Find Us On Social Media :

Indonesia Paling Minati AI, Microsoft: Saatnya Transformasi Bisnis

By Liana Threestayanti, Rabu, 12 Juni 2024 | 13:00 WIB

Indonesia memiliki minat yang tinggi untuk memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) guna mentransformasi bisnis, menurut temuan terbaru Microsoft. Ada 3 hal yang harus dilakukan para pemimpin perusahaan di tanah air. (Foto: Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia)

Indonesia memiliki minat yang tinggi untuk memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) guna mentransformasi bisnis, menurut temuan terbaru Microsoft. Ada 3 hal yang harus dilakukan para pemimpin perusahaan di tanah air.  

Laporan "Work Trend Index 2024" dari Microsoft dan LinkedIn mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja di Indonesia mengungkapkan bahwa karyawan tertarik untuk mengadopsi AI di tempat kerja.

Sebanyak 92% pekerja berpengetahuan (knowledge workers) di Indonesia telah menggunakan generative AI, atau AI generatif, di tempat kerja. Yang menarik, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka global (75%) dan Asia Pasifik (83%).

Bukan hanya pekerja, para pemimpin bisnis di tanah air pun memperlihatkan minat yang besar terhadap  pemanfaatan AI. Indeks yang berjudul “AI at work is here. Now comes the hard part,” itu menyebutkan bahwa sekitar 92% pemimpin di Indonesia percaya akan pentingnya adopsi AI untuk menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Lagi-lagi, persentase tersebut lebih tinggi dibandingkan angka global (79%) dan Asia Pasifik (84%). 

Bahkan 48% pemimpin yang disurvei merasa khawatir karena kepemimpinan di organisasinya belum memiliki visi dan rencana untuk menerapkan AI di perusahaan. Angka tersebut lebih rendah dari angka global (60%) dan Asia Pasifik (61%).

Tingginya animo pekerja terhadap pemanfaatan AI sementara perusahaan belum mengimplementasikannya membawa implikasi tersendiri. Pasalnya para karyawan tidak akan menunggu perusahaan untuk menyediakannya. 

Menurut laporan Microsoft, 76% karyawan di Indonesia berinisiatif membawa perangkat atau solusi AI sendiri ke tempat kerja, atau Bring Your Own AI/BYOAI. Namun, Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia menekankan bahwa tren ini berpotensi mengurangi manfaat yang bisa diraih ketika AI digunakan secara strategis dalam skala besar. Praktik BYOAI juga berpotensi membawa risiko tertentu terhadap data perusahaan. 

Dengan berbagai temuan tersebut, Dharma menyampaikan bahwa ada peluang bagi perusahaan untuk mengubah eksperimen menjadi transformasi bisnis yang akan merealisasikan peluang ekonomi digital dan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat luas. .

“Kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata, dengan melakukan tiga hal. Pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu,” ujar Dharma Simorangkir.

Ia menambahkan, tugas pemimpin perusahaan dalam waktu dekat adalah mempertimbangkan bagaimana menerapkan AI dalam skala besar di perusahaan, yang juga menghasilkan return on investment (ROI) yang maksimal.

Laporan “Work Trend Index 2024” dihasilkan melalui survei terhadap 31.000 orang di 31 negara termasuk Indonesia, tren ketenagakerjaan dan perekrutan di LinkedIn, triliunan sinyal produktivitas Microsoft 365, serta riset bersama pelanggan yang berasal dari perusahaan Fortune 500.

Baca juga: Microsoft Hadirkan Asisten AI Team Copilot Tingkatkan Produktivitas

Baca juga: Microsoft, Meta, Intel dkk Umumkan Inisiatif AI untuk Saingi Nvidia