Find Us On Social Media :

Tingkatkan Keuntungan, Google Gantikan Karyawan Penjualan dengan AI

By Adam Rizal, Selasa, 2 Januari 2024 | 09:00 WIB

Ilustrasi Google.

Tahun ini, kebijakan otomatisasi pekerjaan menggunakan kecerdasan buatan (AI) terus berlanjut, bahkan di perusahaan yang mempelopori teknologi tersebut. Baru-baru ini Google mulai menggantikan sebagian karyawan divisi penjualan dengan otomatisasi teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Meskipun jumlah karyawan yang terdampak belum pasti, langkah ini menciptakan kekhawatiran bahwa peran manusia semakin tergantikan oleh robot dan AI. 

Pada awal tahun ini, Google memasuki era baru dalam iklan yang menggunakan AI untuk menciptakan pengalaman iklan baru. Inisiatif ini, seperti penggunaan PMax, telah mengurangi kebutuhan untuk karyawan yang khusus menjual iklan, membawa dampak signifikan pada sekitar setengah dari 30 ribu karyawan di divisi iklan Google. 

Meskipun dapat meningkatkan margin laba dengan mengurangi biaya, pergantian karyawan manusia dengan AI memicu pertanyaan tentang dampak sosial dan ekonomi, sementara tren otomatisasi pekerjaan AI terus berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan seperti dikutip Futurism.

Pada awal tahun ini, CEO IBM Arvind Krishna  mengatakan IBM sedang menunda perekrutan di posisi manapun yang bisa digantikan oleh AI. "Saya melihat 30 persennya (7.800 pekerjaan) digantikan oleh AI dan otomatisasi selama periode 5 tahun," ujar Krishna.

Intinya, saat ini AI mulai 'merenggut' pekerjaan dari sana sini. Dan berdasarkan riset oleh McKinsey Global Institute, tren tersebut akan meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Banjir Kritikan

Ilustrasi Gemini AI.

Google baru saja meluncurkan model artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terbaru 'Gemini AI' yang diklaim jauh lebih pintar dibanding ChatGPT. Sayangnya, Gemini AI panen hujatan usai muncul kontroversi video demonstrasi selama enam menit itu tidak sepintar yang dikira.

Dalam video itu, chatbot AI Gemini terlihat sangat cerdas dan mampu mengenali gambar serta objek fisik dengan baik. Gemini mampu menjelaskan perbedaan gambar bebek dan mainan bebek karet. Meskipun Google mencantumkan catatan bahwa demonstrasi menggunakan gambar statis dan prompt teks untuk respons Gemini, disclaimer tersebut tidak disertakan dalam video sehingga memicu kecurigaan. 

Pada kolom deskripsi video yang diunggah di YouTube, Google membubuhkan catatan khusus berbunyi: "untuk tujuan demo ini, latensi telah dikurangi, dan output Gemini telah dipersingkat agar lebih efisien". Namun, disclaimer tersebut tak disertakan dalam video. Padahal, jika catatan bersifat krusial, semestinya turut dipaparkan di video.

Setelah banjir keluhan dari pengguna, Google mengakui bahwa video demonstrasi tidak dilakukan secara real-time sehingga menambahkan ketidakjelasan terkait performa sebenarnya. Google mengaku menggunakan gambar statik dan memberikan prompt format teks untuk direspons Gemini.

Google membela video sebagai gambaran ilustratif berdasarkan petunjuk dan keluaran nyata dari pengujian. Namun, perbandingan antara kecanggihan Gemini dalam video dan kenyataan lapangan menimbulkan kenangan akan kontroversi sebelumnya terkait chatbot AI Bard.

"Video ini merupakan gambaran ilustratif tentang kemungkinan berinteraksi dengan Gemini, berdasarkan petunjuk dan keluaran multimodal nyata dari pengujian. Kami menantikan untuk melihat apa yang dibuat orang-orang ketika akses ke Gemini Pro dibuka pada 13 Desember," kata Google, dikutip dari CNBC International.

Sebagai tanggapan, Google menyatakan video demo sering disesuaikan, tetapi perluasan antara klaim dan kenyataan meninggalkan keraguan terhadap kemampuan sejati Gemini AI. Kritik terhadap kemampuan demonstrasi teknologi ini mengingatkan pada ketidakpuasan publik dan Wall Street terhadap demo AI Bard yang dianggap terburu-buru. Kejadian ini menambah catatan kontroversial Google dalam memperkenalkan produk AI.

