Find Us On Social Media :

Visualkan Data Drone, Aerodyne Bakal Kembangkan Model Bahasa AI LLM

By Adam Rizal, Jumat, 1 Desember 2023 | 13:30 WIB

Ilustrasi Penggunaan Drone untuk Perhitungan Karbon Stok.

Pada ajang AWS re:Invent, Amazon Web Services, Inc (AWS), anak perusahaan Amazon.com, Inc hari ini mengumumkan bahwa Aerodyne, penyedia solusi drone terkemuka di dunia, telah menjalankan platform software as a service (SaaS) DRONOS miliknya di AWS untuk membantu para operator drone di seluruh dunia dalam mengembangkan bisnis mereka. 

Dengan menggunakan AWS, startup yang berbasis di Malaysia ini mengoperasikan solusi drone untuk industri telekomunikasi, pertanian, pengawasan, logistik, dan energi di 45 negara. DRONOS adalah platform layanan drone yang inovatif, komprehensif, serta memungkinkan pengguna drone untuk mengintegrasikan, menganalisis, dan memahami data drone untuk mengoptimalkan operasional, mendorong efisiensi, dan melakukan inspeksi secara mandiri dari udara demi keamanan dan keselamatan para pekerjanya.

Perusahaan listrik dan operator jaringan seluler semakin banyak menggunakan drone untuk mengumpulkan data operasional dari menara dan jaringan demi memelihara infrastruktur mereka dengan lebih baik. Serupa, petani juga menggunakan teknologi drone di ladang untuk mendorong implementasi pertanian presisi. 

Aerodyne mengembangkan data lake di AWS menggunakan Amazon Simple Storage Service (Amazon S3) untuk menyimpan dan mengubah data drone, termasuk gambar serta data satelit, pertanian, dan cuaca, menjadi wawasan yang dapat dimanfaatkan. Dengan menggunakan Amazon SageMaker, sebuah layanan terkelola sepenuhnya untuk mengembangkan, melatih, dan meluncurkan model pembelajaran mesin (ML), Aerodyne mampu melakukan analisis  pada menara telekomunikasi dan ladang pertanian secara terotomatisasi.  

Sementara, di industri telekomunikasi global, kegiatan memantau, mengelola, dan memonetisasi infrastruktur dengan tepat, seperti halnya menara telekomunikasi dan antena yang berjumlah banyak dan saling terpencil, menjadi sangat penting untuk memastikan konektivitas yang berkesinambungan. 

Namun, infrastruktur tersebut seringkali sulit untuk diakses dan rumit untuk diperiksa. Inspeksi biasanya dilakukan secara manual oleh rigger atau petugas khusus yang harus memanjat ratusan meter untuk dapat memasang, mengecek, dan melakukan pemeliharaan terhadap saluran telekomunikasi dan sistem komunikasi. 

Dengan adanya drone, proses ini menjadi otomatis, dan para petugas rigger pun dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang lebih kritikal tanpa perlu membahayakan diri. Dengan menggunakan analisis data berbasis cloud, Aerodyne juga membantu operator untuk memastikan kondisi masing-masing menara dan mengecek kemungkinan pemasangan antena baru, sehingga dapat memangkas waktu kerja dari dua hari menjadi tiga jam. 

Aerodyne turut membantu sektor pertanian dalam mengatasi tantangan keamanan pangan global melalui pertanian presisi menggunakan drone. Bersama AWS, startup ini telah mengembangkan solusi antara lain platform Agrimor yang didukung oleh DRONOS, yang memampukan petani maupun penyedia layanan pertanian lainnya untuk menggunakan drone dalam melakukan pembibitan, penyemprotan, analisis tanaman, dan pemetaan pertanian, sehingga dapat meningkatkan hasil panen hingga sebesar 67%. 

Petani lokal hingga perusahaan perkebunan kelapa sawit berskala besar di Malaysia dan Indonesia menggunakan Agrimor untuk mengidentifikasi masalah tanaman dengan cepat, termasuk kekurangan irigasi atau penyakit, serta menggunakan pupuk maupun pestisida dengan lebih efisien. 

Penggunaan Agrimor dapat menghemat sumber daya dan pada akhirnya mendorong keamanan pangan serta profitabilitas lahan pertanian. Sebagai bagian dari ekspansi globalnya, Aerodyne akan memperluas layanan dan solusi Agrimor di Brazil, Pakistan, Gambia, dan Senegal dalam beberapa tahun mendatang.

Sejak berdiri pada tahun 2014, startup global ini telah berkembang pesat dan melipatgandakan pemasukannya setiap tahun. Dengan menggunakan machine learning AWS, Aerodyne mampu memenuhi kebutuhan terhadap menara telekomunikasi 5G yang meningkat lewat pemasangan antena dengan tingkat kecepatan melebihi 90%. 

