusi Pesawat Terbang
Baca Juga: Beralih Pakai Teknologi AI, Google Kembali PHK Karyawan