Tak peduli sanksi Amerika Serikat (AS) yang akan membatasi akses ke peralatan utama, produsen chip asal China SMIC akan terus mengembangkan chip canggih dengan proses fabrikasi 3nm. Saat ini SMIC fokus meneliti teknologi proses 5nm dan 3nm walaupun terkendala oleh larangan untuk memperoleh peralatan produksi chip tingkat lanjut dari penjual AS.
Tim R&D internal SMIC sendiri dipimpin oleh co-CEO Liang Mong-Song, seorang ilmuwan semikonduktor ternama dengan pengalaman di TSMC dan Samsung. Meskipun sanksi AS telah memberikan hambatan serius, SMIC, sebagai pembuat kontrak chip terbesar kelima di industri, terus berupaya mengatasi tantangan tersebut. Berita ini cukup memberi pelajaran bahwa rezim sanksi AS belum mampu sepenuhnya menghentikan kemajuan SMC dalam mengembangkan chip canggih di luar proses 7nm seperti dikutip Gizmochina.
Meskipun kehilangan akses terhadap alat pembuat wafer terdepan dan tidak dapat memperoleh litografi ultraviolet ekstrim (EUV) dari ASML, SMIC mengandalkan litografi ultraviolet dalam (DUV) untuk teknologi proses 7nm generasi kedua. Mesin litografi ASML Twinscan NXT:2000i, dengan presisi yang memadai, digunakan untuk mencapai resolusi produksi hingga 38nm.
Dalam menghadapi kendala teknologi, SMIC mencari solusi alternatif seperti penggunaan multi-pola untuk mencapai ukuran fitur ultra-kecil tanpa bergantung pada EUV. Meskipun proses ini rumit dan berdampak pada waktu siklus serta biaya tinggi, SMIC berkomitmen untuk mengembangkan proses fabrikasi kelas 3nm menggunakan litografi DUV. Meski perjalanan ini terhambat oleh sanksi, SMIC tetap menunjukkan ketangguhan dalam mengatasi rintangan untuk terus berkembang di dunia chip canggih.
Tunda Jualan ke China
Nvidia menunda peluncuran dan jualan chip artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan H20 khusus untuk pasar China hingga kuartal pertama tahun depan sebagai respons aturan ekspor AS. Keputusan ini dipengaruhi oleh kesulitan integrasi chip oleh produsen server, dan chip yang tertunda mungkin diluncurkan pada Februari atau Maret.
Peluncuran chip AI lainnya yaitu L20 dijadwalkan sesuai rencana. Sedangkan, nasib peluncuran chip AI L2 masih belum jelas. Baik H20, L20, dan L2 telah mencakup sebagian besar fitur terbaru Nvidia sebagai chip untuk pekerjaan AI. Namun, Nvidia mengurangi daya komputasi chip-chip tersebut untuk mematuhi peraturan ekspor AS, setelah pembatasan terhadap pengiriman produk sebelumnya.
Nvidia bertaruh pada ketiga chip tersebut untuk mempertahankan pangsa pasarnya di China setelah Nvidia dilarang AS mengirimkan produk termasuk chip AI A800 dan H800 yang canggih karena peraturan ekspor yang diperketat. Penundaan ini memberikan peluang bagi pesaing seperti Huawei yang menerima pesanan besar-besaran untuk chip AI dari Baidu di pasar China seperti dikutip Reuters.
Sebelumnya, produk pasar China seperti NVIDIA A800 dan H800 tidak memenuhi syarat ekspor berdasarkan aturan baru dan berpotensi mengakibatkan kerugian pesanan senilai USD 5 Miliar. NVIDIA A800 sendiri merupakan versi pasar China dari NVIDIA A100. NVIDIA H800 sendiri merupakan versi pasar china dari NVIDIA H100 seperti dikutip Gizmochina.
Sebagai respons, NVIDIA merancang chip AI terbaru seperti HGX H20, L20, dan L2 yang memenuhi pembatasan daya komputasi. Ketiga model chip AI itu dinilai telah memenuhi pembatasan daya komputasi yang baru ditetapkan oleh pemerintah AS untuk ekspor chip ke China. Chip HGX H20 merupakan model dengan kemampuan komputasi tertinggi di antara ketiganya.
