Find Us On Social Media :

Airbus Kembangkan AI untuk Tandemkan Pesawat Militer & Drone Tempur

By Liana Threestayanti, Jumat, 7 Juni 2024 | 13:00 WIB

Airbus Defence and Space me menggandeng Helsing, sebuah perusahaan Eropa di bidang defence AI untuk mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) yang canggih bagi sistem terbarunya yang dinamai Wingman. Foto: Michael Schoellhorn, CEO Airbus Defence and Space (kiri), dan Gundbert Scherf, Co-CEO Helsing, di depan model Airbus Wingman.

Teknologi artificial intelligence (AI) terus dikembangkan di berbagai bidang, termasuk kerdigantaraan. Airbus Defence and Space me menggandeng Helsing, sebuah perusahaan Eropa di bidang defence AI untuk mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) yang canggih bagi sistem terbarunya yang dinamai Wingman.

Apa itu Wingman? Wingman merupakan konsep pesawat tak berawak (unmanned aircraft) yang dirancang untuk beroperasi bersama pesawat tempur berawak (manned combat jets). Pesawat pendamping yang berupa drone tempur ini akan menerima perintah dari pilot yang berada di pesawat komando, seperti Eurofighter.

Diperkenalkan untuk pertama kalinya di ajang ILA Berlin yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 9 Juni 2024, Wingman disebut Airbus akan meningkatkan kemampuan pesawat tempur berawak dengan platform tanpa kru yang dapat membawa persenjataan dan perangkat lainnya. 

Mike Schoellhorn, CEO Airbus Defence and Space, mengatakan bahwa konflik-konflik yang terjadi saat ini di perbatasan Eropa menunjukkan betapa pentingnya superioritas udara.

“Kemitraan antara pesawat berawak dan tanpa awak akan memainkan peran sentral dalam mencapai superioritas udara tersebut. Dengan Wingman yang tanpa awak di sisinya, pilot tempur dapat beroperasi di luar zona bahaya. Mereka memberi perintah dan selalu memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan,” jelas Schoellhorn.

Selanjutnya, menurut Schoellhorn, dengan dukungan AI, Wingman akan mengambil alih tugas-tugas berbahaya, termasuk pengintaian dan penghancuran target, atau pengacauan dan penipuan sistem pertahanan udara musuh.

“Meskipun manusia akan selalu terlibat dalam prosesnya, kita harus menyadari bahwa bagian-bagian paling berbahaya dari misi tanpa awak adalah tingkat otonomi yang tinggi, dan karena itu memerlukan kecerdasan buatan," ujar Gundbert Scherf, Co-CEO Helsing.

Scherf menambahkan bahwa kemampuan software-defined dan AI akan menjadi komponen kritis dalam sistem Wingman, mulai dari saat pemrosesan data dan optimalisasi sub-sistem hingga menutup loop di level sistem.

Dalam kerja sama ini, Airbus akan menyediakan keahliannya di bidang interaksi antara pesawat militer berawak dan tanpa awak, atau disebut Manned-Unmanned Teaming, dan dan sebagai kontraktor utama program utama pertahanan Eropa utama, seperti Eurofighter atau pengangkut militer A400M.

Sementara Helsing akan berkontribusi lewat berbagai kemampuan AI yang relevan dengan kerja sama ini, termasuk penggabungan berbagai jenis sensor dan algoritma untuk peperangan elektronik (electronic warfare).

Baca juga: Contoh Pemanfaatan Teknologi AI di Sektor Perbankan Indonesia

Baca: Tak Perlu Pilot Manusia, AI Sukses Terbangkan Jet Tempur F-16