Huawei menghadapi tantangan baru dalam perjalanan teknologinya setelah Amerika Serikat (AS) mencabut lisensi Qualcomm dan Intel untuk menjual chip ke perusahaan tersebut. Langkah ini mengakibatkan kelangkaan chip yang vital untuk produk Huawei seperti smartphone dan laptop mereka.
AS mencabut lisensi tersebut karena kekhawatiran akan penggunaan chip 5G oleh Huawei dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dianggap dapat membahayakan keamanan nasional AS.
Sebelumnya, Huawei telah menggunakan chipset Kirin 9000s 5G dari SMIC untuk lini Mate 60 pada tahun sebelumnya. Namun, ketika persediaan chip Kirin 9000 habis, Huawei bergantung pada lisensi Qualcomm untuk mendapatkan prosesor aplikasi Snapdragon yang telah dimodifikasi agar tidak mendukung jaringan 5G. Selain itu, beberapa laptop Huawei juga masih menggunakan prosesor Intel.
Pembatalan lisensi Intel untuk mengirimkan produk prosesor mereka akan berdampak besar bagi Huawei, terutama karena laptop merupakan salah satu pilar utama bisnis mereka setelah serangkaian sanksi AS terhadap bisnis smartphone mereka. Dengan akses terhadap chip 5G terhambat, Huawei dihadapkan pada risiko kemunduran teknologi yang dapat menghambat inovasi produk mereka di masa depan.
Anggota parlemen AS dari Partai Republik marah dan mengecam pemerintahan Biden setelah Huawei sukses meluncurkan laptop dengan chip artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan milik Intel. Huawei sendiri sukses meluncurkan laptop MateBook X Pro berbasis prosesor Intel Core Ultra 9 terbaru.
Padahal, Amerika Serikat (AS) telah memasukkan Huawei ke dalam daftar pembatasan perdagangan sejak 2019 karena melanggar sanksi terhadap Iran. Ironisnya, izin pengiriman chip ke Huawei masih terus dilakukan diteruskan dan memicu kegemparan di Washington.
Para anggota parlemen AS menyuarakan keheranan dan frustrasi atas keputusan Departemen Perdagangan yang terus mengizinkan teknologi AS dikirimkan ke Huawei. Sedangkan, China terus berusaha menguatkan posisi teknologinya dengan bantuan produk-produk teknologi buatan AS.
"Salah satu misteri terbesar di Washington, DC, adalah mengapa Departemen Perdagangan terus mengizinkan teknologi AS dikirimkan ke Huawei," kata Anggota Kongres dari Partai Republik Michael Gallagher yang mengetuai komite terpilih DPR untuk China.
Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan chip tersebut dikirimkan di bawah lisensi yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tidak tercakup dalam pembatasan luas baru-baru ini terhadap pengiriman chip AI ke Tiongkok, kata sumber tersebut dan sumber lainnya.
Meskipun ada upaya untuk membatasi akses Huawei terhadap teknologi AS, langkah-langkah tersebut tampaknya belum memberikan hasil yang memuaskan bagi pihak-pihak yang menginginkan pembatasan yang lebih ketat seperti dikutip Channel News Asia.
Departemen Perdagangan dan Intel menolak berkomentar. Huawei tidak segera menanggapi permintaan komentar. Reaksi tersebut merupakan tanda meningkatnya tekanan pada pemerintahan Biden untuk berbuat lebih banyak guna menggagalkan kebangkitan Huawei, hampir lima tahun setelah perusahaan itu dimasukkan ke dalam daftar pembatasan perdagangan.
"Persetujuan ini harus dihentikan. Dua tahun lalu, saya diberitahu bahwa lisensi Huawei akan dihentikan. Saat ini, sepertinya kebijakan tersebut tidak berubah," kata anggota Kongres dari Partai Republik Michael McCaul dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
Baca Juga: Bos ChatGPT Peringatkan Kehadiran AI Bakal Ciptakan Banyak Korban PHK