Find Us On Social Media :

Terungkap, Penyebab Microsoft Gagal di Bisnis Mesin Pencarian

By Adam Rizal, Sabtu, 2 Juni 2018 | 15:00 WIB

Ilustrasi Microsoft Bing

Microsoft adalah perusahaan peranti lunak terbesar di dunia hingga saat ini. Namun, Microsoft tidak berkutik di bisnis smartphone untuk mengalahkan Apple dan Samsung serta mesin pencarian untuk menyingkirkan Google Search.

Brad Smith (Presiden dan Chief Legal Officer Microsoft) menjelaskan penyebab Microsoft gagal memenangkan pertempuran layanan pencarian dan mobile karena kasus antitrust (antipakat, kartel). Kasus Antitrust itu melibatkan Microsoft dan mengganggu Microsoft untuk tetap fokus kepada produk-produk kunci.

"Masalah ini membuat bisnis layanan mesin pencarian Microsoft gagal bersaing dan Microsoft harus membayar mahal karena kalah saing dengan produk kompetitor," katanya seperti dikutip Softpedia.

Smith menekankan jika Microsof tidak terlibat dalam pertempuran antitrust, Microsoft bisa menjadi pemain yang lebih penting di berbagai sektor seperti pencarian.

"Bill Gates, Steve Ballmer dan para pemimpin engineering di perusahaan kami menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan berbagai hal, bagaimana membela diri mereka, bagaimana mengimplementasikan hal ini, itu, atau lainnya," ujar Smith kepada Kara Swisher dari Recode.

Selain mesin pencarian, Microsoft juga telah menyerah di bisnis smartphone, menyusul sistem operasinya Windows Phone tidak berdaya melawan Android dan iOS. Microsoft pun lebih fokusnya meningkatkan produk-produk seperti cloud dan layanan lainnya.

"Tidak ada perusahaan yang bisa sukses di semua area pasar. Saya pikir seseorang harus mengakui tidak ada satupun yang bisa mendapatkan semuanya. Tidak ada perusahaan di sini atau dimanapun juga bisa melihat semua tren yang ada, sebelum berkembang," tuturnya.

Microsoft telah mempersiapkan serangkaian pembaruan kontrol privasi guna mematuhi regulasi baru Uni Eropa, General Data Protection Regulation (GDPR). Pembaruan privasi itu tidak hanya berlaku untuk konsumennya di Eropa tetapi juga seluruh dunia.

Microsoft menegaskan akan mematuhi regulasi GDPR untuk memastikan tidak ada pelanggaran hak-hak privasi dan Microsoft mengakui telah memiliki lebih dari 1.600 engineer untuk mengerjakan berbagai proyek terkait GDPR.

"Kami akan memperluas hak-hak yang menjadi inti dari GDPR. Dikenal dengan nama Data Subject Rights, regulasi ini mencakup hak untuk tahu data apa yang kami kumpulkan tentang kalian, untuk memperbaiki data itu, untuk menghapusnya, dan bahkan hal lainnya," tulis Microsoft di blog perusahaan.

"Dashboard privasi kami memberikan berbagai tool yang dibutuhkan pengguna untuk mengontrol data mereka," lanjutnya.

Microsoft telah memperjuangkan hak privasi pengguna dan menjadi salah satu pendukung GDPR sejak regulasi itu diusulkan pada 2012.

"Kami meyakini privasi adalah hak asasi manusia yang fundamental dan juga pondasi kepercayaan. Kami tahu orang-orang hanya akan menggunakan teknologi yang mereka percayai," tulis Microsoft.