Find Us On Social Media :

Smart City Kabupaten Tanah Bumbu, Kedepankan Pariwisata dan Pertanian

By Wisnu Nugroho, Jumat, 23 Agustus 2024 | 17:15 WIB

Masjid Apung Ziyadatul Abrar, salah satu masjid di Kabupaten Tanah Bumbu

Siang itu, cuaca di pantai Siring Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, terasa amat panas. Matahari tak malu-malu menampakkan dirinya di langit kabupaten di ujung selatan Kalimantan ini. Namun suasana di dalam Masjid Apung Ziyadatul Abrar terasa berbeda. Bagian dalam masjid dua lantai ini sangat sejuk, walau tak ada pendingin ruangan yang menyala.

Beberapa pengunjung terlihat bersantai sejenak setelah solat, menikmati angin pantai yang menerobos masuk di sela-sela lubang angin sambil berswa foto di depan jendela besar dengan latar belakang vista laut lepas.

Salah satunya adalah Lia, wanita berjilbab asal Batu Licin yang kali itu datang bersama seorang kawannya. Walaupun rumahnya berlokasi hanya sekitar 1 jam dari masjid, namun baru kali ini ia sempat datang ke sini.

Ikon Baru Wisata Religi

Masjid apung yang terletak di Kecamatan Pagatan ini merupakan CSR dari salah satu perusahaan pertambangan di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu). Masjid yang baru saja diresmikan awal tahun 2024 ini menarik minat para pengunjung karena lokasinya yang berada di atas laut, di tepian pantai Siring Pagatan.

Di Tanah Bumbu memang sangat banyak masjid. Selain Masjid Apung Ziyadatul Abrar, Tanbu juga memiliki Masjid Al Falah, masjid baru yang letaknya tak jauh dari Bandara Batu Licin. Masjid yang didirikan H. Isam—salah satu pengusaha di Tanbu—didesain dengan gaya arsitektur ala Timur Tengah lengkap dengan courtyard besar dan kolam di tengahnya.

Banyaknya masjid ini mencerminkan kehidupan religius masyarakat kabupaten yang kaya dengan hasil tambang ini. Keberadaan masjid juga selaras dengan program Bupati Tanah Bumbu, dr. H. M. Zairullah Azhar, M.Sc, yakni Satu Desa Satu Masjid. Progam yang juga ada dalam Peta Jalan Smart City Kabupaten Tanah Bumbu ini dicanangkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di Bumi Bersujud ini.

“Karena saya sadari betul bahwa kemajuan itu diawali oleh sumber daya yang baik, termasuk di dalamnya akhlak dan adab yang baik sesuai syariat agama,” tukasnya. Melalui program ini, pemerintah berharap masjid bukan hanya menjadi pusat atau tempat salat saja, namun juga pusat kegiatan keagamaan dan sosial keumatan.

Inovasi untuk Peternakan

Selain membangun SDM, Pemkab Tanbu juga fokus membangun pertanian dan peternakannya dengan membuat beberapa gebrakan, antara lain SISKA (Sistem integrasi Sapi dan Kelapa Sawit) serta sistem padi apung.

Menurut drh. Indah Laili Rahmawati, staf Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab Tanah Bumbu, SISKA cocok diterapkan di Tanbu karena kabupaten ini memiliki jumlah kebun kelapa sawit yang cukup banyak. BPS mencatat, di tahun 2018, kabupaten yang dulunya menjadi satu dengan Kota Baru ini memiliki 73.865 hektar kebun kelapa sawit atau sekitar 17,82 persen dari total luas kebun kelapa sawit di Kalimantan Selatan. 

SISKA (Sistem integrasi Sapi dan Kelapa Sawit) adalah sistem yang cocok dengan Kabupaten Tanah Bumbu karena jumlah kebun kelapa sawit yang luas

Program SISKA di Tanah Bumbu yang bekerjasama dengan pemerintah Prov Kalsel dijalankan dengan membuat kandang non-permanen di tengah kebun sawit. Kandang seluas sekitar 30 hektar ini dikelilingi pagar listrik sehingga sapi bisa dikontrol dengan baik. Puluhan sapi nantinya dilepaskan di area ini dalam waktu tertentu. Setelah area tersebut “bersih”, sapi-sapi tersebut akan dipindahkan lagi ke area lain.

“Dulu, sebelum ada ini, sering terjadi konflik antara perusahaan kelapa sawit dengan peternak. Perusahaan mengeluh kalau sapi masyarakat seringkali mengganggu kebun mereka. Sapi masyarakat juga sering mati karena memakan pupuk kimia untuk sawit,” ujarnya.

Menurut Indah, dengan SISKA ini ‘penggembalaan’ sapi jadi lebih teratur. Pemilik kebun sawit diuntungkan karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memotong rumput dan membeli pupuk; kotoran sapi bisa jadi pupuk alami untuk sawit. Di sisi lain, peternak sapi diuntungkan karena mereka tak perlu lagi mengeluarkan dana untuk pakan ternak.

Padi Apung untuk Lahan Pasang

Sementara program padi apung adalah program uji coba yang sedang dijalankan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Kabupaten berjuluk Bumi Bersujud ini memiliki areal pertanian sawah aktif seluas 10.362,24 hektar dan 6.151,95 hektar sawah potensi yang digarap oleh 26.505 petani, namun sebagian besar adalah sawah tadah hujan yang sering tergenang saat terkena air pasang.

Program uji coba padi apung ini dibuat di Desa Serdangan dengan menanam 4 jenis padi. Jika padi biasa ditanam langsung di tanah, padi apung ini ditanam di atas pot yang diapungkan di sungai dengan menggunakan styrofoam.

“Sehingga kalau air pasang, posisi pot akan tetap berada di atas air dan padi tidak rusak,” tutur Kabid Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Tanah Bumbu, Erwin Novikar.

Uji coba ini telah berlangsung selama enam bulan dan baru saja panen dengan hasil 1,3-1,5 ton per hektarnya (tergantung jenis padi). Erwin belum bisa memastikan apakah metode baru ini akan menjadi metode tetap di Tanah Bumbu, mengingat biaya yang dikeluarkan cukup lumayan dan masih butuh diskusi lebih lanjut.

Kabupaten Tanbu sendiri adalah satu dari sepuluh kota/kabupaten yang mengikuti Gerakan Menuju Smart City 2024. Melalui program ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI membimbing pemerintah kota/kabupaten untuk memanfaatkan konsep smart city untuk menjawab tantangan dan potensi di daerah masing-masing.

Proses bimbingan ini akan menghasilkan sebuah buku rencana induk yang memuat rencana smart city untuk 5-10 tahun ke depan. Dengan begitu, program smart city diharapkan lebih terarah dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

(Penulis: Rahma Yulianti)