Find Us On Social Media :

Sebanyak 63% Generasi Muda Pakai Aplikasi Kencan Online, Ini Alasannya

By Liana Threestayanti, Kamis, 29 Februari 2024 | 13:30 WIB

Sebanyak 63% responden, yang mayoritasnya adalah generasi milenial, merupakan pengguna aplikasi kencan online, menurut hasil survei Populix.

Sebanyak 63% responden, yang mayoritasnya adalah generasi milenial, merupakan pengguna aplikasi kencan online, menurut hasil survei Populix.

Tren tersebut terbilang lumrah mengingat saat ini aplikasi telah menjadi bagian dalam berbagai aktivitas masyarakat sehari-hari. Menurut Eileen Kamtawijoyo, COO & Co-Founder Populix, aplikasi kencan online yang semakin menjamur di tanah air memperlihatkan peran teknologi digital dalam membentuk kebiasaan baru untuk membangun hubungan. 

Namun, menurut survei bertajuk “Indonesian Usage Behavior and Online Security on Dating Apps” tersebut, sebagian besar pengguna,menggunakan aplikasi kencan kurang dari setahun belakangan, menunjukkan bahwa aplikasi kencan merupakan fenomena yang masih relatif baru.

Survei ini mengungkap tiga aplikasi kencan online yang populer di Indonesia karena paling banyak digunakan oleh mayoritas responden: Tinder (38%), Tantan (33%) dan Bumble (17%). Selain itu ada pula aplikasi kencan lainnya, yaitu Omi (13%), Dating.com (12%), Badoo (10%), Taaruf.id (7%), OkCupid (7%) dan  Muslima (5%). 

“Namun, dari mayoritas pengguna aplikasi kencan hanya sebagian kecil yang lanjut sampai jenjang pernikahan. Data memperlihatkan bahwa aplikasi kencan utamanya tidak digunakan untuk mencari pasangan hidup, melainkan untuk mendapatkan teman chat, penasaran ingin mencoba, dan untuk bersenang-senang,” jelas Eileen Kamtawijoyo.

Sebanyak 37% pengguna menyatakan keraguan mereka akan menemukan pasangan hidup melalui aplikasi kencan online. Di sisi lain, dari total responden yang menggunakan aplikasi kencan online, hanya terdapat 20% pengguna yang berhasil menemukan pasangan hingga memasuki jenjang pernikahan atau hubungan yang serius. 

Menurut Populix, keraguan dan pandangan masyarakat tentang peran aplikasi kencan online dalam mencari pasangan hidup tak lepas dari pengalaman mereka menggunakan aplikasi. Sebanyak 56% responden menyatakan pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan di aplikasi. Beberapa kejadian tidak menyenangkan ini meliputi penipuan profil (71%), penggunaan bahasa yang kasar atau tidak sopan (52%), pelecehan seksual (30%), perselingkuhan (23%), penipuan uang (22%), cyberstalking (21%), dan pencurian identitas atau doxing (21%). 

Kejadian-kejadian tersebut mendorong pengguna untuk menjadi lebih berhati-hati dalam berinteraksi di platform. Mayoritas responden mengatakan akan mengecek profil secara menyeluruh sebelum memulai percakapan yang lebih serius, serta memastikan untuk tidak membagikan informasi pribadi kepada orang yang baru dikenal maupun mencantumkannya pada laman profil. 

Sebelum memutuskan untuk bertemu secara langsung, mayoritas pengguna juga akan membangun komunikasi dan mengecek profil media sosial terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan keinginan untuk membangun keakraban dan kepercayaan dengan orang yang baru mereka temui di aplikasi, sebelum melangkah lebih jauh.

Selain itu, pengalaman tidak menyenangkan ini juga disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya pergeseran perilaku yang signifikan. Sebanyak 55% responden menyatakan bersedia membayar biaya langganan premium aplikasi kencan demi bertemu dengan pengguna aplikasi yang lebih meyakinkan dan serius, serta mendapatkan tambahan fitur yang lebih aman dan canggih. 

Lebih dari setengah responden rela mengalokasikan anggaran hingga Rp 100.000 per bulan untuk berlangganan pada aplikasi kencan online premium.

“Dari survei ini terlihat bahwa aplikasi kencan online memiliki tantangan dalam hal keamanan pengguna. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya popularitas aplikasi kencan online, penting bagi setiap pengguna untuk memiliki kesadaran dan pemahaman dalam menjaga informasi pribadi, serta bagi penyedia aplikasi untuk terus mengambil langkah-langkah serius guna memastikan aplikasi mereka aman bagi setiap pengguna,” tutup Eileen  Kamtawijoyo.

Penelitian ini dilakukan Populix secara online sepanjang 15-22 Januari 2024 dengan jumlah total responden 1.165 orang, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan berusia 17-55 tahun di Indonesia.

Baca juga: Populix Beberkan Wawasan Terbaru Tentang Perkembangan AI di Indonesia