Microsoft baru-baru ini meluncurkan mesin pencari Bing generatif yang lebih canggih dengan dukungan teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Bing generatif AI itu mirip dengan Google Search yang juga menggunakan AI generatif.
Setelah melalui tahap uji coba pada Juli lalu, Bing generatif mulai diluncurkan ke pengguna di Amerika Serikat pada Rabu, 2 Oktober. Meskipun sudah diluncurkan, Microsoft masih terus mengembangkan fitur ini. Untuk menggunakannya, pengguna bisa mencari "pencarian generatif Bing" di Bing, dan Microsoft juga menyediakan opsi untuk memudahkan pengguna dalam mengaktifkan fitur ini untuk kueri informasional.
Mesin pencari itu menggunakan kombinasi model AI yang mengumpulkan informasi dari seluruh web dan menyajikan ringkasan sebagai hasil pencarian. Contohnya, ketika pengguna mencari "Apa itu spaghetti western?", Bing generatif akan memberikan ringkasan sejarah dan contoh genre tersebut, lengkap dengan tautan ke sumber-sumbernya.
Seperti fitur AI Overview di Google, Bing juga menawarkan opsi untuk melihat hasil pencarian manual selain dari ringkasan yang dihasilkan AI. Microsoft menjelaskan bahwa mesin itu dapat memahami permintaan pencarian, meninjau jutaan sumber, mencocokkan konten secara dinamis, dan menampilkan hasil yang sesuai dengan maksud pengguna dalam tata letak baru yang dibuat AI.
Namun, kekhawatiran muncul terkait dampak fitur itu pada lalu lintas penerbit berita. Rangkuman AI berpotensi mengurangi traffic ke situs sumber informasi, yang sudah terjadi pada Google, dengan sebuah studi menunjukkan pengurangan hingga 25 persen traffic penerbit. Microsoft telah berjanji untuk memantau dampak ini secara saksama, meskipun data awal menunjukkan bahwa Bing generatif mungkin masih dapat mempertahankan jumlah klik ke situs web.
Meskipun Bing terus berkembang, dominasi Google di pasar mesin pencari global tetap sangat besar. Menurut data Statista, pada September 2024, Google menguasai 81,95 persen pangsa pasar, sementara Bing hanya memiliki 10,51 persen.
Rangkum Informasi
Microsoft memperkenalkan fitur artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terbaru di Bing yang memungkinkan mesin pencari itu menampilkan ringkasan informasi yang dicari oleh pengguna. Dalam demonstrasi yang ditampilkan di blog resminya, fitur AI di Bing dapat memberikan ringkasan informasi dari pertanyaan pengguna, seperti "berapa lama masa hidup gajah?" beserta tautan sumber informasi.
Selain ringkasan informasi, fitur AI itu juga menampilkan tautan video yang menyediakan informasi tambahan, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi masa hidup gajah. Namun, saat ini fitur tersebut hanya tersedia untuk sebagian kecil pengguna.
"Kami meluncurkan fitur ini secara bertahap dan akan mengumpulkan umpan balik, melakukan pengujian, serta berusaha menciptakan pengalaman yang luar biasa sebelum meluncurkannya lebih luas," kata Microsoft dalam pernyataannya.
Microsoft menjamin bahwa fitur AI generatif ini tidak akan merugikan ekosistem publikasi web. "Pengalaman pencarian generatif dirancang untuk mempertahankan hasil pencarian tradisional dan meningkatkan jumlah tautan yang dapat diklik, seperti referensi dalam hasil pencarian," tulis Microsoft.
Menurut laporan Engadget, Google sebelumnya telah meluncurkan fitur serupa awal tahun ini yang disebut AI Overview, dalam upaya mempertahankan pengguna yang mulai beralih ke chatbot AI untuk mencari informasi.
