OpenAI memperkenalkan antarmuka ruang kerja terbaru ChatGPT yang disebut Canvas. Saat ini fitur itu baru tersedia untuk pengguna ChatGPT Plus dan Team. Pengguna Enterprise dan Edu akan dapat mengakses Canvas mulai pekan depan, menurut laporan dari Engadget.
Canvas adalah ruang kerja virtual yang memungkinkan pengguna menulis dan mengkodekan proyek sambil berkonsultasi dengan ChatGPT pada bagian tertentu dari proyek tersebut. Fitur itu menampilkan jendela terpisah di samping ruang obrolan utama, di mana pengguna bisa menempatkan tulisan atau kode mereka pada "canvas" ini.
Pengguna dapat membuka Canvas secara manual dengan mengetik "use canvas" di prompt mereka. Selain itu, Canvas dapat terbuka secara otomatis ketika sistem mendeteksi skenario yang memerlukan bantuan, menurut penjelasan blog OpenAI.
Beberapa pintasan juga disediakan untuk mempermudah penulisan dan pengodean proyek. Pengguna dapat meminta ChatGPT memberikan saran pengeditan, penyesuaian panjang teks, perubahan tingkat bacaan, hingga menambahkan emoji dalam proyek penulisan.
Untuk pengodean, pengguna dapat meminta ChatGPT meninjau baris kode tertentu, menambahkan log dan komentar untuk kejelasan, memperbaiki bug, atau bahkan menerjemahkan kode ke bahasa lain seperti JavaScript, Python, TypeScript, Java, C++, atau PHP di dalam mode Canvas. Dengan fitur Canvas, OpenAI menyesuaikan ChatGPT agar lebih mirip dengan asisten AI lainnya, seperti Artifacts dari Anthropic dan model AI fokus pengodean seperti Cursor.
Sementara itu OpenAI berencana mengenakan biaya langganan sebesar USD22 atau sekitar Rp333 ribu per bulan untuk penggunaan chatbot AI ChatGPT menjelang akhir tahun. OpenAI memiliki rencana kenaikan harga hingga USD44 atau sekitar Rp665 ribu dalam lima tahun ke depan.
Menurut dokumen yang diperoleh The New York Times, OpenAI meraih pendapatan sebesar USD300 juta atau sekitar Rp4,5 triliun pada Agustus 2024, dengan target penjualan sebesar USD3,7 miliar atau sekitar Rp56 triliun hingga akhir tahun. Namun, perusahaan diperkirakan akan mengalami kerugian sekitar USD5 miliar atau sekitar Rp76 triliun akibat biaya operasional seperti gaji dan sewa seperti dikutip Engadget.
OpenAI sedang mencari investor baru untuk menutupi potensi kerugian ini. Dengan valuasi perusahaan mencapai USD 150 miliar atau sekitar Rp2,3 kuadriliun, putaran investasi berikutnya diproyeksikan menghasilkan hingga USD7 miliar atau sekitar Rp106 triliun. Selain itu, OpenAI dilaporkan sedang bertransisi dari status nirlaba menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, membuka lebih banyak peluang bagi investor.
Baca Juga: Microsoft Bakal Kembali Operasikan PLTN Jalankan Data Center AI