Find Us On Social Media :

KTT AI Seoul Dukung Penggunaan AI yang Beradab di Medan Perang

By Adam Rizal, Kamis, 12 September 2024 | 09:30 WIB

Ilustrasi penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) di Medan perang

Ada 60 negara termasuk Amerika Serikat (AS) menandatangani sebuah "cetak biru tindakan" yang mengatur penggunaan teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di medan perang supaya lebih bertanggung jawab. Namun, sekitar 30 negara yang hadir dalam KTT AI di Korea Selatan, termasuk China, memilih tidak mendukung pedoman ini.

Pedoman itu menekankan pentingnya penerapan AI dalam militer yang lebih "etis dan berpusat pada kemanusiaan". Dokumen itu juga menyoroti perlunya penilaian risiko dan pentingnya keterlibatan manusia dalam pengembangan, penerapan, serta pengawasan penggunaan AI di bidang militer.

Kebutuhan untuk menghentikan penggunaan AI agar tidak dimanfaatkan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal oleh berbagai entitas, termasuk kelompok teroris, juga menjadi rincian yang ditambahkan ke dokumen terbaru tersebut.

Pertemuan itu juga membahas perkembangan teknologi terkini, seperti penggunaan drone berteknologi AI oleh Ukraina, serta upaya mencegah AI digunakan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal oleh kelompok teroris. 

Beberapa negara NATO seperti Prancis, Jerman, dan Inggris turut menandatangani dokumen tersebut, sedangkan Rusia tidak di diundang akibat invasinya ke Ukraina. KTT AI di Domain Militer (REAIM) di Seoul itu merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama yang diadakan di Den Haag, Belanda, tahun lalu. 

Menteri Pertahanan Belanda, Ruben Brekelmans mengatakan pertemuan KTT kali ini lebih berfokus pada tindakan nyata dibanding sekadar menciptakan pemahaman bersama. Namun, dia juga mengakui tantangan dalam menghadapi negara-negara yang tidak patuh pada kesepakatan ini.

"Keterlibatan manusia sangat perlu dipertahankan dalam pengembangan, pengerahan, dan penggunaan AI di ranah militer ini, termasuk langkah-langkah yang tepat dan saling berkaitan dengan penilaian dan pengawasan manusia dalam penggunaan kecerdasan buatan ini," katanya.

"Kita juga harus realistis bahwa kita tidak akan pernah bisa memaksa seluruh dunia untuk ikut bergabung," ujarnya menanggapi jumlah negara yang tidak ikut menandatangani pedoman tersebut.

Giacomo Persi Paoli dari UNIDIR memperingatkan bahwa terburu-buru membuat regulasi yang tidak disetujui oleh semua pihak bisa kontraproduktif, meskipun cetak biru ini dianggap sebagai langkah maju yang bertahap. KTT selanjutnya akan digelar oleh Belanda, Singapura, Kenya, dan Inggris untuk memungkinkan dialog yang tidak didominasi oleh satu negara atau entitas tertentu.

Baca Juga: Apa saja Fitur-fitur Apple Intelligence (AI) iPhone 16 Series?