Pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Di kancah global, terjadi tren kenaikan investasi, adopsi sektor pekerjaan hingga dominasi pemintaan pasar tenaga kerja AI. Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menyatakan percepatan adaptasi teknologi AI di Indonesia perlu diringi dengan upaya membangun kepercayaan masyarakat terhadap tata kelola pengembangan AI.
“(Kehadiran AI) tentunya menghadirkan peluang juga tantangan bagi negara-negara Global South, termasuk Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pada Tata Kelola AI," tuturnya dalam Indonesia AI Day: "Unleashing Indonesia's AI Sovereignty" di Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2024).
Meutya Hafid menyebutkan beberapa instansi pemerintah telah menerapkan teknologi AI dalam pelayanan publik. Kementerian Komdigi mengembangkan teknologi AI untuk mendeteksi berita palsu atau hoaks yang beredar di ruang digital.
"Dirjen Pajak Kementerian Keuangan mengembangkan chatbot berbasis AI untuk membantu wajib pajak mendapatkan informasi dan layanan yang lebih mudah. Kementerian Kesehatan juga mengembangkan dan memanfaatkan AI dalam teknologi kesehatan di bidang radiologi dan patologi di beberapa rumah sakit," jelasnya.
Menurut Menkomdigi laju pemanfaatan teknologi AI ke depan akan meningkat. Bahkan saat ini ada tren kenaikan investasi pada Generatif AI di sektor swasta. “Meningkat lebih dari enam kali lipat USD4 Miliar pada tahun 2021 menjadi USD25 Miliar tahun 2023,” ujarnya.
Namun demikian, Meutya Hafid menyayangkan saat ini negara Global North yang nampak mendominasi persentase demand pasar tenaga kerja AI di tingkat global. "Dipimpin oleh Amerika Serikat yang mencapai 1,62% disusul oleh Spanyol, Swedia, Belgia, Belanda dan Prancis. Dengan melihat tren tersebut kita dapat melihat bahwa Global North masih mendominasi lanskap perkembangan dan pemanfaatan AI di tingkat Global," jelasnya.
Karena itu, Menkomdigi mendorong ekosistem di Indonesia untuk meningkatkan adopsi teknologi AI sekaligus menjadikan Indonesia salah satu negara dengan perekonomian yang bisa tumbuh akibat pemanfaatan teknologi AI.
"Di negara-negara dengan pendapatan tinggi, AI memberi dampak bagi 60% pekerjaan. Sementara di negara-negara dengan pendapatan menengah dan terendah, AI berdampak bagi masing-masing 40% dan 26% pekerjaan," jelasnya.
Baca Juga: GoTo: Sahabat-AI Menitikberatkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah