Find Us On Social Media :

Mega Konstelasi Satelit Starlink Ancam Observasi Luar Angkasa

By Liana Threestayanti, Kamis, 19 September 2024 | 18:26 WIB

Starlink

Dengan mega konstelasi satelit, Starlink dapat menghadirkan akses internet ke wilayah-wilayah terpencil tapi juga mengancam kelangsungan penelitian astronomi berbasis darat. 

Para astronom dari Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON) baru-baru ini mengatakan bahwa gelombang radio dari satelit-satelit milik SpaceX itu mengganggu pengamatan luar angkasa melalui teleskop radio.

Gangguan itu terjadi karena gelombang radio yang dipancarkan satelit berinterferensi dengan teleskop radio. Menurut para ahli, generasi pertama satelit Starlink sudah memancarkan sejumlah besar gelombang radio yang mengganggu penelitian luar angkasa. 

Lebih parahnya adalah satelit generasi terbaru, V2, yang menyediakan akses internet cepat menimbulkan inferensi 32 kali lebih kuat daripada satelit versi sebelumnya. 

Bagaimana satelit dapat mengganggu penelitian astronomi yang menggunakan radio teleskop? LOFAR, teleskop radio milik ASTRON dan sangat sensitif, bekerja dengan mendeteksi gelombang radio yang dipancarkan oleh objek-objek jauh di alam semesta, seperti galaksi dan planet. Gelombang ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari fenomena yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. 

Namun, satelit Starlink memancarkan radiasi elektromagnetik yang tidak disengaja, yang sangat kuat dan mengganggu deteksi gelombang radio yang lebih lemah dari objek kosmik tersebut.

Radiasi dari satelit Starlink, terutama generasi kedua (V2), 10 juta kali lebih kuat daripada sinyal terlemah yang biasanya ditangkap oleh LOFAR. Gangguan ini membuat LOFAR sulit membedakan antara sinyal kosmik yang diinginkan dan interferensi dari satelit, dan merusak kemampuan LOFAR untuk melakukan pengamatan yang akurat. 

Jumlah satelit yang terus bertambah memperburuk masalah ini, mengurangi efektivitas LOFAR dalam penelitian astronomi berbasis darat. Menurut data planet4589.org, sampai dengan tanggal 19 September 2024, terdapat hampir 6400 satelit milik Starlink yang sedang mengorbit pada ketinggian 550 kilometer di atas bumi. Belum lagi satelit milik perusahaan lain, seperti OneWeb yang memiliki hampir 600 satelit di orbit. Dan Amazon akan mengorbitkan sekitar 3000 satelit Kuiper. Walhasil pada tahun 2030, jumlah satelit di orbit bumi diperkirakan akan mencapai lebih dari 100.000.

Tak hanya gelombang elektromagnetik, cahaya yang dipancarkan oleh satelit juga dikhawatirkan mengganggu kerja teleskop optis dan mempersulit pengamatan luar angkasa dengan mata telanjang. 

Melihat fenomena ini, para peneliti menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat dalam pengoperasian satelit guna melindungi penelitian ilmiah. Sebagai penyedia satelit terbesar, SpaceX diharapkan menetapkan standar untuk mengurangi polusi suara maupun cahaya. 

Dikutip dari BBC, Direktur ASTRON, Prof. Jessica Dempsey menyarankan tindakan sederhana seperti melindungi baterai satelit untuk mengurangi radiasi, serta memperbaiki masalah elektronik yang bisa menyebabkan gangguan. “Tanpa adanya tindakan, dalam waktu yang tidak lama, satu-satunya konstelasi yang bisa kita lihat adalah konstelasi buatan manusia,” ujarnya.

Baca juga: Kini Starlink Bisa Kirimkan Pesan Darurat Tanpa Jaringan Seluler

Baca juga: Elon Musk: Starlink Mau Kuasai 90 Persen Internet Satelit Tahun Depan