Find Us On Social Media :

Teknologi AI Berhasil Ciptakan Obat Diet dan Diabetes di China

By Adam Rizal, Minggu, 1 Oktober 2023 | 09:30 WIB

Ilustrasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di bidang AI

Sebuah laporan berita terbaru mengungkap para peneliti dari China berhasil menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menemukan obat yang dapat membantu penurunan berat sekaligus mengobati diabetes tipe 2.

Perusahaan farmasi berbasis AI MindRank mengembangkan obat ini dan saat ini sedang menjalani uji klinis fase 2 dan akan segera memasarkan obat ini.

Obat yang dikenal sebagai MDR-001 ini bekerja dengan mengikat reseptor peptida-1 yang mirip dengan glukagon (GLP-1-R). Dengan mengikat reseptor ini, obat ini merangsang pelepasan insulin dari pankreas, yang membantu menurunkan kadar gula darah dan berat badan.

MDR-001 berhasil melewati uji klinis fase 1 pada bulan Juni, yang mengkonfirmasi efektivitas dan keamanannya. Pada awal September, uji klinis fase 2 sudah dimulai.

Saat ini ada lebih dari 537 juta orang dewasa di seluruh dunia menderita diabetes dan sekitar 650 juta orang menghadapi masalah obesitas secara global.

Karena itu, pengembangan obat ini memiliki potensi untuk membantu perusahaan China bersaing dalam pasar bernilai miliaran dolar secara global.

"Uji praklinis biasanya memerlukan tiga hingga empat tahun, tetapi MDR-001 mendapatkan persetujuan Investigational New Drug (IND) dari FDA dan NMPA dalam waktu 19 bulan," kata Jin Xurui, Seorang Ahli Pengembangan Obat AI dari MindRank

Selain meningkatkan kecepatan pengembangan, pendekatan berbasis AI itu juga menghasilkan obat dengan kualitas yang unggul.

Dalam uji coba yang melibatkan monyet, MDR-001 membantu monyet yang mengalami obesitas mencapai berat badan yang sehat tanpa mengalami efek rebound setelah menghentikan penggunaan obat.

Dr. Du Yu, seorang investor independen, mencatat bahwa menggunakan AI untuk mengurangi biaya pengembangan obat juga akan menguntungkan pasien dengan kondisi medis langka, karena perusahaan farmasi seringkali enggan mengembangkan obat untuk kelompok pasien dengan jumlah yang relatif kecil karena margin keuntungan yang rendah.

"Dengan melibatkan AI dalam proses farmasi, biaya pengembangan obat baru dapat dikurangi, yang pada akhirnya akan membantu pasien dengan beberapa penyakit langka," ujarnya.

Baca Juga: Tak Mau Kalah, Apple Kembangkan Chatbot AI Generatif Mirip ChatGPT

Baca Juga: Tantang ChatGPT, Meta Resmi Luncurkan Chatbot Canggih Meta AI