Find Us On Social Media :

BRIN: AI Tak Bakal Gantikan Dokter Tapi Melengkapi Kemampuan Dokter

By Adam Rizal, Kamis, 15 Agustus 2024 | 13:00 WIB

Ilustrasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di bidang Kesehatan.

Peneliti dari Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN, Estiko Rijanto, mengungkapkan penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memiliki potensi luar biasa untuk memprediksi penyakit tidak menular, terutama dalam mendeteksi hipertensi. Pada Mei 2024, Estiko bersama tim medis menerbitkan abstrak penelitian mereka dalam suplemen Journal of Hypertension, yang merujuk pada sistem pengukuran tekanan darah berbasis AI dari publikasi S. Koshimizu. 

"Sistem ini memungkinkan pemantauan tekanan darah secara berkelanjutan di luar rumah sakit dengan menggabungkan data gaya hidup, lingkungan, dan genome, kemudian mensimulasikannya dalam model AI untuk menghasilkan pengukuran tekanan darah," katanya dalam laman resmi BRIN.

Estiko menekankan bahwa teknologi AI itu tidak menggantikan peran dokter tetapi dapat berfungsi sebagai alat komplementer untuk membantu dokter dalam memantau pasien sebelum hipertensi terdeteksi, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.  "Perlu diingat, sistem ini tidak dapat mengganti peran dokter yang sifatnya bukan subtitusi, namun komplementer," ungkap Estiko.

Selain itu, Estiko juga membagikan pengalaman penelitian lainnya yang menggunakan metode studi potong lintang untuk memantau hipertensi berdasarkan faktor risiko yang mudah dan murah, yang dapat diterapkan di pusat kesehatan di seluruh Indonesia. Penelitian ini melibatkan lebih dari 250 ribu peserta dari POSBINDU PTM di seluruh Indonesia. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan algoritma AI untuk memprediksi kelangsungan hidup pasien hipertensi.

Riset terbaru Estiko yang berlangsung dari tahun 2024 hingga saat ini fokus pada prediksi penyakit kardiovaskular melalui studi longitudinal. Salah satu model prediksi yang dikembangkan mampu memproyeksikan tekanan darah sistolik dalam empat minggu ke depan dengan rata-rata dan deviasi standar berdasarkan data dari 280 peserta. 

"Kami juga melakukan riset analisis kesintasan atau tingkat kelangsungan hidup pasien hipertensi berbasis data set pseudo kohor. Tujuan riset ini untuk memprediksi kesintasan sampai terjadi perubahan status hipertensi. Metode diolah dari data dasar, dan data pemantauan selama beberapa waktu menggunakan algoritma AI, dan metode tradisional sebagai pembanding," kata Estiko.

Estiko menegaskan bahwa riset AI ini bersifat berkelanjutan dan implementasinya membutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk komunitas, akademisi, industri, dan regulator

"Riset AI ini sifatnya berkelanjutan, risetnya juga berlanjut, namun ada implementasinya. Selain itu kerja sama antar pihak juga sangat diperlukan, baik dengan komunitas. Selanjutnya, masyarakat sebagai subjek pelayanan, akademisi atau periset sebagai eksekutor riset, pihak industri (misalnya penyedia data center), dan pihak regulator," ucap Estiko.

Baca Juga: Palo Alto Networks Luncurkan Portofolio Secure AI by Design