Find Us On Social Media :

Mirip ChatGPT, Amazon Kenalkan Asisten Belanja AI Generatif Rufus

By Adam Rizal, Senin, 5 Februari 2024 | 09:00 WIB

Ilustrasi Amazon

Amazon memperkenalkan Rufus, sebuah teknologi AI generatif yang akan memandu pengguna dalam proses berbelanja. Dengan kata lain, Rufus berfungsi sebagai asisten di aplikasi mobile Amazon untuk membimbing pengguna selama proses berbelanja online.

Amazon mengungkapkan Rufus dibuat dengan menggunakan large language model (LLM) yang dikembangkan secara khusus oleh mereka untuk kegiatan berbelanja. Fungsi Rufus mirip dengan ChatGPT atau Google Bard yang dapat memberikan jawaban terkait kualitas produk, rekomendasi produk berdasarkan preferensi pengguna, dan berbagai pertanyaan terkait pembelian. 

Amazon sendiri melatih Rufus dengan data dari seluruh katalog produknya serta informasi mengenai preferensi pembeli. Saat ini Rufus sedang dalam tahap beta dan akan diluncurkan terlebih dahulu kepada sebagian pengguna di Amerika Serikat (AS) sebelum dijadwalkan akan diperluas ke lebih banyak pengguna dalam beberapa minggu mendatang. Meskipun demikian, belum ada informasi mengenai ketersediaan Rufus di luar Amerika Serikat. Kita tunggu informasi selanjutnya!

Keunggulan Amazon Q

Terinspirasi James Bond, Amazon Kenalkan Chatbot AI Q

Amazon meluncurkan chatbot AI terbaru bernama 'Q' yang menyasar pengguna bisnis, terutama pengguna yang menggunakan layanan Amazon Web Service (AWS). Chatbot AI Q memiliki kemampuan untuk membantu pengguna bisnis memecahkan masalah seperti konektivitas jaringan dan menganalisis konfigurasi jaringan.

Sebelumnya, perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft juga merilis asisten AI "Copilot" untuk Microsoft 365. Sementara Google memiliki asisten untuk Google Workspace. Kemampuan Amazon Q Nama Q diambil dari nama karakter yang sama (Q=Quartermaster) di film James Bond atau karakter Q di acara televisi Star Trek.

Dengan dukungan AWS, Q dapat terintegrasi layanan Amazon seperti CodeWhisperer untuk menghasilkan dan menafsirkan kode aplikasi. Selain itu, chatbot AI Q itu dapat membuat rencana dan dokumentasi untuk mengimplementasikan fitur baru dalam perangkat lunak.

CEO AWS Adam Selipsky mengatakan bahwa tim kecil di Amazon menggunakan Q secara internal untuk meningkatkan sekitar 1.000 aplikasi dari Java 8 ke Java 17, kemudian menguji aplikasi tersebut diklaim hanya dalam dua hari. "Pelanggan AWS juga bisa menghubungkan Q dengan aplikasi dan perangkat lunak dari perusahaan lain," ujarnya.

Salah satu fitur menarik Q adalah kemampuannya terhubung dengan aplikasi dan perangkat lunak dari perusahaan lain, seperti Salesforce Slack, Jira, Zendesk, Gmail, dan Amazon S3. Chatbot AI Q dapat mengindeks data terhubung, mempelajari tentang bisnis, dan memberikan analisis, seperti mengidentifikasi fitur produk yang sulit digunakan oleh pelanggan.

Seperti ChatGPT, Q juga dapat digunakan untuk meringkas konten seperti postingan blog, siaran pers, dan email. Terhubung dengan software pusat kontak Amazon Connect, Q membantu agen layanan pelanggan dengan usulan tanggapan atas pertanyaan pelanggan tanpa mengetikkan pertanyaan tersebut di bilah teks.

Soal keamanan dan privasi data, Selipsky menggarisbawahi bahwa tanggapan dan akses data Q sepenuhnya dapat dikontrol dan disaring. Chatbot AI Q ini dibangun dengan platform pengembang AI dari Amazon sendiri, yaitu Bedrock dan Titan.

 "Amazon Q hanya akan memberikan informasi yang diizinkan untuk dibagikan oleh pengguna, dan admin dapat membatasi topik sensitif, meminta Q memfilter pertanyaan dan jawaban yang tidak pantas jika diperlukan," ujarnya seperti dikutip Tech Crunch.

Harga langganan Q saat ini dalam versi pratinjau dengan beberapa fitur tersedia secara gratis. Setelah periode pratinjau, biaya langganan akan menjadi 20 dollar AS atau Rp 307.000 per orang per bulan, dengan opsi tambahan untuk pengembang dan pekerja TI seharga 25 dollar AS atau sekitar Rp 384.000 per orang per bulan. Sebagai perbandingan, langganan Copilot Microsoft 365 dan Duet AI Google Workspace untuk pengguna bisnis memiliki harga 30 dollar AS atau sekitar Rp461.000 per orang per bulan.

Baca Juga: Alasan Jangan Beli iPhone 15 Pro Series, Baterai Cepat Panas dan Boros

 Baca Juga: Dibantu AI, Kini Google Maps Bisa Mengobrol Personal ke Pengguna