Find Us On Social Media :

Alasan Teknologi AI Mengancam Pekerjaan Jurnalis di Masa Depan

By Adam Rizal, Rabu, 28 Februari 2024 | 09:00 WIB

Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan teknologi artificiaI intelligence sangat pesat beberapa tahun terakhir dan menyebabkan disrupsi di setiap industri termasuk industri media dan mengancam profesi jurnalistik. Teknologi AI generatif mampu membuat konten-konten berita dengan data data yang akurat dan tenaganya yang murah tanpa perlu membayar tenaga manusia.

Seorang Mantan Direktur Google News Jim Albrecht mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak AI terhadap industri jurnalisme dalam sebuah kolom di The Washington Post. Albrecht mengibaratkan AI sebagai serigala yang mengancam eksistensi jurnalisme, karena AI telah mengubah cara jurnalisme bekerja dan bagaimana informasi dikonsumsi.

"Di era internet, media telah berhadapan dengan perusahaan teknologi terkait pencarian dan model kompensasi. Namun, sekarang, tantangan baru muncul, di mana platform-platform menampilkan berita tanpa menghubungkannya dengan sumber aslinya, bahkan menggunakan robot untuk menulis ulang dan menerbitkannya sebagai karya mereka sendiri," katanya.

"Bagi saya, melihat wartawan saling berdebat tentang hasil pencarian. Sedangkan,Large Language Models berkembang dengan cepat dan hening. Seolah-olah seperti menonton orang bersitegang tentang urusan bunga di sebuah pesta pernikahan," katanya seperti dikutip Futurism.

Dia menyoroti penggunaan chatbot AI sebagai alat utama untuk memilih dan menginterpretasikan berita, yang mengarah pada pergeseran pendapatan dan kerugian bagi industri media. Model pendapatan industri media saat ini tidak hanya terbalik, malahan hancur. 

"Kehadiran AI membuat perusahaan media beralih dari fokus pada artikel fisik ke interaksi dengan pengguna, karena pembaca akan semakin jarang berinteraksi langsung dengan artikel asli," ujarnya.

Albrecht juga menyoroti kontroversi seputar klaim hak cipta antara The New York Times dan OpenAI, yang menegaskan bahwa produk-produk AI dapat menggantikan pekerjaan jurnalis dan mendistribusikan ulang berita tanpa izin. 

Selama bertahun-tahun, Google dan Facebook telah membela diri terhadap tuduhan pencurian pendapatan dengan alasan bahwa mereka hanya kendaraan untuk distribusi berita. Kini dengan hadirnya Chat GPT, Microsoft Bing Search, dan Google Search Generative Experience ke dunia digital, tiba-tiba mereka menyebut mereka sebagai pencipta konten berita.

"Perusahaan media harus mengubah strategi mereka untuk menghadapi era AI karena ekspektasi konsumen akan berubah secara dramatis," ujarnya.

Baca Juga: Alasan Perusahaan Harus Pakai Platform Edge Intel, Canggih Berbasis AI

 Baca Juga: MWC 2024: Intel Hadirkan AI Everywhere di Seluruh Jaringan dan Edge