Find Us On Social Media :

Gandeng Starlink, Telkomsat Hadirkan Layanan Enterprise di Indonesia

By Adam Rizal, Senin, 20 Mei 2024 | 10:00 WIB

Telkomsat

Telkomsat dan Starlink bakal menghadirkan layanan segmen enterprise berbagai wilayah di Indonesia, menyusul Penandatanganan Kerja Sama (PKS). Kerja sama itu memungkinkan Telkomsat menggelar layanan bisnis (business services) berbasis Starlink yang kompetitif dan setara dengan penawaran paket bisnis yang ditawarkan melalui website Starlink.

Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim mengatakan kerja sama itu mengukuhkan posisi Telkomsat sebagai mitra strategis pertama dan utama Starlink di Indonesia. Adapun Telkomsat telah menjalin kerja sama dengan Starlink sejak 2021 dan menggelar layanan backhaul Starlink sejak 2022 dengan memanfaatkan hak labuh yang telah diberikan oleh pemerintah.

“Infrastruktur backhaul yang digelar oleh Telkomsat ini mampu memberikan layanan konektivitas satelit yang berkualitas dengan tetap menjamin kedaulatan dan keamanan data nasional,”  kata Lukman.

SVP Corporate dan Communication Telkom, Ahmad Reza mengatakan kerja sama strategis ini menunjukkan komitmen untuk terus berupaya mendukung program pemerintah untuk percepatan pemerataan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia, khususnya untuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Di samping layanan Starlink, Telkomsat yang baru saja sukses meluncurkan dan mengoperasikan Satelit Merah Putih 2 pada awal tahun ini, juga terus menunjukkan keseriusannya untuk meningkatkan kapasitas dan menggelar konektivitas di wilayah yang belum mendapatkan layanan konektivitas terestrial dan seluler (unserved) dan wilayah yang telah mendapatkan konektivitas terestrial dan seluler, namun belum cukup memadai (underserved).

Fakta Menarik Starlink 

Ilustrasi Starlink

Nama Starlink akhir-akhir ini banyak dibicarakan di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari sejumlah kelebihan dan inovasi yang ditawarkan oleh jaringan satelit milik SpaceX tersebut. Selain itu, layanan internet ini pun menyimpan sejumlah fakta yang tentunya menarik untuk Anda simak. Apa saja fakta-fakta tersebut?

1. Pemilik

Starlink merupakan jaringan satelit yang dioperasikan oleh Starlink Services, LLC sebagai anak perusahaan dari perusahaan aerospace asal Amerika Serikat milik Elon Musk, SpaceX. Jaringan satelit ini bertujuan menyediakan internet murah di lokasi-lokasi terpencil.  

2. Satelit

Starlink memiliki hampir 6000 satelit di orbit, dengan lebih dari 5200 di antaranya aktif menyediakan internet bagi 2,7 juta pelanggan di 75 negara. Satelit-satelit ini mengorbit pada ketinggian 350 mil (564 kilometer) di atas permukaan bumi, karena termasuk jenis satelit low earth orbit (LEO). Jarak ini 60 kali lebih dekat dengan bumi dibandingkan satelit tradisional, memungkinkan Starlink menyediakan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah untuk streaming, game online, dan panggilan video.

3. Masa pakai

Satelit Starlink memiliki masa pakai (lifespan) sekitar lima tahun. SpaceX berencana untuk menyediakan mega konstelasi yang terdiri dari hingga 42.000 satelit.

4. Biaya 

Starlink menawarkan lebih banyak data dan kecepatan yang lebih tinggi daripada sebagian besar pesaingnya, tetapi juga lebih mahal. Biaya pembelian perangkat keras (satu kali) antara US$599 hingga US$2,500, tergantung pada paket yang dipilih. Di Indonesia, harga berlangganan Starlink mencapai Rp.750 ribu/bulan, di luar biaya pembelian perangkat sebesar Rp.7,8 juta

5. Latensi

Dikutip dari Space.com, latensi Starlink sebanding dengan internet kabel dan jenis koneksi terestrial lainnya. Latensi layanan internet milik Elon Musk ini umumnya berada pada kisaran angkat 25-60 milisekon (ms) di darat, dan lebih dari 100 ms di lokasi-lokasi terpencil. Bulan Maret lalu, Starlink telah mengurangi latensi median lebih dari 30% pada jam sibuk, dari 48,5 ms menjadi 33 ms. Di luar AS, latensi median dikurangi hingga 25%.

6. Pendapatan

Pada tahun 2022, Starlink melaporkan pendapatan sebesar US$1,4 miliar atau sekitar Rp.22,5 triliun, dengan sedikit keuntungan yang dilaporkan pada tahun 2023. Dan di 2024 ini, Starlink diprediksi meraih pendapatan US$6,6 miliar atau sekitar Rp.105,6 triliun. 

7. Penggunaan oleh militer

Kementerian Pertahanan AS mengontrak Starlink untuk digunakan dalam perang Rusia - Ukraina, dan Starshield, versi militer dari Starlink dirancang khusus untuk keperluan pemerintah. 

8. Kekhawatiran

Ukuran dan skala proyek Starlink ini membuat para astronom khawatir. Menurut mereka, proyek mega konstelasi ini berpotensi mengganggu kegiatan observasi astronomi dan meningkatkan risiko tabrakan di orbit bumi. Kekhawatiran lainnya adalah pembakaran satelit tua saat proses de-orbit yang berpotensi menyebabkan perubahan iklim yang tak terduga di bumi. 

9. Beroperasi di Indonesia

Starlink telah resmi beroperasi di Indonesia. Seorang pengguna di Bandung telah berbagi pengalamannya menggunakan layanan ini di platform X. Selain itu, uji coba layanan internet Starlink dijadwalkan pada Mei 2024 di tujuh lokasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

10. Potensi dampak

Meski berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di pelosok-pelosok negeri, kehadiran Starlink di tanah air oleh pengamat teknologi disebut perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan persoalan predatory pricing dan ancaman keamanan nasional.

Baca Juga: Sebentar Lagi HP Android Anda Bakal Kebagian Empat Fitur AI Ini

 Baca Juga: Fitur AI ini Bantu Anda Mencari Foto di Google Photos Lewat Suara