Find Us On Social Media :

Faktor Pelanggaran Keamanan Informasi Jadi Penyebab Serangan Siber

By Adam Rizal, Jumat, 24 November 2023 | 13:30 WIB

Ilustrasi Cyber Attack (Serangan Siber)

Pelanggaran yang dilakukan karyawan terhadap kebijakan keamanan informasi dalam organisasi sama berbahayanya dengan serangan peretas eksternal, menurut penelitian terbaru dari Kaspersky.

Dalam dua tahun terakhir, 33% insiden siber di dunia bisnis di Asia Pasifik (APAC) terjadi karena karyawan dengan sengaja melanggar  protokol keamanan. Angka ini hampir sama   dengan   kerugian   yang diakibatkan oleh pelanggaran  keamanan   siber,   dimana 40% di  antaranya   terjadi karena peretasan. Angka-angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yang masing-masing sebesar 26% dan 30%. Terdapat persepsi yang kuat bahwa kesalahan manusia  adalah salah satu penyebab utama insiden dunia   maya   dalam   bisnis.   Tapi   segalanya   tidak   hitam   dan   putih.   Kondisi   keamanan   siber   suatu organisasi lebih rumit dari itu dan lebih banyak faktor yang mempengaruhinya.

Mengingat   hal   ini,   Kaspersky   melakukan penelitian  untuk   mengetahui   pendapat   para  profesional Keamanan TI yang bekerja  untuk UMKM dan perusahaan di seluruh dunia mengenai dampak dari “manusia”   terhadap   keamanan   siber   di   sebuah   perusahaan. Penelitian   ini   bertujuan   untuk mengumpulkan   informasi   tentang   berbagai   kelompok   orang   yang   mempengaruhi   keamanan   siber, dengan mempertimbangkan staf internal dan aktor eksternal. Sebanyak 234 responden dari Asia Pasifik disurvei.

Studi   Kaspersky   mengungkapkan   bahwa,  selain   kesalahan   asli/nyata,   pelanggaran   kebijakan keamanan informasi yang dilakukan oleh karyawan di wilayah tersebut merupakan salah satu masalah terbesar bagi perusahaan. Responden dari organisasi-organisasi di Asia Pasifik menyatakan bahwa kesengajaan untuk melanggar aturan  keamanan  siber   dilakukan  oleh   karyawan   non-IT  dan  TI   dalam   dua   tahun   terakhir. 

Mereka mengatakan   pelanggaran   kebijakan   seperti   ini   yang   dilakukan   oleh   pejabat   senior   keamanan   TI menyebabkan 16% insiden dunia maya dalam dua tahun terakhir, 4% lebih tinggi dari rata-rata global. Selain itu, profesional TI lainnya dan kolega non-TI perusahaan masing-masing menyebabkan 15% dan 12% insiden dunia maya ketika mereka melanggar protokol keamanan.Terkait   perilaku   individu   karyawan,   masalah   yang   paling   umum   adalah   karyawan   dengan   sengaja melakukan apa yang dilarang dan, sebaliknya, mereka gagal melakukan apa yang diwajibkan. 

Karena itu, responden menyatakan bahwa seperempat (35%) insiden dunia maya dalam dua tahun terakhir terjadi karena penggunaan kata sandi yang lemah atau kegagalan untuk mengubahnya pada waktu yang tepat. Angka ini 10% lebih tinggi dibandingkan hasil global sebesar 25%.1Survei ini dilakukan di 19 negara: Brasil, Chili, Tiongkok, Kolombia, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang.

Penyebab lain dari hampir sepertiga (32%) pelanggaran keamanan siber adalah akibat staf di Asia Pasifik mengunjungi situs web yang tidak aman. Sebanyak 25% lainnya melaporkan bahwa mereka menghadapi insiden dunia maya karena karyawan tidak memperbarui perangkat lunak atau aplikasi sistem saat diperlukan.

Hasil studi Kaspersky untuk Asia Pasifik“Sangat mengkhawatirkan melihat bahwa meskipun terjadi beberapa pelanggaran data dan serangan ransomware yang menjadi berita utama di wilayah Asia Pasifik tahun ini, masih banyak karyawan yang dengan   sengaja   melanggar   kebijakan   dasar   keamanan   informasi.  

Dengan   studi   terbaru   yang menunjukkan bahwa jumlah pengguna di Asia Pasifik selalu lebih tinggi dibandingkan rata-rata global, maka pendekatan multi-departemen untuk membangun budaya keamanan siber perusahaan yang kuat sangat diperlukan untuk mengatasi kesenjangan faktor manusia yang jelas telah dieksploitasi oleh para penjahat siber,” komentar Adrian Hia, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky.

