Sejak peluncuran layanan Snowflake di Indonesia 18 bulan lalu, adopsi cloud dan AI semakin meluas di berbagai sektor, mulai dari keuangan hingga telekomunikasi, ritel, manufaktur, dan BUMN. Pada awalnya, perusahaan ini mendisrupsi dunia analitik dengan memanfaatkan cloud untuk menciptakan platform data. Dan saat ini, Snowflake memasuki fase ketiga yaitu mempelopori yang disebut sebagai era AI Enterprise. Sanjay menekankan perbedaan penting antara AI konsumen (consumer AI) dan AI perusahaan (enterprise AI).
Sanjay Deshmukh, Senior Regional Vice President untuk ASEAN dan Indonesia di Snowflake, dalam konferensinya di Snowflake World Tour 2024 memaparkan visi perusahaan terkait AI dan bagaimana platformnya membantu perusahaan mengatasi tantangan utama dalam adopsi AI.
“Ada tiga tantangan utama yang dihadapi perusahaan dalam mengadopsi AI perusahaan, yaitu kompleksitas, biaya, dan keamanan. Snowflake mengatasi tantangan-tantangan ini, dimulai dengan menyederhanakan proses implementasi AI yang sering kali rumit. Data di perusahaan sering kali tersebar di berbagai silo, sehingga perusahaan harus menarik informasi dari berbagai sumber,” katanya saat temu media pada acara Snowflake World Tour 2024.
Platform terpadu Snowflake mengumpulkan semua data, baik terstruktur maupun tidak terstruktur, ke dalam satu tempat untuk memudahkan perusahaan dalam mengadopsi AI.
“Biaya adalah hambatan lain bagi banyak perusahaan. Adopsi AI mahal, dan keterampilan khusus dalam AI langka serta mahal. Snowflake mengatasi tantangan ini dengan model harga berbasis konsumsi, yang memastikan perusahaan hanya membayar sesuai yang mereka gunakan. Model ini memungkinkan perusahaan, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM), untuk mengadopsi teknologi AI tanpa memerlukan anggaran besar," ujarnya.
Sanjay pun mencatat bahwa pendekatan ini sangat menarik di pasar seperti Indonesia, di mana efisiensi biaya merupakan faktor penting dalam adopsi AI.
"Keamanan adalah prioritas bagi kami, dan dengan menjaga semua data dalam satu platform terpadu, Snowflake meminimalkan risiko yang terkait dengan distribusi informasi sensitif di berbagai lokasi," ucapnya.
Satchit Joglekar (Regional Director untuk ASEAN Emerging Markets Snowflake) mengungkapkan bahwa investasi besar di sektor cloud, terutama dari mitra seperti AWS, telah mempercepat penerapan teknologi ini di berbagai industri di Indonesia.
"Transformasi digital dan teknologi cloud sudah menjadi bagian integral di Indonesia. Para pelaku besar di industri cloud, termasuk AWS, telah berinvestasi signifikan di sini, yang memperkuat ekosistem teknologi," ujar Satchit.
Satchit menambahkan bahwa Snowflake telah melihat berbagai penerapan nyata AI di Indonesia. "Jika tahun lalu kita lebih banyak mendengar tentang Generative AI seperti ChatGPT, kini AI sudah benar-benar diterapkan untuk memecahkan masalah riil, seperti meningkatkan kinerja rantai pasokan di sektor manufaktur dan memberikan wawasan melalui produk yang terkoneksi," ungkapnya.
Di sektor keuangan, AI berperan dalam meningkatkan pengalaman pelanggan dan mengelola risiko, sementara di sektor kesehatan, AI digunakan untuk deteksi dini penyakit serta optimalisasi alur kerja klinis.
“Sektor keuangan, telekomunikasi, ritel, manufaktur, dan logistik, serta BUMN, semuanya menunjukkan peningkatan penggunaan teknologi cloud dan AI, tidak hanya untuk membangun data warehouse tetapi juga untuk kapabilitas pembelajaran mesin dan analitik prediktif,” tambahnya.
Dengan meningkatnya permintaan akan solusi AI dan cloud, Snowflake optimis terhadap masa depan teknologi di Indonesia. "Peluang yang ada sangat besar. Kami berencana untuk terus menggandakan jumlah pelanggan setiap tahun," pungkas Satchit.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Gunakan Solusi Snowflake untuk Dorong Pertanian Cerdas