Find Us On Social Media :

Spentera Bagikan Enam Langkah Pelindungan dari Ancaman Ransomware

By Dayu Akbar, Selasa, 2 Juli 2024 | 09:00 WIB

Thomas Gregory, Director of Blue Team Operation PT Spentera

Ancaman siber ransomware semakin menjadi perbincangan hangat beberapa waktu terakhir. Ransomware yang dikenal dengan kemampuannya ‘menyandera’ data, memaksa korban untuk membayar tebusan demi mendapatkan kembali akses.

Menurut Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN), insiden ransomware menjadi salah satu dari lima kasus kejahatan cyber terbesar yang ditangani sepanjang 2023 menjadikannya ancaman serius yang wajib diperhatikan.Tidak hanya mengancam sektor publik, ransomware juga mempengaruhi dunia bisnis. Berdasarkan riset dari Cyberint, serangan ransomware meningkat sebesar 55% dari 2022 ke 2023. Dari para korban yang disurvei, 69% melaporkan telah membayar tebusan, dengan total mencapai 1,1 miliar dolar AS. Secara taktis, ransomware beroperasi melalui akses ilegal ke sistem yang sering dijual di pasar gelap, didukung oleh model Ransomware as a Service (RaaS) yang membuat serangan ini lebih umum dan sulit dilacak. Setelah sistem terinfeksi, data kemudian dienkripsi dan korban diminta membayar tebusan. Fenomena tersebut semakin menjustifikasi diperlukannya perlindungan siber secara komprehensif di berbagai bagian dalam organisasi, perusahaan, dan bisnis. “Kami merekomendasikan penerapan autentikasi multifaktor (MFA), pembaruan sistem secara berkala, pembatasan akses jaringan, dan segmentasi jaringan sebagai langkah strategis untuk mendeteksi dan menghalangi pergerakan penyerang.” ujar Thomas Gregory, Director of Blue Team Operation PT Spentera.“Langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat pertahanan siber, tetapi juga memastikan keamanan operasional bisnis yang lebih menyeluruh. Selain itu, penting untuk rutin melatih karyawan tentang kesadaran dan perlindungan siber. Kombinasi teknologi canggih dan edukasi berkelanjutan ini merupakan kunci dalam mencegah serangan siber yang semakin berkembang.” lanjutnya.Selain itu, pengelolaan akses identitas dan pencadangan data secara rutin sangat dianjurkan. “Dengan kebijakan pencadangan dan pemulihan yang tepat, organisasi dapat pulih dengan cepat setelah insiden dan meminimalkan kerugian,” tambahnya.Sebagai penyedia layanan keamanan siber terkemuka di Indonesia, Spentera berkomitmen untuk menyediakan layanan yang berkualitas dan terpercaya. Untuk melindungi organisasi dari serangan serupa, Spentera memberikan enam langkah yang mesti diterapkan:1. Mengimplementasikan Autentikasi Multifaktor (Multi-Factor Authentication/MFA) Cara ini perlu untuk menambah lapisan keamanan agar sistem maupun data sensitif benar-benar hanya dapat diakses pengguna yang sah. Karena proses verifikasinya berlapis-lapis, maka data tetap dapat diamankan walaupun kata sandi sudah dicuri sebelumnya.2. Melakukan patching dan memperbarui sistem secara berkalaLangkah ini wajib dilakukan, tetapi sangat berguna untuk menutup celah keamanan dan melindungi sistem dari ancaman baru.3. Membatasi akses terhadap berbagai sumber daya melalui jaringan. Dengan mengontrol dan membatasi akses terhadap sumber daya melalui jaringan hanya kepada pengguna yang memerlukan, ruang gerak penyerang pun semakin terbatas untuk dapat menemukan celah.4. Mengimplementasikan mekanisme Segmentasi Jaringan (Network Segmentation) dan Pengawasan Secara Traversal (Traversal Monitoring)Secara sederhana, jaringan terbagi menjadi segmen-segmen terpisah atau subnet. Hal ini memudahkan tim keamanan untuk memantau aktivitas yang terjadi di antara segmen-segmen tersebut, termasuk trafik yang keluar-masuk, guna mendeteksi dan menghalangi pergerakan oleh si penyerang.5. Menerapkan Manajemen Akses Identitas (Identity Access Management/IAM) serta Hak Akses Istimewa (Privileged Access)Organisasi disarankan untuk menggunakan alat bantu yang memampukan pengelolaan serta membatasi penggunaan akun admin secara efisien guna melindungi identitas dan hak akses istimewa.6. Mengimplementasikan prosedur serta kebijakan pencadangan dan restorasi dataKarena yang diinginkan pelaku ransomware adalah agar korban membayar sejumlah uang tebusan untuk dapat membuka data, maka pencadangan alias backup serta restorasi data dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah penyerang untuk mencapai tujuannya. Dengan kebijakan dan prosedur backup dan restore yang komprehensif, data dapat dipulihkan dengan cepat setelah insiden.