IbisPaint, sebuah aplikasi populer untuk menggambar di perangkat smartphone dan tablet memperkenalkan fitur baru AI Disturbance yang mampu melindungi karya seniman dari penggunaan AI tanpa izin dengan cara menambahkan noise pada ilustrasi, mengganggu proses fine-tuning AI dan menghambat kemampuannya untuk meniru atau mereplikasi karya seni.
Saat AI Disturbance diaktifkan, gambar yang dibuat akan terlihat lebih kasar dengan bintik-bintik noise, yang intensitasnya bisa disesuaikan oleh seniman untuk mempengaruhi efeknya pada karya seni. Fitur ini dapat diakses melalui tombol kembali saat menyimpan karya dan tersedia di IbisPaint versi 12.1.0 ke atas.
Meskipun AI Disturbance merupakan langkah yang diambil oleh IbisPaint untuk melindungi konten seniman, pengembang tidak menjamin bahwa efek distorsi akan terjadi dalam setiap situasi karena tergantung pada AI dan algoritma fine-tuning yang digunakan. Selain AI Disturbance, IbisPaint juga menyediakan alat lain bernama Glaze yang mengganggu data untuk mencegah penyalinan, meskipun sebagai alat eksternal.
Namun, kelebihan AI Disturbance adalah terintegrasi langsung ke dalam aplikasi IbisPaint, membuatnya lebih mudah diakses dan digunakan oleh para seniman. Meski demikian, keefektifan langkah ini dalam menghindari plagiarism menggunakan AI masih belum dapat dipastikan karena AI terus berkembang dan mungkin akan mampu meniru konten yang telah dilindungi di masa mendatang.
Berikan Label
Ilustrasi Aplikasi TikTok.
TikTok mulai memberikan label khusus otomatis ke konten yang dibuat oleh artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Jadi, pemberian label "AI-generated" akan ditambahkan secara otomatis kepada unggahan konten yang dibuat oleh platform seperti DALL·E 3 milik OpenAI dan Microsoft Bing Image Creator.
Tentunya, kebijakan itu untuk memberikan transparansi kepada pengguna tentang asal usul konten tersebut. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya TikTok untuk memudahkan pengguna dalam membedakan konten yang dihasilkan AI secara bertanggung jawab dan mencegah penyebaran konten buatan AI yang berbahaya atau menyesatkan.
"Konten yang dihasilkan AI adalah inovasi kreatif yang luar biasa, tetapi transparansi bagi pengguna sangat penting," kata Head of Operations and Trust & Safety TikTok, Adam Presser dalam keterangannya dikutip dari Tech Crunch.
Pelabelan konten buatan AI ini dibuat melalui Content Credentials, sebuah teknologi yang diciptakan oleh Coalition for Content Provenance and Authenticity (C2PA), yang dibentuk bersama Microsoft dan Adobe. Nantinya, Content Credential akan melampirkan metadata tertentu kepada suatu konten sehingga TikTok dapat mendeteksi langsung bahwa konten tersebut diproduksi oleh AI sehingga langsung diberi label.
Metadata dari Content Credential memberikan detail tentang di mana dan bagaimana konten yang dihasilkan AI dibuat atau diedit. Metadata itu akan tetap melekat pada konten tersebut saat diunduh.
"Dengan bermitra bersama rekan-rekan untuk memberikan label konten di seluruh platform, kami memudahkan pembuat konten untuk mengeksplorasi konten yang dihasilkan AI secara bertanggung jawab, sambil terus mencegah konten buatan AI berbahaya atau menyesatkan yang dilarang di TikTok," ujar Adam.
TikTok juga berkomitmen melawan penggunaan AI pada konten terkait pemilihan umum dan keras melarang konten buatan AI yang mengandung informasi menyesatkan.
Baca Juga: Apple Bakal Tambahkan Fitur Transkripsi Berbasis AI ke Update iOS 18