Find Us On Social Media :

Schneider Electric: Ada 3 Langkah untuk Ciptakan Talenta Data Center

By Dayu Akbar, Sabtu, 30 September 2023 | 12:00 WIB

Yana Haikal (Business Vice President, Secure Power Division, Energy Management Business Schneider Electric) dan Hendra Suryakusuma (Ketua Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO))

Data center menjadi tulang punggung teknologi modern, mendukung terlaksananya edge computing hingga artificial intelligence. Namun, seiring dengan meningkatnya permintaan data center secara eksponensial, ada masalah mendesak yang menjadi tantangan besar, yaitu kekurangan talenta digital di industri ini.  Saat ini, kebutuhan talenta di bidang Teknologi Informasi Komputer/TIK nasional mencapai sekitar 9 juta orang dalam waktu 15 tahun sejak 2020 hingga 2035 atau sekitar 600 ribu talenta per tahun. Jika industri data center membutuhkan 1% saja per bulan, berarti dibutuhkan 500 talenta yang bersertifikasi. Sedangkan hal ini masih belum dapat dipenuhi oleh suplai tenaga kerja yang ada di pasaran (Indonesian Data Center Provider Organization/IDPRO).Schneider Electric bersama dengan IDPRO, pemerintah, kalangan industri, para pakar di bidang data center, dibantu oleh media juga terus mengkampanyekan pentingnya membangun talenta data center yang terampil dan berserfitikasi. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan peluang yang terbuka lebar guna mewujudkan manajemen energi dan otomatisasi berbasis data center yang andal dan berkelanjutan di Indonesia.  Kekurangan talenta data center merupakan masalah yang serius, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Dengan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan talenta yang lebih beragam dan inklusif, industri ini akan tumbuh subur, berkembang, dan memenuhi potensi digitalisasi.Untuk menjembatani kesenjangan talenta data center, Yana Haikal, Data Center Business Vice President, Schneider Electric Indonesia , menyebutkan bahwa perlu dilakukan beberapa langkah berikut ini:1. Merangkul gig economy untuk memenuhi kebutuhan talenta teknologiGig economy, yang ditandai dengan kontrak jangka pendek atau pekerjaan lepas, saat ini dengan cepat mendapatkan popularitas dan menjadi lebih umum di seluruh dunia. Di Indonesia, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pekerja lepas telah mencapai 46,47 juta orang atau sekitar 32% dari total angkatan kerja yang mencapai 146,62 juta jiwa pada Februari 2023.Sementara itu menurut Google, khusus untuk ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar USD 146 miliar pada tahun 2025 yang juga membuka peluang baru untuk gig economy.Perusahaan data center memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kumpulan pekerja lepas yang terus bertambah untuk mengakses berbagai talenta profesional yang mudah beradaptasi dan dengan cepat menjalankan proyek tanpa perlu prosedur perekrutan yang memakan waktu. Selain itu, pekerja lepas dapat dibawa ke dalam tim dalam jangka pendek untuk menangani tugas-tugas non-inti atau mengelola lonjakan permintaan. Fleksibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk tetap lincah dan tanggap terhadap perubahan kebutuhan bisnis sekaligus membantu mengendalikan biaya.

Hendra IDPR dan Yana SE kunjungi fasilitas Data Center Schneider

2. Mengakui pentingnya talenta non-teknis yang dapat ditransferPengelolaan data center membutuhkan beragam keahlian di luar keahlian teknis. Individu dengan latar belakang di berbagai bidang seperti manajemen proyek, logistik, layanan pelanggan, dan bahkan seni dapat memiliki keterampilan yang dapat dialihkan yang sangat sesuai untuk mengoperasikan data center. Dengan memanfaatkan kumpulan talenta ini, maka para pemain data center dapat mengakses lebih banyak talenta profesional yang mudah beradaptasi dan dapat berkontribusi pada proyek tanpa perlu prosedur perekrutan yang memakan waktu.Dalam banyak kasus, pekerja non-teknis mungkin memiliki kemampuan unik dengan potensi yang saling menguatkan talenta teknis dalam ekosistem industri data center. Perubahan persyaratan pekerjaan dapat menciptakan kumpulan talenta yang lebih inklusif dan beragam. Termasuk program pelatihan dan sertifikasi yang menjembatani kesenjangan antara talenta non-teknis dan persyaratan data center dapat membantu para individu tersebut untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk sukses di lapangan.Di Indonesia sendiri, Nusantara Data Center Academy adalah salah satu lembaga yang menawarkan program pendidikan khusus data center yang terbagi menjadi dua lajur utama. Lajur pertama adalah penciptaan tenaga kerja baru yang dihasilkan dari sekolah dan politeknik berbasis vokasi; sedangkan lajur kedua adalah up-skilling dan re-skilling pekerja di ekosistem data center nasional, berbasis sertifikasi profesi yang diakui secara global.  Akademi ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja berkualitas di industri data center dalam rangka penguatan ekonomi digital Indonesia.Diharapkan dengan mengembangkan talenta data center non-teknis, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan industri data center yang terus meningkat.

Kantor Schneider Electric

3. Pentingnya mentorship sebagai alat untuk menarik dan menginspirasi talenta Untuk mendukung ketersediaan talenta data center generasi berikutnya, para pemimpin dapat berperan dalam menginspirasi generasi muda untuk mempertimbangkan karier di bidang teknologi. Hal ini dapat dicapai melalui program magang yang berhubungan dengan bidang Teknologi Informasi/TI. Di samping itu, mentoring dapat membantu mendukung pertumbuhan profesional karyawan senior dan junior yang berkelanjutan. Dengan memasangkan para profesional yang berpengalaman dengan mereka yang baru memulai kariernya, program bimbingan dapat membantu mengembangkan keterampilan dan memberikan panduan untuk membantu menjembatani kesenjangan keterampilan.Platform pengembangan talenta profesional khusus seperti Schneider Electric University juga dapat membantu menutup kesenjangan keterampilan di industri data center dengan membantu para pelaku industri untuk meningkatkan keterampilan mereka dan mengikuti perkembangan teknologi, keberlanjutan, dan efisiensi energi yang baru.