Microsoft menjadi teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi visi pengemban riset perusahaan depan, menyusul saat ini perusahaan teknologi raksasa seperti Meta, Google, Amazon, NVIDIA dan OpenAI mengeluarkan investasi besar-besaran mengembangkan AI.
Microsoft sadar Insinyur pintar dan handal adalah kunci penting dibalik pengembangan AI. Karena itu, Microsoft pun rela memberikan gaji besar kepada insinyur AI yang mau bekerja di perusahaan. Apalagi, budaya bajak-membajak SDM berkualitas adalah hal biasa di perusahaan teknologi.
Menurut laporan dari Wccftech, rata-rata gaji insinyur AI di Microsoft mencapai USD 377.611 atau sekitar Rp21,24 miliar per tahun, angka gaji itu jauh lebih tinggi dibandingkan gaji di divisi lain seperti Azure dan Cloud, dengan selisih sekitar USD 120.000 atau Rp 1,85 miliar. Selain itu, gaji karyawan di Microsoft bervariasi, dengan posisi terendah di kisaran USD 42.500 (sekitar Rp 655,4 juta) dan posisi tertinggi di antara USD 231.700 hingga USD 361.500 (sekitar Rp 3,6 miliar hingga Rp 5,57 miliar), belum termasuk bonus tahunan dan bonus perekrutan.
Informasi ini terungkap setelah Microsoft menandatangani kesepakatan bernilai miliaran dolar dengan OpenAI, di mana Azure menjadi penyedia cloud eksklusif untuk OpenAI. Langkah itu sejalan dengan investasi besar yang telah dilakukan oleh Microsoft untuk mengintegrasikan teknologi AI ke seluruh produk dan layanan mereka.
Keseriusan Microsoft dalam pengembangan AI juga tercermin dari penunjukan Mustafa Suleyman, salah satu pendiri Inflection dan kepala DeepMind, untuk memimpin divisi AI serta proyek Copilot, Edge, dan Bing. Perusahaan juga telah mengalihkan beberapa karyawan dari aplikasi Teams ke proyek Co-pilot untuk memperbaiki dan meningkatkan pengalaman AI yang mereka tawarkan. Inisiatif ini menunjukkan betapa pentingnya AI bagi strategi jangka panjang Microsoft.
Dana Investasi AI
Saat ini perusahaan teknologi di dunia berlomba-lomba mengembangkan teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ke dalam layanannya. Meta, Google, dan Microsoft menghadirkan layanan AI seperti Meta AI, Gemini, dan Copilot. Microsoft menginvestasikan 13 miliar dollar AS atau sekitar Rp 210 triliun ke OpenAI untuk pengembang ChatGPT. Amazon juga telah menginvestasikan 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp64 triliun untuk bermitra dengan startup AI, Anthropic, guna meningkatkan kemampuan chatbot AI-nya, Claude.
Google dan Meta juga ikut menggelontorkan dana besar untuk AI. Google menghabiskan 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp48 triliun untuk membangun pusat data dan 60 juta dollar AS atau sekitar Rp968 miliar untuk pelatihan AI. Apple menghabiskan sekitar 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp1.619 triliun dalam lima tahun terakhir untuk penelitian dan pengembangan, termasuk untuk AI, meskipun angka pasti untuk AI tidak diungkapkan.
Meta juga akan membeli 350.000 GPU dari Nvidia pada akhir 2024, yang diperkirakan akan menelan biaya sekitar 18 miliar dollar AS atau sekitar Rp 290 triliun. Selain itu, belanja modal Meta untuk 2024 diproyeksikan mencapai 37-40 miliar dollar AS atau sekitar Rp 597-645 triliun dengan peningkatan signifikan pada 2025 karena investasi AI.
Dalam laporan kuartal IV-2024, Microsoft melaporkan pengeluaran AI hampir mencapai 19 miliar dollar AS atau sekitar Rp306 triliun. Namun, Microsoft belum melihat pengembalian investasi yang signifikan, dengan pertumbuhan layanan cloud Azure di bawah ekspektasi dan penurunan saham mereka. OpenAI juga menghadapi tantangan keuangan, dengan biaya operasional yang mencapai 8,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 137 triliun) pada 2024, termasuk biaya server, pelatihan model AI, dan upah karyawan.
Elon Musk, melalui perusahaan AI-nya, xAI, berencana melatih chatbot barunya dengan 100.000 GPU dari Nvidia, yang diperkirakan akan menelan biaya antara 3 hingga 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp48-64 triliun). xAI juga sedang dalam pembicaraan dengan Oracle untuk menyewa server cloud senilai 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 161 triliun).
Amazon sedang mengembangkan chatbot AI bernama Metis yang diharapkan dapat bersaing dengan ChatGPT. Amazon berencana menginvestasikan 150 juta dollar AS atau sekitar Rp2,4 triliun dalam 15 tahun ke depan untuk pusat data dan hingga 230 juta dollar AS atau sekitar Rp3,7 triliun untuk startup AI generatif.
Baca Juga: Kini Anda Bisa Mengkustomisasi AI Gemini dengan Fitur Terbaru Gems