Jepang akan menginvestasikan 10 triliun yen atau sekitar 10.200 triliun rupiah untuk mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan mikrochip. Investasi itu bertujuan mengembalikan posisi Jepang sebagai pemimpin teknologi global dan mengatasi tantangan populasi yang menua.
Sebagian besar dana akan digunakan untuk proyek Rapidus, yang fokus pada produksi semikonduktor generasi baru. Pemerintah Jepang juga berjanji memberikan subsidi hingga empat triliun yen untuk meningkatkan penjualan mikrochip dalam negeri tiga kali lipat pada tahun 2030.
“Setelah dominasi teknologi di era 1980-an, Jepang cukup lama hanya menjadi pengamat inovasi, terutama di bidang AI. Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, kita melihat Jepang mulai bangkit menyadari potensi besar dari pengembangan ini," ujar Kelly Forbes, Presiden AI Asia Pacific Institute.
Langkah ini juga sebagai persiapan menghadapi ketidakpastian global, seperti potensi invasi China ke Taiwan. Namun, ada tantangan seperti kekurangan tenaga kerja dan sumber energi untuk mendukung pusat data AI. Investor teknologi SoftBank dan Nvidia berencana membangun "AI grid" di Jepang, mengikuti jejak investasi AS sebelumnya.
Penulis Asia AI Policy Monitor Seth Hays mengatakan otomatisasi berbasis AI dapat membantu Jepang menghadapi tantangan demografisnya dengan meningkatkan produktivitas. “Secara demografis, Jepang akan menghadapi tekanan berat, sehingga mereka harus memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas yang dapat menjaga keberlangsungan negara,” ujarnya.
Bangun Super Komputer
Di tengah memanasnya perlombaan superkomputer di tingkat global, Jepang mengumumkan rencananya membangun superkomputer zeta-class pertama di dunia.
Penerus superkomputer Fugaku ini akan dinamai Fugaku Next dan berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang (MEXT). Proyek Fugaku Next ini diperkirakan menelan biaya lebih dari US$750 juta dan diharapkan beroperasi penuh pada tahun 2030.
Dengan label Zeta-class, superkomputer ini diklaim akan memiliki kecepatan pemrosesan seribu kali lebih cepat daripada superkomputer yang ada saat ini.
Kecepatan Fugaku Next akan mencapai skala zetaFLOPS, sehingga memungkinkannya melakukan sextillion kalkulasi per detik. Dalam konteks superkomputer, sextillion kalkulasi per detik berarti komputer tersebut mampu melakukan sextillion operasi hitungan dalam satu detik, dan menunjukkan kekuatan komputasi yang sangat besar.
Angka tersebut jauh melampaui superkomputer tercepat saat ini yang bekerja pada skala exaFLOPS (quintillion kalkulasi per detik).
Seperti yang banyak diulas belakangan ini, salah satu tantangan utama dalam mengoperasikan superkomputer adalah efisiensi energi. Superkomputer zeta-class dengan teknologi saat ini diperkirakan membutuhkan energi setara dengan output dari 21 pembangkit listrik tenaga nuklir.
Mengantisipasi hal ini, MEXT berencana menerapkan teknologi terbaru, termasuk CPU yang dirancang khusus dan sistem memori dengan bandwidth tinggi. Fugaku Next juga dirancang agar kompatibel dengan infrastruktur yang ada, memungkinkan kolaborasi dengan Fujitsu dan RIKEN.
Superkomputer pendahulu Fugaku Next, yaitu Fugaku mampu melakukan pemrosesan dengan kecepatan mencapai 442 petaFLOPS dan menjadi superkomputer tercepat di dunia dari Juni 2020 hingga Juni 2022. Pada Juni 2024, peringkat Fugaku turun ke posisi empat.
Saat ini, superkomputer tercepat di dunia adalah Frontier, yang berlokasi di Oak Ridge National Laboratory di Tennessee, AS, dengan kecepatan 1.206 exaFLOPS. Frontier digunakan untuk penelitian astrofisika, pemodelan iklim, sains material, dan pengembangan AI.
Sementara Fugaku Next dibangun untuk melakukan komputasi yang lebih kompleks, seperti simulasi otak manusia atau pemodelan sistem iklim. Komputasi ini dapat mempercepat penemuan obat baru atau pengembangan material baru.
Proyek ambisius Jepang ini berpotensi memicu perlombaan superkomputer antarnegara, mirip dengan persaingan dalam pengembangan sistem exascale, di mana negara-negara meningkatkan pendanaan untuk riset dan pengembangan komputasi berkinerja tinggi.
Belum lama ini Departemen Energi AS juga mengumumkan rencana membangun superkomputer yang menawarkan kecepatan 3 hingga 5 kali lebih cepat dibandingkan superkomputer Frontier.
Superkomputer Discovery direncanakan selesai dibangun pada akhir 2027 atau awal 2028. Meskipun angka pastinya belum dijelaskan, superkomputer ini diperkirakan akan memiliki performa hingga 6,5 ExaFLOPS.
Baca Juga: Xiaodu AI Glasses, Kacamata Pintar Baidu dengan Teknologi AI Ernie