Find Us On Social Media :

3 Serangan Siber Paling Ganas Tahun Lalu, Game Online Paling Rawan

By Adam Rizal, Kamis, 7 Juni 2018 | 10:00 WIB

Hendra Lesmana (Country General Manager Dimension Data)

Dimension Data Indonesia mengungkapkan ada 150 juta serangan siber pada tahun lalu dan serangan malware Ransomware ternyata mencatatkan pertumbuhan paling besar. Bahkan, serangan ransomware naik 350 persen.

Fakta itu berdasarkan laporan Executive Guide to the NTT Security 2018 Global Threat Intelligence Report.

Hendra Lesmana (Country General Manager Dimension Data) mengatakan biasanya Ransomware menyandera atau mengunci data milik korban dan meminta uang tebusan bila ingin data tersebut bisa diakses kembali. Pelaku Ransomware menggunakan beberapa pintu masuk seperti lewat WiFi publik atau email phising.

"Tahun ini, kami memprediksi serangan ransomware akan makin besar dan jadi pintu masuk untuk melancarkan serangan lainnya. Hati-hati mengakses Internet khususnya internet yang dipake ramai-ramai tanpa password," katanya di Jakarta.

Sebesar 20 persen serangan Ransomware mengincar industri game baik lewat perangkat mobile maupun personal computer (PC).

"Industri game sekarang itu bisa mendapatkan revenue yang sangat besar. Bisa dibayangkan apabila ada server yang diserang, jutaan pelanggannya tidak bisa mengakses, yang mengakibatkan kerugian besar," ucapnya.

Kedua, ada serangan spyware/keylogger yang juga banyak menyerang pengguna. Spyware/keylogger merupakan serangan membaca seluruh aktivitas yang ada dalam perangkat dan dikirimkan kepada pelaku.

Hendra mengatakan modus Spyware lebih ke arah mencuri informasi tanpa korbannya sadar. Karena itu, penggua harus rajin melakukan upgrade operating system maupun anti virus agar bisa terdeteksi adanya malware.

"Semua yang dilakukan pengguna dengan perangkatnya akan bisa terbaca pelaku spyware. Saat mengakses data penting yang harusnya bersifat rahasia, bisa terbaca langsung," ucapnya.

Ketiga, jenis malware lainnya yang banyak menyerang adalah trojan dan virus/worm.

Pengguna harus melakukan antisipasi supaya terhindar dari serangan ransomware. Selain itu, Hendra mengatakan untuk menghindari penggunaan wifi publik saat sedang melakukan transaksi penting.

Apalagi pada Wifi yang tidak terenskripsi, maka otomatis semua data bisa diambil dengan mudah oleh pelaku kejahatan siber.

"Sedang melakukan transaksi sebaiknya jangan pakai wifi publik, apalagi tanpa password dan tidak terenkripsi. Semua transaksi bisa terbaca. Bahkan yang sudah enkripsi juga bisa dibongkar hanya beberapa menit," ujarnya.