Find Us On Social Media :

Solusi Biometric Real Time iProov Mampu Cegah Kasus Deepfake eKYC

By Adam Rizal, Senin, 1 Juli 2024 | 16:20 WIB

Solusi Biometric Real Time iProov Mampu Cegah Deepfake eKYC

Pandemi Covid 19 mendorong proses eKYC (electronic Know Your Audience) mengalami pertumbuhan yang pesat. Tidak terkecuali di Indonesia yang merupakan salah satu negara terdepan di dunia dalam hal persentase bank yang memiliki saluran digital, yang mana adopsi teknologinya sangat pesat. 

Proses eKYC merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan pemerintah Indonesia khususnya pada industri keuangan. Verifikasi data nasabah menjadi sangat penting karena banyaknya kasus penipuan yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Apalagi kasus penipuan deepfake untuk melewati proses eKYC saat ini juga sedang marak sehingga bank pun mengantisipasi dengan teknologi untuk mengidentifikasikan identitas digital.

Joe Palmer (Chief Innovation Officer iProov) mengatakan saat ini masyarakat global sudah mencapai titik puncak dalam hal revolusi identitas digital, di mana informasi seseorang direpresentasikan dalam berbagai cara digital, seperti dimasukkan dalam chip elektronik dan disimpan dalam server di suatu tempat. 

“Bagaimana cara membuktikan bahwa saya adalah pemilik identitas digital ini? Kita perlu membuktikan bahwa identitas tersebut adalah milik kita dan bukan orang lain yang berpura-pura menjadi diri kita. Dan ini adalah tantangannya,” tutur Joe pada acara temu media di Jakarta baru-baru ini.

Ketika bank memutuskan solusi eKYC beberapa tahun yang lalu, dan mereka menguji teknologinya dan bekerja optimal pada saat itu, namun tidak berarti akan terus optimal seiring dengan berjalannya waktu.

“Ancaman itu berubah dan berkembang. Dan jika Anda menyediakan layanan yang tidak diawasi dan tidak banyak berubah, maka Anda tidak tahu kapan serangan mulai berhasil. Mungkin bertahun-tahun kemudian Anda akan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres," katanya.

Menurut Joe, ada banyak cara lain bagi orang untuk meniru seseorang sehingga satu-satunya cara yang benar untuk membuktikan bahwa seseorang adalah sesuai dengan siapa yang ia klaim adalah dengan biometrik. 

“Karena biometrik pada dasarnya adalah Anda. Faktor warisan inilah yang memungkinkan saya mengatakan bahwa saya adalah versi digital ini. Karena ketika saya muncul dan saya membagikan SIM, KTP, dan paspor saya, seseorang akan melihatnya, mereka akan melihat fotonya, mereka akan melihat saya," ujarnya.

"Sebagai manusia, kita saling mengenali dari wajah, kita mencetak wajah di dokumen identitas. Jadi wajah adalah biometrik alami yang digunakan saat menyatakan bahwa Anda adalah sebuah identitas," ujarnya.

Dalam paparannya, Joe ditemani VP Sales APAC iProov Milko Radotic mendemonstrasikan deepfake di depan media secara real-time.

“Saat ini semua orang dapat menemukan hampir semua wajah di dunia maya, baik itu Facebook, LinkedIn, Twitter, sehingga jejaring sosial mana pun. Anda dapat berasumsi bahwa foto tersebut kini menjadi kredensial publik. Oleh karena itu, seseorang dapat mewakili Anda jika mereka memiliki foto Anda. Jadi mencocokkan biometrik saja tidak cukup," ujarnya.

"Yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa biometrik yang diserahkan adalah asli versi real time dari orang tersebut. Inilah yang kami lakukan. Jadi kami mengatasi masalah ini selama 12 tahun untuk mengikat representasi digital Anda dengan fisik Anda yang sebenarnya melalui biometrik wajah," ujarnya.

Pihak bank biasanya akan bekerja sama dengan penyedia teknologi yang membantu bank menerapkan proses eKYC, yang biasanya mereka akan membaca nomor kartu telepon orang tersebut dan mengambil informasi darinya seperti tanggal lahir dan sebagainya. 

“Lalu kami akan mengambil foto selfie orang tersebut untuk mengabadikannya. Dan kemudian kami akan mengirimkan gambarnya kepada mereka dan memverifikasi apakah orang itu cocok dengan selfie yang baru saja diambil. Jika pihak bank mengatakan cocok, maka langkah berikutnya akan dilanjutkan oleh bank tersebut. Jadi, itulah proses yang sangat sederhana saat ini," ucapnya.

Joe mengatakan bahwa bank tidak bisa menunggu seperempat bulan atau bahkan seminggu untuk merilis pembaruan.  Semua harus diubah secara real time atau sedekat mungkin dengannya. 

“Saya pikir itulah perubahan besar yang akan kita lihat, menjalankan verifikasi biometrik sebagai layanan adalah proses yang mahal. Anda harus memiliki orang,  harus memiliki server yang harus dipantau, harus melatih ulang,. Secara keseluruhan kami memiliki tim yang sangat besar, dan kami yakin itulah satu-satunya cara agar Anda dapat menjaga keamanan di masa depan," katanya.

Pemerintah ingin mempercepat transformasi digital di Indonesia, salah satu elemen penting untuk mewujudkan hal tersebut adalah kemampuan untuk memiliki identitas digital

“Dan kita melihat sekarang pemerintah secara khusus menyadari bahwa mereka dapat memberikan solusi identitas digital nasional dan layanan verifikasi bio nasional kepada sektor publik dan swasta. Dan mereka menyadari bahwa biometrik adalah cara terbaik untuk melakukannya, karena itulah cara manusia mengikatkan diri pada identitasnya,” tutup Joe.

Baca Juga: Cloudera Dukung OCBC Indonesia Tingkatkan Layanan dengan AI Generatif