Penggunaan layanan atau perangkat yang tidak diminta merupakan kontributor utama lainnya terhadap pelanggaran kebijakan  keamanan informasi  yang disengaja.  Hampir seperempat   (31%) perusahaan mengalami insiden dunia maya karena karyawan mereka menggunakan sistem tidak sah untuk berbagi data.

Karyawan di 25% perusahaan dengan sengaja mengakses data melalui perangkat yang tidak sah, sementara   26%   staf   di   bisnis   lain   mengirimkan   data   ke   alamat   email   pribadi.   Tindakan   lain   yang dilaporkan adalah penerapan TI bayangan pada perangkat kerja – 15% responden menyatakan bahwa hal ini menyebabkan terjadinya insiden siber.

Hal   mengkhawatirkan   lainnya,   responden  dari   Asia   Pasifik   mengakui   bahwa,   selain   perilaku   tidak bertanggung jawab  yang telah  disebutkan, 26%  tindakan berbahaya  dilakukan oleh  karyawan demi keuntungan pribadi. Temuan menarik lainnya adalah pelanggaran kebijakan keamanan informasi yang disengaja oleh karyawan merupakan masalah yang relatif besar di industri jasa keuangan, seperti yang dilaporkan oleh 18% responden di sektor ini.

“Selain   ancaman   keamanan   siber   eksternal,   ada   banyak   faktor   internal   yang   dapat   menyebabkan insiden di organisasi mana pun. Statistik menunjukkan bahwa karyawan dari departemen mana pun, baik spesialis non-TI maupun profesional Keamanan TI, dapat memberikan pengaruh negatif terhadap keamanan   siber,   baik   disengaja   maupun   tidak   disengaja," katanya.

Oleh   karena   itu,   penting   untuk mempertimbangkan   metode   pencegahan   pelanggaran   kebijakan   keamanan   informasi   dalam memastikan keamanan, misalnya menerapkan pendekatan terpadu terhadap keamanan siber. Menurut penelitian kami, selain 26% insiden dunia maya disebabkan oleh pelanggaran kebijakan keamanan informasi,   38%   pelanggaran   terjadi   karena   kesalahan   manusia.  

Karena   persentase   yang mengkhawatirkan,  budaya  keamanan   siber  di  suatu   organisasi   perlu  diciptakan  sejak   awal  dengan mengembangkan  dan  menegakkan  kebijakan  keamanan,  serta  meningkatkan  kesadaran siber   di   kalangan   karyawan.   

"Staf   akan   menerapkan   peraturan   secara   lebih bertanggung jawab dan  memahami   dengan jelas kemungkinan  konsekuensi   dari  pelanggaran yang mereka lakukan," kata  Alexei Vovk, Kepala Keamanan Informasi di Kaspersky.

Untuk menjaga infrastruktur perusahaan Anda aman dari konsekuensi pelanggaran kebijakan keamanan informasi yang dilakukan karyawan, Kaspersky merekomendasikan: 

Menggunakan   produk   keamanan   siber   dengan   fitur   Kontrol   Aplikasi,   Web,   dan  Perangkat, seperti  Kaspersky   Endpoint   Security   for   Business  dan  Kaspersky   Endpoint   Security   Cloud. Fungsi ini dapat membatasi penggunaan aplikasi, situs web, dan periferal yang tidak diminta, sehingga mengurangi risiko infeksi. 

Fitur   Kontrol   Anomali   Tingkat   Lanjut   dalam  Kaspersky   Endpoint   Security   for   Business Advanced,  Kaspersky   Total   Security   for   Business,  dan  Kaspersky   Endpoint   Detection   and Response Optimum membantu mencegah potensi aktivitas berbahaya dan 'di luar kebiasaan', baik yang dilakukan oleh pengguna maupun yang diprakarsai oleh para penyerang yang telah menguasai sistem. Mengontrol transfer data dua arah – masuk dan keluar sistem, karena hal ini juga membawa risiko. 

Dengan  Kaspersky Endpoint Security Cloud,  Kaspersky Security for Mail Server, dan Kaspersky  Security  for Microsoft Office  365, masalah  seperti  ini dapat diselesaikan  dengan penemuan data dan fungsi pemfilteran konten. 

Kaspersky  Security   for   Internet Gateway     juga memiliki pemfilteran  konten,  untuk  mencegah transmisi data yang tidak diminta, apa pun jenisnya, status perlindungan platform, atau perilaku pengguna pada titik akhir di dalam jaringan.Laporan lengkap dan wawasan lebih lanjut mengenai faktor.

Baca Juga: Kaspersky Ungkap Prediksi Keamanan 2024, Banyak Serangan Pakai AI

Baca Juga: Kaspersky Ungkap Bahaya Ancaman Serangan Siber APT Tahun Depan