Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai dampak otomatisasi berbasis teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di dalam dunia kerja. Hal itu selaras dengan Laporan Survei Pekerjaan Masa Depan dari Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2020.
Ia mengatakan sebanyak 85 juta pekerjaan manusia berpotensi hilang pada tahun depan akibat meningkatnya otomatisasi, terutama dengan berkembangnya penggunaan AI di berbagai sektor. "Kita baca di 2025 pekerjaan yang hilang itu ada 85 juta. Pekerjaan akan hilang 85 juta, sebuah jumlah yang tidak kecil," kata Jokowi dalam Kongres ISEI 2024.
Jokowi menjelaskan bahwa otomatisasi, yang awalnya hanya terjadi pada aspek mekanik, kini telah meluas dengan hadirnya teknologi AI dan analitik otomatis. "Semua sekarang masuk ke sana, otomasi semua. Awal cuma otomasi mekanik, kini muncul AI, muncul analitik otomasi. Setiap hari ada hal baru muncul," katanya.
Hal itu membuat berbagai pekerjaan, termasuk yang berada di kantor, ikut terancam. Prediksi menunjukkan bahwa pada 2025, sekitar 85 juta pekerjaan bisa hilang akibat teknologi dan otomatisasi. Jokowi menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dan pasar tenaga kerja di masa depan, karena diperkirakan akan ada lebih sedikit peluang kerja dibandingkan jumlah tenaga kerja yang tersedia di Indonesia.
"Ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk sangat banyak tenaga kerja yang membutuhkan. Too few job for too many people," ungkap Jokowi.
Kemudian, Jokowi merinci dua tantangan lainnya. Pertama, perlambatan ekonomi global. Ia menyebut Bank Dunia mencatatkan pertumbuhan global hanya berada di 2,7 persen dan diprediksi pada 2024 turun menjadi 2,6 persen. Kedua, gig economy atau ekonomi serabutan yang menurutnya perlu diwaspadai. Pasalnya, di masa depan, perusahaan menurutnya bisa saja lebih menyenangi freelancer ketimbang merekrut pekerja tetap.
Jokowi mengingatkan Indonesia akan mengalami bonus demografi pada sekitar 2030 mendatang. Kondisi itu menurutnya bisa menjadi kekuatan atau malah menjadi beban bagi Indonesia. Jokowi berharap bonus demografi dapat menjadi momentum agar Indonesia membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
"Inilah tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak," ujar Jokowi.
Baca Juga: Berkat AI Alibaba Cloud, Atlas Pangkas Biaya Operasional 45 Persen