Penyanyi Taylor Swift menjadi korban kejahatan deepfake berbasis artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Berdasarkan laporan dari The Verge, perbincangan tentang 'Taylor Swift AI' menjadi topik yang ramai diperbincangkan di beberapa negara setelah salah satu unggahan mendapat perhatian yang besar.
Unggahan tersebut menampilkan konten deepfake Taylor Swift yang dibuat menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan telah disaksikan lebih dari 45 juta kali di media sosial X. Posting tersebut bertahan selama 17 jam sebelum akhirnya dilarang oleh pihak platform.
Meskipun demikian, konten tersebut telah menyebar dan diunggah ulang oleh beberapa akun lainnya. Diketahui bahwa konten tak pantas tersebut berasal dari salah satu grup di platform obrolan Telegram, dengan dugaan penggunaan fitur Microsoft Text-to-Image AI Generator.
Akun keamanan X dengan username @Safety memberikan pernyataan resmi kepada pengguna terkait konten yang telah menyebar tersebut. Mereka menegaskan bahwa mengunggah konten sensual tanpa persetujuan sangat dilarang di platform X, dan mereka akan terus menghapus dan menghukum akun-akun yang bertanggung jawab.
Berdasarkan laporan dari The Telegraph, Meta, induk perusahaan Facebook dan Instagram, juga telah mengambil langkah untuk mencegah penyebaran konten tersebut di platform mereka, dengan menghapusnya sesuai aturan platform.
Sebagai tanggapan terhadap kejadian tersebut, penggemar Taylor Swift, yang dikenal sebagai Swifties, memulai gerakan 'Protect Taylor Swift' untuk menarik perhatian pada bahaya konten misinformasi yang dihasilkan menggunakan teknologi AI. Beberapa tokoh seperti Anggota Kongres Amerika Serikat Yvette Clarke dan CEO Microsoft, Satya Nadella, juga menyuarakan keprihatinan mereka terhadap perkembangan deepfake AI tersebut.
Menurut deepfake dan editan AI yang bersifat melecehkan telah menjadi masalah serius, dan perlu adanya langkah legislatif dan tindakan cepat untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang dihadirkan oleh teknologi AI ini. Meskipun respons awal dari platform X terhadap konten tersebut dianggap lambat, mereka menyatakan akan secara aktif menghapus semua gambar yang teridentifikasi dan memblokir akun yang bertanggung jawab atas konten tersebut.
Taylor Swift Menggugat
Taylor Swift dan tim hukumnya berencana untuk mengajukan gugatan terhadap platform-platform yang menyebarkan konten deepfake yang menampilkan gambar-gambar tak senonoh, terutama yang melibatkan dirinya, dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Menurut sumber yang dekat dengan Taylor Swift yang dikutip oleh KomapsTekno dari DailyMail.co.uk, Swift dan orang-orang terdekatnya merasa sangat marah melihat konten-konten yang tidak pantas ini tersebar luas di internet. Mereka berpendapat bahwa Swift, seperti halnya semua perempuan, memiliki hak privasi yang harus dihormati dan dilindungi.
"Penyebaran konten deepfake pornografi yang dibuat oleh AI ini harus dihentikan, dan regulasi hukum yang jelas perlu diterapkan terkait dengan peredaran konten semacam itu," tambah sumber tersebut.
Meskipun belum pasti apakah langkah hukum ini akan diambil oleh tim hukum Taylor Swift, tindakan ini akan menjadi upaya nyata dari Swift untuk melawan konten-konten deepfake yang biasanya menampilkan orang-orang terkenal.
Dilaporkan bahwa konten deepfake yang menampilkan perempuan dan anak-anak, terutama dengan konten pornografi, telah tersebar luas di internet. Kendati upaya untuk menghentikan peredaran konten tersebut sulit, terutama karena belum ada regulasi hukum yang jelas terkait dengan deepfake AI.
Beberapa penegak hukum di seluruh dunia mendesak adanya hukum federal yang mengatur peredaran konten deepfake AI di internet. Hukum semacam itu dianggap sangat penting mengingat mudahnya akses dan penggunaan teknologi AI oleh berbagai pihak. Namun, hingga saat ini, belum ada hukum konkret yang secara efektif mengatur peredaran konten deepfake di internet.
Baca Juga: Nama Taylor Swift Tak Bisa Dicari di X Usai Foto Deepfake-nya Tersebar
Baca Juga: Ngeri! Tak Hanya Senjata Nuklir, Korut Fokus Kembangkan Senjata AI