Meskipun demikian, perusahaan teknologi China seperti Baidu dan Huawei mulai merancang semikonduktor sendiri untuk mengantisipasi masalah impor chip dari AS. Namun, NVIDIA optimistis chip AI nya bakal tetap diborong perusahaan asal China karena NVIDIA memiliki reputasi dan perangkat lunak AI yang kuat.
Borong Chip AI Huawei
Perusahaan raksasa mesin pencari asal China Baidu memborong chip artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan buatan Huawei Technologies. Baidu kesulitan mendapatkan pasokan chip AI Nvidia A100 karena tekanan politik dan sanksi perdagangan dari AS. Baidu memesan sebanyak 1.600 chip AI Ascend 910B dari Huawei senilai 450 juta yuan (Rp966 juta).
Pada Oktober tahun ini, Huawei telah mengirimkan lebih dari 60 persen pesanan tersebut, atau sekitar 1.000 chip. Huawei berjanji akan mengirimkan semua chip tersebut pada akhir tahun ini. Kedua orang tersebut menolak untuk disebutkan namanya karena rincian kesepakatan tersebut bersifat rahasia.
Tampaknya, Baidu bersiap melepas ketergantungannya dari teknologi asing seperti Nvidia dan memilih produk chip AI dalam negeri sekaligus menjadi bukti swasembada produk dalam negeri China seperti dikutip Gizmochina.
Meskipun kemampuan chip Huawei belum bisa menandingi performa Nvidia, chip tersebut mewakili chip AI tercanggih yang ditawarkan Tiongkok. Pergeseran ini bukan hanya tentang preferensi Baidu; Hal ini merupakan respons terhadap peraturan ketat AS yang melarang Nvidia menjual beberapa chip AI terbaiknya ke perusahaan Tiongkok. Para analis melihat larangan penjualan yang dilakukan AS itu akan membuka pintu pembuka bagi Huawei untuk mengincar lebih banyak pasar domestik.
Salah satu sumber mengatakan bahwa Baidu, sebagai perusahaan AI terkemuka di China, yang mengoperasikan model bahasa besar (LLM) Ernie. Ini dilakukan sebelum aturan baru yang sangat diantisipasi oleh pemerintah AS yang pada bulan Oktober memperketat pembatasan ekspor chip dan peralatan chip ke China. Ini termasuk chip raksasa AS, Nvidia.
Baidu telah mengembangkan rangkaian chip AI Kunlun yang mampu menjalankan komputasi AI dalam skala besar. Namun perusahaan tersebut sebagian besar mengandalkan chip A100 Nvidia untuk melatih LLM mereka. Setelah AS tahun lalu memberlakukan aturan yang menghentikan Nvidia untuk menjual chip A100 dan H100-nya ke China, perusahaan tersebut mengeluarkan chip baru A800 dan H800 sebagai alternatif bagi pelanggan China, termasuk Baidu. Nvidia tidak lagi dapat menjual chip tersebut ke China karena aturan Oktober.
Huawei sukses menarik perhatian global yang signifikan pada Agustus lalu ketika secara tak terduga meluncurkan smartphone baru yang oleh para analis dikatakan menggunakan prosesor yang dikembangkan secara internal dengan teknologi semikonduktor canggih. Hal ini juga menyoroti kemajuan perusahaan dalam pengembangan chip meskipun adanya sanksi.
Pada bulan September, Reuters melaporkan bahwa unit desain chip internal Huawei, HiSilicon, telah memulai pengiriman prosesor buatan China yang baru untuk kamera pengawas kepada klien pada tahun 2023, menunjukkan tanda-tanda comeback lainnya.
Baca Juga: Kemajuan Teknologi AI Dorong Terciptanya Konten Lebih Cerdas
Baca Juga: Teknologi AI Entrupy ini Bisa Bedakan Barang Branded Asli atau Palsu