Saat ini pemilik platform media sosial X Elon Musk aktif mencari investasi USD6 miliar atau Rp94 triliun untuk startup xAI, perusahaannya yang berkembang dalam bidang Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Alasan utama Elon Musk mendirikan xAI untuk bersaing dan menghancurkan dominasi OpenAI dalam pasar teknologi berbasis Large Language Models (LLMs).
Elon Musk telah melakukan berbagai upaya mencari investor di Hong Kong, namun hasilnya belum diketahui. Jika xAI berhasil mendapatkan investasi tambahan, itu akan mendukung rencana Elon Musk untuk mengumpulkan dana sebesar Rp315 triliun seperti dikutip Financial Times.
Selain Hong Kong, Elon Musk juga tengah bernegosiasi dengan pengusaha dari Timur Tengah. Kabar juga menyebutkan minat dari investor di Korea Selatan dan Jepang terhadap proyek AI perusahaan Elon Musk.
xAI telah meluncurkan produk AI pertamanya, Grok, sebuah chatbot cerdas yang menyediakan informasi real-time dari berbagai sumber terpercaya, termasuk X. Meskipun demikian, Grok belum mampu menyaingi popularitas ChatGPT atau Copilot. Tim pengembang terus melakukan penelitian untuk meningkatkan kinerja Grok di masa mendatang.
Morgan Stanley, mitra yang membantu Elon Musk dalam akuisisi X (sebelumnya Twitter), disebut akan turut mendukung proyek tersebut. Namun, hingga saat ini, Morgan Stanley belum memberikan tanggapan resmi terkait rumor tersebut.
Investor Kaya Timur Tengah
Sam Altman, president and co-founder of Y Combinator, stands for a photograph after a Bloomberg West Television interview in San Francisco, California, U.S., on Tuesday, Feb. 25, 2014. Y Combinator provides investment services, financial assistance, analysis, and advice to startup companies. Photogr
CEO OpenAI Sam Altman memiliki ambisis utama membangun pabrik chipset artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menialankan layanan utamanya chatbot AI ChatGPT. Tak hanya itu, dengan memproduksi chip AI mandiri, OpenAI mampu menekan harga operasi dan terlepas ketergantungan dari NVIDIA sebagai pemasok utama chip AI ChatGPT.
Sebelumnya, Sam Altman diterpa isu tidak sedap usai dipecat oleh dewan direksi OpenAI karena buruknya komunikasi. Namun, keputusan dewan direksi itu membuat internal OpenAI bergejolak dan membuat beberapa pegawai penting OpenAI mengundurkan diri. Tak mau, isu pemecatan itu berkembang liar maka dewan direksi kembali merekrut kembali Sam Altman sebagai CEO OpenAI.
"Kami sedang merancang dan ingin membangun jaringan pabrik chip AI yang besar untuk menantang dominasi NVIDIA dalam pasar chip AI," katanya.
Pendiri OpenAI ChatGPT itu pun langsung mencari investor kaya asal Timur Tengah untuk menciptakan chip AI yang lebih terjangkau, menghadapi supremasi NVIDIA. Langkah ini tidak hanya akan mengurangi biaya perolehan chip OpenAI, tetapi juga memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu mengurangi ketergantungan perusahaan pada pemain besar seperti NVIDIA.
Konsorsium G42 dari Abu Dhabi dan SoftBank dari Jepang disebut sebagai mitra potensial, dan Altman sedang dalam pembicaraan dengan produsen chip terkemuka seperti TSMC dan Samsung untuk mendirikan unit fabrikasi khusus.
Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar. Sementara Google, Microsoft, dan Amazon lebih memilih kerjasama dengan produsen besar, Altman memilih untuk mandiri dengan membangun infrastruktur sendiri. Hal itu membutuhkan sumber daya yang besar, berisiko tinggi, dan belum pernah dicoba dalam skala sebesar ini.
Ambisi Altman tercermin dalam negosiasi pendanaan dengan G42, di mana ia berusaha mendapatkan hingga USD10 miliar dari investor asal Uni Emirat Arab. Langkah itu akan melibatkan negosiasi yang rumit, dengan mempertimbangkan faktor eksternal seperti pengawasan ketat terhadap hubungan G42 dengan entitas China yang masuk daftar hitam. Meskipun sempat mengalami kerugian, G42 telah sukses meraih pendapatan USD1,6 miliar pada 2023. Saat ini, OpenAI sedang mencari pendanaan baru dengan valuasi sekitar USD100 miliar.
Baca Juga: Intel Bakal Luncurkan Prosesor Phanter Lake dengan Kemampuan AI
Baca Juga: Kembangkan Chip AI Mandiri, Bos OpenAI ChatGPT Lobi Samsung