Mirip Bard

Google resmi memperkenalkan chatbot Bard yang berbasis artificial intelligence (AI) untuk menandingi mesin pencari Microsoft Bing yang sudah terintegrasi dengan ChatGPT. Sayangnya, Google Bard tidak sepintar yang dikira karena salah menjawab soal anak kecil dalam video promosinya. Bard salah menjawab pertanyaan soal teleskop luar angkasa NASA yang terbaru yaitu James Webb Space Telescope (JWST).

Dari tiga pertanyaan yang diajukan, dua pertanyaan pertama dijawab dengan benar. Namun pertanyaan ketiga dijawab salah. Bard menyebut JWST adalah teleskop pertama yang bisa memotret planet di luar sistem tata surya. Padahal, foto pertama dari exoplanet ini dipotret menggunakan Very Large Telescope milik European Southern Observatory.

Tak mau menanggung malu, Google langsung menghapus pertanyaan video tersebut dan menggantinya dengan pertanyaan baru. Sayangnya, video promosi awal itu sudah tersebar luas dan terekam di media. Kesalahan Bard dalam menjawab soal anak kecil itu membuat saham Google turun USD8,04 atau 7,44 persen. Tak hanya itu, nilai valuasi Google pun turun USD100 miliar. Apalagi, Microsoft baru saja memperkenalkan Bing yang terintegrasi dengan chatbot AI ChatGPT.

Apa itu Bard?

Akhirnya, Google memperkenalkan sebuah proyek artificial intelligence (AI) yaitu AI Bard yang akan menandingi ChatGPT buatan OpenAI. Tentunya, Google tidak bisa diam saja melihat sepak terjang ChatGPT yang sukses meraih 1 juta pengguna dalam lima hari. CEO Google Sundar Pichai mengatakan Bard menggabungkan luasnya pengetahuan dunia dengan kekuatan, kecerdasan, dan kreativitas model bahasa besar. Bard menggunakan informasi dari web untuk memberikan tanggapan yang segar dan berkualitas.

"Kami sedang mengerjakan layanan AI percakapan eksperimental, didukung oleh LaMDA, yang kami beri nama Bard. Hari ini, kami mengambil langkah maju dengan membukanya untuk penguji terpercaya sebelum membuatnya tersedia lebih luas untuk umum dalam beberapa minggu mendatang," katanya.

Pada tahap awal, Google akan menggunakan model ringan (light model) LaMDA yang membutuhkan daya komputasi yang jauh lebih sedikit, memungkinkan Google untuk menjangkau lebih banyak pengguna, sehingga mendapatkan lebih banyak feedback dari pengguna. LaMDA atau Language Model for Dialogue Applications adalah kecerdasan buatan berbasis bahasa dan percakapan atau sejenis chatbot. Sistem chatbot itu menggunakan model bahasa Google dan triliunan kata yang berasal dari internet.

Dalam pengembangannya, Google pun akan menggabungkan feedback eksternal dengan pengujian internal untuk memastikan respons Bard memenuhi standar kualitas, keamanan, dan landasan yang tinggi dalam informasi dunia nyata. “Anda akan melihat fitur AI Bard di kolom Search yang akan menyaring informasi dan memberikan berbagai perspektif ke dalam format yang mudah dicerna, sehingga Anda dapat dengan cepat memahami gambaran besarnya," kata Pichai.

Dalam postingan di Medium, Blake Lemoine yang merupakan insinyur Google di divisi Responsible AI mengungkapkan LaMDA punya akal budi seperti makhluk hidup. Lemoine menyatakan tugasnya adalah menguji coba apakah kecerdasan buatan itu bisa merspons pertanyaan menggunakan ujaran diskriminatif atau kebencian.

"Tim kami - termasuk ahli etika dan teknologi - telah meninjau kekhawatiran Blake sesuai Prinsip AI kami dan telah memberi tahu dia bahwa bukti tidak mendukung klaimnya," kata juru bicara Google Brian Gabriel kepada The Washington Post, dikutip dari Engadget.

Baca Juga: Microsoft Resmi Luncurkan Aplikasi Chatbot AI Copilot di iOS

Baca Juga: OpenAI ChatGPT Raup 'Cuan' Rp24 Triliun pada 2023, Ini Kunci Suksesnya