Facebook telah menghapus sebanyak 837 juta konten spam dan 583 juta akun palsu pada kuartal pertama tahun ini. Laporan itu merupakan bentuk transparansi dan kepedulian Facebook setelah terjadinya skandal Cambridge Analytica.
Tak hanya itu, Facebook juga telah memblokir sebanyak 21 juta konten terkait kegiatan seksual atau pornografi, 3,5 juta konten kekerasan, 2,5 juta konten terkait ujaran kebencian dan 1,9 juta konten terorisme.
Guy Rosen (VP of Product Management) mengatakan Facebook telah memiliki standar komunitas dan kami menerbitkan pedoman internal untuk pertama kalinya guna menegakkan standar tersebut.
Hari ini, kami merilis angka dalam laporan penegakan standar komunitas sehingga Anda dapat menilai kinerja kami untuk Anda. Seperti yang Zuck katakan di F8, kami masih punya banyak tugas untuk menghentikan konten ilegal," katanya dalam sebuah blog post seperti dikutip Engadget.
Dalam laporan itu, Facebook mengungkapkan akun-akun yang terblokir seperti kekerasan eksplisit, kegiatan seksual dan ketelanjangan, propaganda teroris, ujaran kebencian, spam dan akun palsu.
Facebook menggunakan sistem algoritma Facebook yang dapat menemukan dan menandai konten bermasalah sebelum pengguna melaporkannya. Hasilnya, sistem algoritma itu berhasil menemukan hampir 100 persen konten spam dan propaganda terorisme, hampir 99 persen akun palsu dan sekitar 96 persen post dengan aktivitas seksual.
"Secara keseluruhan kami memperkirakan sekitar 3 persen - 4 persen dari akun Facebook yang aktif ini masih palsu," kata Rosen.
Untuk tingkat akurasi, sistem algoritma Facebook dapat mengenali kekerasan eksplisit mencapai 86 persen. Kelemahannya, sistem algoritma itu belum mampu memilah dan memindai konten ujaran kebencian, mengingat sistem algoritma itu hanya mampu menandai sekitar 38 persen.
"Sistem algoritma kami bekerja dengan maksimal berkat kehadiran teknologi AI tapi Facebook akan terus meningkatkan kemampuan sistem algoritma ini supaya bisa mengenali konten-konten ilegal," ujarnya.
Rosen mengakui Facebook masih memiliki segudang pekerjaan rumah untuk mencegah penyalahgunaan.
"Kami percaya bahwa peningkatan transparansi ini cenderung pada peningkatan akuntabilitas dan tanggungjawab dari waktu ke waktu dan mempublikasikan informasi ini akan mendorong kami untuk meningkatkan lebih cepat juga," ujarnya.
"Ini adalah data yang sama yang kami gunakan untuk mengukur kemajuan kami secara internal dan Anda sekarang dapat melihatnya untuk menilai kemajuan Kami sendiri. Kami menantikan masukan dari Anda," pungkasnya.