AWS juga memampukan Aerodyne untuk mengurangi biaya pengoperasian menara yang dikeluarkan para pelanggannya hingga sebesar 20% secara rata-rata, dan biaya pemrosesan data secara manual hingga lebih dari 70% dibandingkan dengan infrastruktur on-premises.

“Kolaborasi yang telah dijalankan dengan AWS secara signifikan mengubah kemampuan kami untuk menyelesaikan tantangan industri yang kompleks, memperluas jangkauan ke lebih banyak negara, dan memperkuat kehadiran kami di ekosistem drone global. Pertumbuhan pesat ini bisa terjadi dengan menskalakan beban kerja kami di AWS guna memenuhi permintaan pengguna yang terus meningkat, “ujar Kamarul A. Muhamed, founder dan CEO Grup Aerodyne.

“Melalui fleksibilitas cloud dan penggunaan machine learning, kami dapat menggabungkan data yang berharga untuk membantu orang-orang dari berbagai industri, mulai dari pertanian, telekomunikasi, dan energi untuk membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih baik terkait aset mereka di lapangan. Kami sangat bangga dengan solusi DRONOS serta berbagai capaiannya bagi operator telekomunikasi, dan kami pun bersemangat untuk mengulangi kesuksesan kami di sektor-sektor lainnya," ujarnya.

Bikin LLM AI

Ke depannya, Aerodyne berencana untuk bereksperimen dengan kemampuan kecerdasan artifisial (AI) generatif AWS untuk membangun model bahasa besar (large language model/LLM) yang dapat membantu perusahaan merencanakan penerbangan drone dengan lebih baik dan memvisualisasikan data drone dalam besaran hingga hampir 1 petabyte. 

Data ini mencakup wawasan dari digital twins atau representasi virtual dari infrastruktur fisik, seperti menara, pembangkit listrik tenaga surya, ataupun turbin angin yang sudah beroperasi. Digital twins ini membantu pelanggan Aerodyne dalam memusatkan pengelolaan aset fisik dengan menggabungkan gambar dan data lingkungan secara langsung. 

Sebagai contoh, operator telepon seluler dapat menggunakan platform DRONOS untuk melakukan pemeliharaan preventif yang lebih tepat waktu, dengan menggunakan lebih sedikit pekerja dalam kondisi yang lebih aman, dan tanpa harus menutup menara telekomunikasi serta mengganggu layanan. Di industri energi, platform SaaS khusus drone milik Aerodyne tersebut melakukan inspeksi visual dan termal terhadap infrastruktur untuk mendeteksi masalah seperti kebocoran atau gangguan vegetasi, sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan sebanyak 30%. 

“Startup di seluruh dunia mengandalkan AWS untuk membantu mereka menjadi perusahaan berbasis data secara cepat sekaligus efektif biaya, dan layanan drone merupakan contoh baik yang mengilustrasikan bagaimana teknologi cloud serta AI generatif termutakhir dapat mengubah seluruh industri,” ujar Conor McNamara, Vice President, ASEAN, AWS. 

“Startup asal Malaysia, Aerodyne, dengan cepat memperluas cakupannya secara global bersama AWS, menyediakan layanan drone inovatifnya kepada pelanggan di seluruh dunia dan membantu mereka mengubah wawasan dari data geospasial menjadi manfaat riil. Platform DRONOS milik Aerodyne juga membantu menyelesaikan isu-isu kompleks seperti keamanan pangan dengan kekuatan transformatif AI, dan kami sangat antusias untuk mendukung ekspansi global selanjutnya dari Aerodyne," ucapnya.

AWS memiliki komitmen jangka panjang terhadap pelanggan dan komunitas lokal di Malaysia. Melalui Region AWS di Malaysia yang akan diluncurkan pada 2024, AWS telah bertekad untuk menginvestasikan lebih dari $6 miliar di negara tersebut hingga 2037. AWS telah melatih lebih dari 50.000 warga Malaysia untuk mengembangkan keterampilan cloud sejak 2017. 

Beralih ke energi terbarukan adalah salah satu cara yang paling berdampak untuk menurunkan emisi karbon, dan pada 2022, 90% listrik yang dikonsumsi oleh Amazon berasal dari sumber energi terbarukan. Sebagai pembeli energi terbarukan terbesar di dunia, Amazon telah mengumumkan lebih dari 400 proyek energi terbarukan di seluruh dunia dan berada di jalur yang tepat dalam komitmennya menuju 100% energi terbarukan pada 2025. 

Menurut laporan terbaru dari 451 Research, bagian dari S&P Global Market Intelligence, ketika beban kerja komputasi dipindahkan dari pusat data on-premises ke cloud, perusahaan-perusahaan di kawasan Asia Pasifik dapat meningkatkan efisiensi energinya dan mengurangi jejak karbonnya hingga lebih dari 78%.

Baca Juga: Sudah Cari Kerja Susah, AI Ancam Manusia Sulit Dapat Kenaikan Gaji

Baca Juga: Microsoft Hadirkan Model AI Dall-E 3 di Microsoft Paint Windows 11