Find Us On Social Media :

ChatGPT Wajib Waspada!, Chatbot AI Grok Bakal Dibuka untuk Umum

By Adam Rizal, Kamis, 14 Maret 2024 | 10:30 WIB

Chatbot AI Grok

Elon Musk tampaknya memiliki dendam kesumat terhadap OpenAI yang sukses meluncurkan chatbot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT. Sebagai mantan pendiri OpenAI, Elon Musk mendirikan startup xAI yang telah memperkenalkan chatbot AI Grok sebagai tandingan ChatGPT.

Elon Musk sesumbar Grok bakal melibas dan jauh lebih pintar dari ChatGPT. Baru-baru ini, Elon Musk telah merestui xAI untuk membuka akses Grok untuk umum atau publik secara gratis, mengingat saat ini Grok hanya tersedia untuk pengguna premium dan berlangganan.

Tentunya, OpenAI harus waspada karena pesaing utamanya sudah bisa dirasakan oleh semua orang dan bisa jadi pengguna ChatGPT dapat beralih ke Grok. Hal itu dikarenakan pengguna aktif ChatGPT adalah pengguna gratisan, bukan ChatGPT Plus yang berlangganan

Dalam pernyataannya di media sosial pribadinya, Musk mengumumkan bahwa @xAI akan membuka akses ke Grok, yang sebelumnya hanya tersedia untuk pelanggan berlangganan platform media sosial X dengan biaya bulanan sekitar USD 16 atau sekitar Rp 247 ribu. 

"Minggu ini, @xAI akan membuka akses ke Grok," kutip pernyataan Elon Musk di akun media sosial X pribadinya.

Tentunya, cara itu akan memperluas aksesibilitas terhadap teknologi AI dan memberikan alternatif bagi ChatGPT. Dengan membuka akses ini, pengguna atau pengembang akan dapat mengakses dan mengembangkan kode utama dari chatbot pesaing ChatGPT tersebut.

Langkah ini diyakini dapat mempercepat inovasi dalam bidang kecerdasan buatan dengan meningkatkan jumlah orang yang dapat mengakses teknologi tersebut. Namun, kekhawatiran muncul mengenai potensi penyalahgunaan kode sumber Grok oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Meskipun detail lebih lanjut tentang akses kode utama Grok untuk umum, tampilan, dan dampaknya belum diungkapkan oleh Musk, keputusan ini mengikuti jejak perusahaan Musk lainnya, seperti Tesla yang sebelumnya membuka akses ke paten teknologi listrik mereka satu dekade lalu. Sebagai hasilnya, banyak produsen mobil besar kini mengadopsi konektor pengisian daya kendaraan listrik yang dikembangkan oleh Tesla.

Wajib Ganti Nama

Beberapa waktu lalu, Elon Musk secara mengejutkan telah mengajukan gugatan terhadap OpenAI dan CEO-nya, Sam Altman. Dalam gugatannya, Musk menuduh startup pengembang ChatGPT itu telah melanggar kontrak perjanjian yang dibuat selama keterlibatan Musk dalam pendirian OpenAI pada tahun 2015 lalu.

Musk menuduh bahwa OpenAI telah menyimpang dari misi awal perusahaan, di mana kini lebih memprioritaskan keuntungan dengan memanfaatkan teknologi AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan.

Dalam sebuah langkah yang tidak biasa, Musk telah mengajukan penyelesaian yang unik untuk sengketa hukum tersebut.

Dalam cuitannya di platform media sosial X (sebelumnya bernama Twitter), Musk mengatakan bahwa dia akan mencabut gugatannya jika OpenAI setuju untuk mengubah namanya menjadi "ClosedAI". Musk juga menekankan perlunya OpenAI menyelaraskan namanya dengan apa yang ia anggap sebagai tujuan bisnis yang sebenarnya.

"Ubah nama kalian menjadi ClosedAI dan saya akan membatalkan gugatan," kata Musk, menegaskan bahwa OpenAI harus jujur tentang tujuan awalnya.

Musk, salah satu pendiri OpenAI yang mengundurkan diri dari dewan direksi pada tahun 2018 lalu, berpendapat bahwa fokus perusahaan yang didukung oleh Microsoft itu kini lebih mengejar keuntungan sehingga bertentangan dengan prinsip awal.

Pengacara yang mewakili Musk mengklaim bahwa pengejaran keuntungan finansial oleh OpenAI melanggar prinsip-prinsip inti yang mendasari pendirian startup tersebut, sebagaimana dikutip dari Mint.

OpenAI pun telah menanggapi tindakan hukum Musk. Perusahaan menyatakan kekecewaannya terhadap Musk, dengan menyatakan bahwa ia telah menginspirasi mereka untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi tetapi justru berbalik memusuhi dan kemudian mengajukan gugatan karena OpenAI terus maju menuju misinya tanpa keterlibatannya.

Di sisi lain, para ahli hukum telah meragukan kelayakan klaim pelanggaran kontrak perjanjian Musk dan OpenAI, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang potensi keberhasilan gugatan tersebut di pengadilan

Baca Juga: Contoh Pemanfaatan Teknologi AI di Industri Perbankan Indonesia

 Baca Juga: Duh! Platform AI Jadi Sarang Phishing Tahun Lalu, Ini Cara Mencegahnya