Fitur Desainer AI
Microsoft memperkenalkan Designer, sebuah platform desain grafis berbasis teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Kini alat Designer itu tersedia dalam bentuk situs web aplikasi mobile untuk perangkat iOS dan Android. Hebatnya, Designer mendukung 80 bahasa di dunia.
Melalui Designer, pengguna dapat membuat gambar desain grafis dengan bantuan AI. Platform itu juga membantu mempercantik desain yang sudah ada. Mirip dengan Canva, platform buatan Microsoft ini menyediakan template desain visual untuk berbagai keperluan seperti kartu ucapan, wallpaper ponsel, atau avatar profil.
Desainer berpengalaman bisa menggunakan platform ini untuk membuat kreasi visual dari awal. Selain sebagai platform mandiri, Microsoft juga akan mengintegrasikan Designer dengan layanan lain dari perusahaan tersebut. Dengan layanan Copilot AI, pengguna bisa menghubungkan karya visual mereka dengan proyek di Microsoft Word dan PowerPoint. Untuk mengakses fitur integrasi ini secara maksimal, pengguna perlu berlangganan Copilot Pro.
Pertama kali diumumkan pada 2022, Microsoft menggunakan teknologi AI penghasil gambar dari OpenAI, yaitu DALL-E, untuk mendukung Designer. Selain itu, Copilot telah terintegrasi dengan DALL-E 3 dan ChatGPT 4 Turbo, sehingga Designer juga terhubung dengan layanan kecerdasan buatan tersebut.
Bantu Akuntan
Microsoft memperkenalkan prototipe SpreadsheetLLM, sebuah model artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang mempermudah penggunaan spreadsheet seperti Microsoft Excel, yang sering digunakan oleh akuntan dan analis data. SpreadsheetLLM, yang diungkap dalam sebuah makalah di situs arXiv berjudul "SpreadsheetLLM: Encoding Spreadsheets for Large Language Models", menggabungkan kemampuan model bahasa besar (LLMs) dengan struktur data kompleks dari spreadsheet.
"SpreadsheetLLM adalah pendekatan untuk melakukan encoding konten spreadsheet ke dalam sebuah format yang bisa dilakukan dengan LLM, dan memungkinkan model ini menelaah konten spreadsheet," tulis para peneliti Microsoft dalam dokumen seperti dikutip Venture Beat.
Peneliti Microsoft menyatakan alat AI seperti ini perlu ditingkatkan karena spreadsheet banyak digunakan dalam berbagai tugas bisnis, mulai dari entri data hingga pemodelan keuangan yang kompleks. SpreadsheetLLM bertujuan untuk mengatasi kesulitan model bahasa saat ini dalam memahami konten spreadsheet yang terstruktur dan penuh rumus dengan menggunakan skema pengkodean baru yang menjaga struktur dan hubungan antar lembar kerja.
SpreadsheetLLM memiliki berbagai potensi aplikasi, termasuk analisis data otomatis, memberikan rekomendasi berbasis data, menjawab pertanyaan terkait data, dan bahkan membuat spreadsheet baru. Tujuan utamanya adalah untuk membuat data dalam spreadsheet lebih mudah dibuat dan dipahami, sehingga pengguna dapat membuat kueri dengan bahasa alami daripada menggunakan rumus Excel yang rumit. Hal ini diharapkan dapat memperluas akses terhadap pemahaman data dan memberdayakan lebih banyak orang dalam organisasi untuk membuat keputusan berbasis data.
Selain itu, SpreadsheetLLM juga dapat mengotomatisasi tugas-tugas rutin dalam Excel, seperti menghapus data yang tidak diperlukan, memformat data, dan melakukan agregasi, sehingga membuat pengolahan data lebih efisien. Hingga saat ini, Microsoft belum mengumumkan kapan SpreadsheetLLM akan diintegrasikan ke dalam perangkat lunak pengolah data seperti Microsoft Excel.
Baca Juga: Google Lens Hadirkan Pencarian Video dan Suara dengan Bantuan AI